TEMPO.CO, Jakarta- Penelitian Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) Washington University mengklaim bahwa virus corona Covid-19 telah membunuh lebih dari dua kali lipat jumlah orang yang dilaporkan secara resmi.
Penelitian itu memperkirakan ada sekitar 6,9 juta kematian secara global, dibandingkan hanya 3,2 juta yang dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Angka pengujian yang rendah dan sistem perawatan kesehatan yang lemah di negara berkembang sebagian berada di belakang statistik yang salah,” tulis laporan itu, seperti dikutip Daily Mail, Minggu, 9 Mei 2021.
Penelitian itu menyebutkan ada sejumlah besar kasus yang tidak dilaporkan terjadi di negara-negara Barat yang menderita epidemi besar, termasuk Inggris, Amerika dan Italia. Data menunjukkan jumlah sebenarnya dari pandemi secara signifikan lebih buruk daripada yang terlihat.
Menurut analisis, Amerika memiliki jumlah kematian akibat Covid-19 tertinggi secara global 905.289, jauh lebih tinggi dari 574.043 yang tercatat secara resmi. Kemudian India dan Meksiko menyusul, yang masing-masing diperkirakan lebih dari 600.000 korban virus, tiga kali lipat dari penghitungan WHO.
Inggris diklaim memiliki 209.661 kematian akibat Covid, sekitar 60.000 lebih banyak dari yang sebenarnya tercatat. Ahli statistik yang melacak wabah melalui analisis sertifikat kematian hanya menghitung 150.000 kematian akibat virus korona di Inggris sejak pandemi dimulai—setara dengan sekitar seperlima dari semua korban.
Kevin McConway, seorang ahli statistik di Open University, Inggris menjelaskan ada alasan untuk percaya jumlah kematian di Inggris lebih tinggi daripada angka resmi yang disarankan, karena setidaknya ada 13.000 kematian berlebih pada puncak gelombang pertama yang tidak dikaitkan dengan Covid-19.
“Saya meragukan jumlah korban sebenarnya akan mencapai 209.000,” kata dia.
Sementara, analisis Washington hanya mencakup kematian yang disebabkan langsung oleh Covid-19, bukan yang secara tidak langsung disebabkan oleh pandemi, termasuk gangguan perawatan kesehatan. Bahkan tanpa kematian tambahan yang tidak dilaporkan, krisis Covid-19 adalah salah satu dari sepuluh pandemi paling mematikan dalam sejarah.
Wabah pes, yang juga dikenal sebagai Black Death, adalah yang paling mematikan dari semua penyakit, menewaskan sekitar 200 juta orang di abad ke-14. Cacar, pandemi paling mematikan kedua dalam sejarah, merenggut nyawa 56 juta orang selama lebih dari 400 tahun sebelum akhirnya diberantas pada 1980.
“Seburuk apa pun pandemi Covid-19 muncul, analisis ini menunjukkan bahwa jumlah korban sebenarnya jauh lebih buruk,” kata Direktur IHME, Washington University Chris Murray.
Menurut Murray, memahami jumlah sebenarnya dari kematian akibat Covid-19 tidak hanya membantu menghargai besarnya krisis global ini, “tapi juga memberikan informasi berharga bagi pembuat kebijakan yang mengembangkan rencana tanggap dan pemulihan.”
Para peneliti mengatakan kematian tidak dilaporkan karena negara hanya menghitung yang terjadi di rumah sakit atau pada pasien dengan infeksi yang dikonfirmasi. Di banyak tempat, sistem pelaporan kesehatan yang lemah dan akses yang rendah ke perawatan kesehatan memperbesar tantangan ini.
IHME memperkirakan jumlah kematian akibat Covid-19 yang sebenarnya dengan membandingkan kematian yang diantisipasi dari semua penyebab berdasarkan tren pra-pandemi dengan jumlah kematian sebenarnya dari semua penyebab selama pandemi.
Angka 'kematian berlebih' ini kemudian disesuaikan untuk menghilangkan kematian yang secara tidak langsung disebabkan oleh pandemi. Ini termasuk orang-orang dengan kondisi non-Covid-19 yang menghindari fasilitas perawatan kesehatan, serta kematian yang terhindar dari pandemi—misalnya, penurunan kematian lalu lintas karena isolasi.
Kazakhstan adalah negara dengan perbedaan tertinggi antara kematian resmi dan kematian nyata Covid-19, menurut analisis itu. Negara ini hanya secara resmi mencatat sekitar 5.600 kematian akibat Covid, tapi IHME memperkirakan jumlah sebenarnya menjadi 81.600.
Mesir ditemukan memiliki perbedaan yang serupa, dengan sekitar 13.500 kematian resmi dibandingkan dengan perkiraan 170.000. Bahkan, korban tewas sebenarnya di Jepang ditemukan 10 kali lebih besar dari angka resmi pemerintah, dan di Rusia lima kali lebih besar.
Murray menambahkan, banyak negara telah mencurahkan upaya luar biasa untuk mengukur jumlah korban pandemi. Tetapi analisis IHME menunjukkan betapa sulitnya melacak secara akurat penyakit menular yang baru dan cepat menyebar.
Murray berharap laporan hari ini akan mendorong pemerintah untuk mengidentifikasi dan mengatasi kesenjangan dalam pelaporan kematian akibat Covid-19. “Sehingga mereka dapat mengarahkan sumber daya pandemi dengan lebih akurat.”
DAILY MAIL | IHME
Baca:
Jatuh Liar, Roket Cina Tembus Atmosfer Menghunjam Laut Dekat Maladewa