TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Universitas Jember (Unej) yang tergabung dalam Laboratorium Kedokteran Molekuler mengembangkan riset sel punca berbasis jaringan rongga mulut. Pemilihan rongga mulut sebagai basis riset sel punca karena lebih mudah diaplikasikan, tidak memerlukan prosedur yang rumit sekaligus memanfaatkan bahan yang selama ini dinilai hanya sekedar limbah.
Selama ini riset sel punca umumnya menggunakan sumsum tulang belakang atau tali pusar bayi sebagai sumber bahan riset. Penjelasan ini disampaikan oleh Kepala Laboratorium Kedokteran Molekuler Unej, Banun Kusumawardani.
Dia mengatakan saat ini peneliti di Universitas Jember khususnya di bidang kesehatan terus mengembangkan riset sel punca sebagai salah satu alternatif pengobatan penyakit degeneratif seperti diabetes, penyakit jantung, dan sebagainya.
Pasalnya sel punca adalah sel yang belum memiliki fungsi khusus sehingga dapat mengubah, menyesuaikan, dan memperbanyak diri tergantung lokasi sel tersebut berada. Karena sifatnya tersebut, sel punca kerap digunakan sebagai bahan transplantasi dalam pengobatan medis. Misalnya digunakan untuk penyembuhan luka pada penderita diabetes dan penyakit lain yang merusak sel penyusun organ tertentu.
Baca juga: Garchoc, Cokelat Bawang Putih Inovasi Dosen Unair, Ini Khasiatnya
“Awalnya para peneliti banyak menggunakan sumsum tulang belakang sebagai bahan riset sel punca, namun kami memilih mengambil sel punca yang berada di rongga mulut, seperti dari jaringan gingiva, ligamen periodontal atau pulpa gigi," ujarnya dilansir dari laman Unej pada Rabu, 1 Februari 2023.
Misalnya, dia menjelaskan, ada pasien yang harus cabut gigi, maka bisa memanfaatkan gigi yang dicabut tadi sebagai bahan riset sel punca. Prosesnya lebih mudah sekaligus memanfaatkan bahan yang selama ini dinilai hanya limbah medis.
"Dan yang terpenting tidak menyakiti pasien saat pengambilan jaringan sumber sel punca. Oleh karena itu, riset sel punca berbasis jaringan rongga mulut ini terus kami kembangkan di Laboratorium Kedokteran Molekuler,” jelas Banun Kusumawardani yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Modal untuk melakukan riset sel punca sudah dimiliki Universitas Jember melalui laboratorium CDAST beserta penelitinya yang tergabung dalam Laboratorium Kedokteran Molekuler. Saat ini Laboratorium Kedokteran Molekuler yang berdiri mulai 2018 ini sudah mampu mengembangkan produk turunan dari sel punca.
Termasuk memiliki alat untuk menyimpan hasil penelitian sel punca. Oleh karena itu Laboratorium Kedokteran Molekuler menjadi lokasi penelitian tidak hanya dosen dan mahasiswa Universitas Jember, namun juga peneliti dari Unair Surabaya, UGM, USU Medan dan perguruan tinggi serta lembaga penelitian lainnya.
Mengingat hingga saat ini pengobatan, terapi, dan standar pelayanan dalam penggunaan sel punca belum dirumuskan menjadi layanan standar dalam pengobatan di Indonesia, maka produk Laboratorium Kedokteran Molekuler masih lebih banyak di tataran riset.
“Umumnya peneliti yang bekerja di Laboratorium Kedokteran Molekuler Universitas Jember adalah mahasiswa Program Sarjana, Pascasarjana, dan Spesialis. Kami selektif menerima peneliti sebab untuk bisa melakukan penelitian di Laboratorium Kedokteran Molekuler maka mereka harus terlebih dulu mengikuti dan memperoleh sertifikat pendidikan dan latihan Good Laboratory Practice,” katanya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.