Pemerintah Malaysia memang telah bergerak cepat untuk bisa mengendalikan wabah Covid-19 lewat vaksinasi massal. Putrajaya juga telah menjamin beberapa jenis industri untuk bisa tetap beroperasi atas nama upaya memelihara pertumbuhan ekonomi. Namun, situasinya di lapangan tak sesuai harapan karena pabrik-pabrik harus tutup dua minggu penuh jika ada lebih dari tiga pekerjanya yang terkonfirmasi positif Covid-19.
“Ini bisa sangat mengganggu untuk Infineon dan perusahaan lain yang memiliki pabrik dengan beberapa ribu pekerja,” kata Samuel Tan, analis semikonduktor di Kenanga Investment Bank Bhd. yang berbasis di Kuala Lumpur.
Itulah bagaimana Malaysia memperparah kelangkaan semikonduktor untuk produksi chip dunia yang saat ini dinilai telah ada di fase kritis. Chip lead times atau jarak antara waktu pemesanan dan pengiriman semikonduktor telah bertambah lebih dari delapan hari menjadi 20,2 minggu pada Juli lalu dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut perusahaan riset Susquehanna Financial Group, waktu tunggu itu adalah yang terpanjang yang pernah dirisetnya sejak 2017 lalu.
Bagi pabrikan mobil, ini menambah pukulan setelah tahun lalu terdampak cuaca ekstrem cekaman dingin yang ikut melumpuhkan industri semikonduktor di Texas, Amerika Serikat. Lalu, kebakaran yang dialami pabrik chip otomotif di Jepang.
Dalam keterangan terkini yang diberikan Chief Executive Officer Infinson, Reinhard Ploss, hambatan produksi dari Malaysia diprediksi bakal terus membebani penjualan di sepanjang periode Q3 tahun ini. Walaupun dia mengatakan kemungkinan kapasitas produksi pabriknya akan kembali normal di akhir bulan ini.
Pernyataan senada datang dari STMicro yang sudah sempat menghentikan pembangunan pabriknya selama 11 hari. Sedang NXP tak mengatakan apa-apa tentang Malaysia namun perusahaan ini memiliki satu pabrik chip dan juga situs ujinya di negara ini.
Nissan Motor Co. dan General Motors Co. telah lebih dulu memperingatkan ancaman kelangkaan komponen semakin parah dengan lockdown di Malaysia. Saat itu pabrikan mobil merek Jepang sudah menutup pabriknya di Smyrna, Tennessee, selama dua minggu. Kehilangan produksi diperhitungkan menyebabkan kerugian sebesar US$ 100 miliar bagi industri otomotif dunia sepanjang tahun ini saja.
Analis HIS, Mark Fulthorpe dan Phil Amsrud, menilai operasional pabrik uji dan pengemasan chip seperti di Malaysia sangat rentan peningkatan penularan infeksi virus corona Covid-19. Menurut laporan yang diublikasikan keduanya, proses ini membutuhkan lebih banyak tenaga manusia daripada proses manufaktur chip. “Karena penggunaan pekerjanya yang lebih intensif, aktivitasnya pun lebih mudah terpengaruh pemberlakuan protokol kesehatan publik,” bunyi laporan itu.
FORTUNE, WORLDOMETERS
Baca juga:
Kaspersky Bicara Marak Peretasan Situs Pemerintah Disusupi Judi Online