TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah video merekam jebolnya dua bendungan saat kota-kota di wilayah Mongolia Dalam di Cina diguyur hujan ekstrem pada akhir pekan lalu. Bendungan jebol setelah total sepertiga curah hujan tahunan tertumpah dalam satu hari.
Video yang ditayangkan kantor berita Cina menunjukkan Bendungan Yong'an dan Xinfa di Morin Dawa Daur yang termasuk wilayah Kota Hulunbuir luber. Pemicunya, tinggi air Sungai Nuomin yang meningkat sepanjang Sabtu dan Minggu. Dalam klip video yang berbeda, tembok bendungan runtuh dan merilis banjir bandang.
Pernyataan resmi Pemerintah Hulunbuir pada Senin, 19 Juli 2021, telah mengkonfirmasi jebolnya dua bendungan itu pada Minggu. Dikatakan, sebanyak 16.600 jiwa terdampak dan lebih dari 20 ribu hektare areal pertanian tenggelam karenanya.
Disebutkan, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan pada hari itu. Adapun kerusakan infrastruktur mencakup 22 jembatan dan hampir sepanjang 10 mil jalan tol hancur. Banjir bandang dilaporkan sudah surut pada Senin, tapi kerugian ekonomi akibat bencana tersebut masih dihitung.
Menurut Biro Meteorologi Hulunbuir, wilayah itu menerima curahan hujan paling lebat pada Sabtu lalu sekitar pukul 8 pagi dan Minggu sekitar pukul 14. Curah hujan tertinggi yang terukur adalah 223 milimeter.
Kejadian berikutnya adalah jebolnya bendungan, yang pertama adalah Yong'an pada Minggu pukul 13.45. Lalu diikuti Xinfa di alirannya yang lebih ke hilir sekitar 40 menit kemudian.
Pejabat di Biro Meteorologi menyatakan jebolnya bendungan-bendungan itu terkait langsung dengan melonjaknya debit dan tinggi muka air dalam bendungan. Beberapa bagian dari Morin Dawa Daur yang setiap tahunnya menerima curah hujan hampir 490 millimeter mencatat curah hujan sepanjang hari Minggu itu sebesar 153 millimeter.
"Catatan curah hujan tertinggi selama ini," katanya sambil menambahkan, sepertiga dari total curah hujan tahunan itu turun dari langit kala kondisi tanah juga sudah jenuh karena hujan lebat sepanjang Sabtu.
NEWSWEEK | REUTERS | GLOBAL TIMES
Baca juga:
PPKM Dicabut, Sebagian Besar Warga Inggris Belum Berani Bebas