TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang bukti vaksin Covid-19 yang ada saat ini masih cukup efektif melawan virus-virus varian baru. Bukti terbaru datang dari studi yang dilakukan tim peneliti di Oxford University, Inggris, dan hasilnya telah dipublikasikan di Jurnal Cell.
Berita terpopuler selanjutnya tentang informasi seputar ivermectin sebagai obat Covid-19 cukup ramai diperbincangkan. Beragam kontroversi pun mulai bermunculan terkait efektivitas obat ini untuk mengobati Covid-19. Sebenarnya, Ivermectin merupakan obat anthelmintik yang berfungsi untuk mengobati infeksi akibat cacing.
Selain itu, analisis oleh tim peneliti gabungan dari WHO, London School of Hygiene and Tropical Medicine, dan Imperial College London terhadap lebih dari 1,7 juta data genome sequences virus Covid-19 yang sudah dikumpulkan di basisdata Global Initiative On Sharing All Influenza Data (GISAID) memberi gambaran akan ganasnya sejumlah varian baru virus itu. Dari 15 negara di dunia yang mewakili penyebaran virus-virus itu secara global, hampir seluruhnya memperlihatkan pergeseran cepat dominasi varian virus yang menyebar sejak pandemi terjadi awal 2020 lalu.
Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno.
1. Uji Antibodi, Dua Vaksin Covid-19 Ini Efektif Atasi Varian Delta dan Kappa
Satu lagi bukti vaksin Covid-19 yang ada saat ini masih cukup efektif melawan virus-virus varian baru. Bukti terbaru datang dari studi yang dilakukan tim peneliti di Oxford University, Inggris, dan hasilnya telah dipublikasikan di Jurnal Cell.
Hasil studi itu menyebutkan kalau vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan AstraZeneca mampu meredam varian Delta (B.1.617.2) dan Kappa (B.1.617.1). Kedua varian ini berkembang dari virus corona Covid-19 yang berada di balik 'tsunami' kasus di India di awal tahun ini.
Studi dilakukan dengan cara meneliti kemampuan antibodi dalam darah orang-orang yang telah menerima dosis lengkap kedua vaksin itu dalam menetralisir infeksi virus dari kedua varian itu. Dalam studi terpisah, Covid-19 varian Delta diketahui memiliki kemampuan menyebar hingga 97 persen lebih tinggi daripada varian saat awal pandemi. Sedang Kappa, 48 persen.
"Tidak ada bukti virus-virus itu bisa lolos dengan mudah, menjadikan vaksin-vaksin yang ada saat ini akan mampu menyediakan proteksi melawan turunan virus corona B.1.617," bunyi hasil studi itu merujuk kepada varian Delta dan Kappa.
2. Ivermectin Obat yang Berguna untuk Membunuh Larva Cacing di dalam Tubuh
Akhir-akhir ini, informasi seputar ivermectin sebagai obat Covid-19 cukup ramai diperbincangkan. Beragam kontroversi pun mulai bermunculan terkait efektivitas obat ini untuk mengobati Covid-19. Sebenarnya, Ivermectin merupakan obat anthelmintik yang berfungsi untuk mengobati infeksi akibat cacing.
Ivermectin ini bekerja dengan cara mencegah cacing dewasa bereproduksi dan membunuh larva cacing di dalam tubuh. Ivermectin digunakan untuk mengobati penyakit strongiloidiasis akibat infeksi cacing gelang jenis Strongyloides, dan onchocerchiasis akibat infeksi cacing gelang jenis Onchocerca volvulus. Ivermectin juga diketahui efektif untuk mengobati infeksi cacing lain, seperti filariasis akibat infeksi parasit Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
Ivermectin merupakan obat yang sangat efektif untuk mengobati infeksi cacing sehingga hanya membutuhkan dosis kecil. Untuk penderita Onchocerciasis, dosis yang diperlukan yaitu 0,15 mg/kgBB per hari, sebagai dosis tunggal. Untuk penderita Strongiloidiasis, dosis yang diperlukan yaitu 0,2 mg/kgBB per hari, selama 1-2 hari.
3. 97 Persen Lebih Menular, Covid-19 Varian Delta Paling Superior
Analisis oleh tim peneliti gabungan dari WHO, London School of Hygiene and Tropical Medicine, dan Imperial College London terhadap lebih dari 1,7 juta data genome sequences virus Covid-19 yang sudah dikumpulkan di basisdata Global Initiative On Sharing All Influenza Data (GISAID) memberi gambaran akan ganasnya sejumlah varian baru virus itu. Dari 15 negara di dunia yang mewakili penyebaran virus-virus itu secara global, hampir seluruhnya memperlihatkan pergeseran cepat dominasi varian virus yang menyebar sejak pandemi terjadi awal 2020 lalu.
Varian-varian baru seperti yang ada dalam daftar Variant of Concern WHO seluruhnya terbukti memiliki kemampuan untuk menular lebih luas. Untuk varian Alpha (B.1.1.7), misalnya, terukur memiliki tingkat penularan 29 persen lebih tinggi dibandingkan varian awal virus Covid-19 yang menyebar di awal pandemi. Sedang untuk varian Beta (B.1.351) lebih tinggi sebesar 25 persen, lebih tinggi 38 persen untuk Gamma (P.1), dan yang tertinggi, 97 persen untuk varian Delta (B.1.617.2).
Analisis dilakukan terhadap angka reproduksi efektif virus dan penyebaran globalnya hingga 3 Juni 2021. Angka reproduksi virus menunjukkan berapa banyak orang yang bisa tertular dari setiap satu kasus positif. Per periode itu diketahui B.1.1.7 dilaporkan telah terdeteksi di sedikitnya 160 negara, B.1.351 ada di 113 negara, P.1 dilaporkan telah menyebar di 64 negara, dan B.1.617.2 sudah masuk di 62 negara. Simak Top 3 Tekno Berita Hari Ini lainnya di Tempo.co.
Baca:
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Beasiswa Kampus BUMN, Hujan Bulan Juni, Covid-19