TEMPO.CO, Jakarta - Valencio Evanio Sahasika Kusumadyas, siswa dari SMA 3 Yogyakarta, mendapatkan penghargaan pada ajang Regeneron International Science and Engineering Fair atau ISEF 2021 dengan penelitian yang berjudul “Analisis Berkurangnya Kawasan Terbuka dan Keberadaan Vegetasi Terhadap Perubahan Sebaran Potensi Ketersediaan Air Tanah Dangkal (Air Sumur) di Pinggiran Kota Yogyakarta”.
Selama melakukan penelitian, Valencio didampingi oleh peneliti geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rachmat Fajar Lubis, selaku mentor. “Semoga prestasi Evanio menjadi contoh agar riset remaja Indonesia tetap disegani di dunia dan secara khusus memiliki kontribusi pengetahuan terhadap kebijakan pemerintah lokal dalam pengelolaan air tanah,” ucap Fajar baru-baru ini.
Valencio melakukan penelitian tersebut karena dirinya peduli pada ketersediaan air tanah yang kian berkurang karena pembangunan yang membuat berkurangnya pula kawasan terbuka. Sebagai fungsi ekologis, kawasan terbuka merupakan area masukan/imbuhan air (recharge area), sedangkan keberadaan vegetasi merupakan pendorong laju infiltrasi dan curah hujan merupakan sumber air yang masuk ke dalam bumi. Jadi kondisi ketiganya sangat menentukan ketersediaan air tanah.
Ketersediaan air tanah dangkal (air sumur) sangat dibutuhkan masyarakat sebagai penyokong kehidupan sehari-hari. Dari segi keruangan lokasi studi sangat memungkinkan menjadi perkotaan di masa depan. “Jika selama perkembangan ketiga unsur tersebut tidak diperhatikan dengan serius, maka akan muncul permasalahan terhadap ketersediaan air sumur. Sehingga penelitian perlu dilakukan menggunakan data secara time series dari tahun 2006-2019, yang dianalisis berdasarkan aspek imbuhan air dan aspek resapan air,” ujar Valencio.
Valencio menyampaikan, tujuan penelitiannya adalah untuk memberikan informasi perubahan sebaran potensi ketersediaan air tanah dangkal (air sumur). Analisa dilakukan secara keruangan dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan beberapa aplikasi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan sampel 14 sumur yang dipilih secara purposive sampling.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengaruh berkurangnya kawasan terbuka menjadikan potensi ketersediaan air banyak terkonsentrasi di bagian selatan dibuktikan dengan hasil peta potensi ketersediaan air pada 2006 dan 2019. “Sedangkan pengaruh keberadaan vegetasi semakin berkurang, baik tipe herba sneak dan pohon, akan tetapi dari vegetasi tipe semak yang semakin luas di tahu 2019 memberikan kontribusi terhadap potensi ketersedaan air tanah dangkal (air sumur) kuantitatif berdasarkan skoring dari parameter yang digunakan,” jelas Valencio.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa resapan air tanah di ruang terbuka mengalami penurunan sebesar 627,38 hektar. Ia juga mengungkap bahwa keberadaan kawasan vegetasi akan mengurangi batas-batas kawasan resapan air, sehingga luas resapan air pada tahun 2019 turun menjadi 125.531 hektar.
Secara garis besar persebaran lokasi potensi ketersediaan air tanah berada di selatan yaitu di Desa Tamanan dan Desa Wirokerten dengan sebaran lokasi titik potensi tinggi sebesar 8,33 persen. Hasil penelitiannya tersebut mendapatkan special award dari CAST (China Association Science and Technology). Dari keberhasilannya tersebut, Valencio memperoleh penghargaan sebesar US$ 1.200 atau sebesar Rp 16.800.000.
Agus Haryono, Plh. Kepala LIPI menyampaikan bahwa CAST merupakan organisasi ilmuwan dan para ahli teknologi terbesar yang berada di Tiongkok. Salah satu misinya adalah untuk meningkatkan pemahaman publik tentang sains serta mengembangkan program tentang sains. “CAST juga mendukung pemuda-pemudi untuk menjadi warga negara dengan literasi sains yang tinggi. Penghargaan CAST ini diberikan kepada proyek yang paling mencerminkan orisinalitas dan inovasi karya siswa di semua disiplin ilmu,” tutur Agus.
Baca:
Lagi, Jemput Massal Warga Terpapar Covid-19 di Sleman DIY