TEMPO.CO, Jakarta - Aplikasi audio sosial Clubhouse bergabung dengan platform lainnya dalam mengambil langkah-langkah untuk melindungi privasi dan keamanan penggunanya di Afghanistan. Pekan lalu, aplikasi itu mereset puluhan ribu bios dan foto pengguna Afghanistan, dan membuat akun mereka lebih sulit ditemukan dalam pencarian.
Pengambilalihan pemerintahan oleh Taliban di Afghanistan menimbulkan tantangan baru bagi perusahaan teknologi, salah satunya keamanan data pribadi pengguna. “Tindakan itu tidak mempengaruhi pengikut pengguna, dan semua perubahan dapat dibatalkan jika pengguna menginginkannya,” ujar seorang juru bicara Clubhouse yang tidak disebnutkan namanya, seperti dikutip The Verge, 21 Agustus 2021.
Clubhouse juga telah mengingatkan penggunanya di Afghanistan bahwa mereka mengizinkan nama samaran untuk tujuan hak asasi manusia atau keselamatan. Perusahaan berkonsultasi dengan pakar kebebasan berekspresi dan ekstremisme kekerasan untuk membantu menyusun pendekatannya, kata juru bicara itu.
Ketika Taliban telah mendapatkan kembali kendali atas negara itu, banyak orang di Afghanistan telah mencoba untuk menghapus foto dari akun media sosial dan telepon mereka karena dianggap menunjukkan hubungan dengan Barat atau bekas pemerintah Afghanistan.
Meskipun ada larangan di banyak platform sosial, Taliban telah mampu mendorong pesannya di media sosial, seperti yang ditulis The Washington Post. Kelompok tersebut cukup canggih dalam taktik media sosial dan berupaya untuk mengubah citranya.
Selain itu, pada hari Kamis, 19 Agustus 2021, Facebook juga telah menambahkan langkah-langkah keamanan untuk pengguna di Afghanistan, termasuk menyembunyikan daftar "teman" dan menambahkan alat untuk mengunci akun dengan cepat.
THE VERGE | REUTERS
Baca:
Afghanistan Punya Logam Langka Berbahaya Senilai Rp 43.000 T, Digarap Cina?