Zeolit merupakan bahan galian non-logam atau mineral industri multiguna karena memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang unik, yaitu sebagai penyerap kontaminan, penyerap logam, penukar ion, penyaring molekul, dan sebagai katalisator (alkilasi, isomerisasi, cracking, transesterifikasi, dan lain-lain).
Zeolit dapat digunakan dalam pelbagai bidang seperti untuk keperluan industri, pertanian, perkebunan peternakan, perikanan, lingkungan, dan pengolahan air. Bagi lingkungan, zeolit berguna untuk menghilangkan bau lantaran zeolit dapat menyerap molekul-molekul gas seperti CO (karbon monoksida), CO2 (karbon dioksida), dan H2S (hidrogren sulfida).
Kata Nabilah, dalam konteks riset mereka, "Zeolit dapat dimanfaatkan sebagai katalisator dalam produksi biodiesel--energi alternatif masa depan yang menjanjikan karena ramah lingkungan."
Dalam proses pembuatannya, zeolit hasil sintesis yang bertindak sebagai katalisator akan dimodifikasi menjadi OH-zeolit atau gabungan proses elektrolis dan katalis basa heterogen zeolit. Katalis ini mempunyai keunggulan dibandingkan katalis asam dari segi kecepatan, suhu operasi yang relatif rendah, dan kesempurnaan reaksi.
OH-zeolit nantinya mengkatalisis reaksi transesterifikasi pada minyak kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel. Reaksi transesterifikasi dengan menggunakan katalis basa heterogen OH-Zeolit lebih efektif ketimbang katalis basa homogen, seperti NaOH (natrium hidroksida) dan KOH (kalium hidroksida), yang umum digunakan dalam proses pembuatan biodiesel.
"Penggunaan katalis OH-zeolit juga tidak menimbulkan efek samping berupa sabun dalam jumlah besar karena tidak terjadi reaksi saponifikasi dengan asam lemak bebas di trigliserida," katanya.
Nabilah menjelaskan, dia dan kawan-kawannya dalam Tim Zecat telah memutuskan menggabungkan penggunaan metode elektrolisis dan metode metanolisis dalam sintesis biodiesel. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan empirik, dilakukan langsung di laboratorium karena merupakan pengembangan dari penelitian yang sudah ada sebelumnya.
“Kedua metode memiliki beberapa keuntungan, di antaranya dapat dilakukan pada suhu kamar dan air yang terkandung pada bahan baku minyak dapat langsung digunakan sebagai elektrokatalik, yang diharapkan dapat menghasilkan rendemen dari biodieselnya lebih besar,” ujar mahasiswa kelahiran 24 November 2002 itu.
Petugas menunjukkan sampel bahan bakar minyak (BBM) B-20, B-30, dan B-100 di Jakarta, Selasa, 26 Februari 2019. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, bahwa Indonesia dapat menggunakan campuran dari bahan nabati seperti minyak sawit dalam solar hingga 100 persen atau biodiesel 100 (B-100) pada tiga tahun mendatang. TEMPO/Tony Hartawan
Dalam penelitian, Nabilah menambahkan, tim mengambil 55 persen lumpur Sidoarjo untuk dijadikan sebagai katalisatornya dari total komponen sintesis zeolit. Untuk efektivitasnya masih dalam tahap pengujian. "Kami menggunakan sampel sejumlah 3 kilogram lumpur yang diambil dari 3 radius berbeda,” kata Nabilah.
Tak sekadar memanfaatkan lumpur Sidoarjo, penggunaan zeolit harus memenuhi spesifikasi yang telah baku dan butuh pengolahan yang benar agar dapat digunakan sesuai kebutuhan. Mutu zeolit, Nabilah memaparkan, dapat diketahui atau dikaji berdasarkan hasil uji laboratorium, yang meliputi antara lain analisis mineralogi, analisis butir/ayak, analisis kimia, analisis difraksi sinar X (XRD) dan petrografi, serta pertukaran ion atau harga kapasitas tukar kation (KTK)-nya, baik sebelum maupun sesudah diaktivasi.
Baca juga:
Lumpur Lapindo Mengandung Logam Tanah Jarang, Dibutuhkan Kendaraan Listrik