TEMPO.CO, Jakarta - Pekan Olahraga Nasional atau PON Papua akan segera digelar pada awal Oktober mendatang. Berbagai pernak-pernik terkait persiapan pergelaran ajang olahraga empat tahunan tersebut pun mulai mencuat ke publik, salah satunya adalah maskot PON XX Papua. Pada pergelaran tahun ini, PON XX Papua memiliki dua maskot, yakni Kangpho dan Drawa.
Berbagai ilustrasi mengenai dua maskot tersebut telah tersebar di berbagai media sosial. Dua maskot tersebut pun menarik perhatian karena Drawa dan Kangpho tampak sebagai ilustrasi hewan yang jarang dilihat di Indonesia. Selain itu, keduanya juga tampak mengenakan berbagai aksesoris khas Papua.
Belakangan diketahui bahwa kedua maskot tersebut ternyata terinspirasi dari dua hewan endemik Papua. Dilansir dari kominfo.go.id, Kangpho merupakan singkatan dari Kanguru Pohon, satwa endemik Papua, sementara Drawa adalah Burung Cenderawasih. Drawa dan Kangpho dilengkapi dengan rumbai dari kulit kayu atau akar pohon untuk menutupi bagian pinggangnya. Selain itu, bagian pinggang Drawa dan Kangpho juga dilengkapi dengan hiasan ukiran khas Papua.
Meskipun diakui sebagai hewan endemik Papua, selama ini Kanguru lebih dikenal sebagai hewan khas Australia. Faktanya, kanguru pohon memang merupakan hewan khas Papua. Dilansir dari mongabay.co.id, kanguru pohon mantel emas, jenis kanguru yang menjadi maskot PON Papua, pertama kali ditemukan di Papua pada 1990 oleh Pavel German di Gunung Sapapu, Pegunungan Torricelli, Papua Nugini. Berbeda dengan kanguru Australia, kanguru pohon lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain-main di pohon. Kanguru pohon hanya turun dari pohon sesekali untuk mencari air minum.
Sementara itu, Drawa yang merupakan burung cenderawasih telah lama dikenal sebagai hewan endemik khas Papua. Dilansir dari mongabay.co.id, burung Cendrawasih disakralkan oleh orang-orang Papua, bahkan disebut sebagai burung surga. Meskipun demikian, burung cendrawasih tak jarang diburu dan dipergunakan untuk kepentingan tertentu. Dikutip dari buku Ekologi Papua, oleh masyarakat Papua, burung cenderawasih dimanfaatkan sebagai makanan, bahan ritual, hingga aksesoris.
Guna melindungi burung cenderawasih yang semakin sering diburu, Gubernur Papua, Lukas Enembe, menerbitkan surat edaran pada 5 Juni 2017. Surat edaran tersebut memuat larangan penggunaan burung cendrawasih asli sebagai aksesoris dan cenderamata. Dengan pelarangan tersebut, kepunahan burung cendrawasih harapannya dapat dicegah. Adapun, burung cendrawasih asli hanya boleh dimanfaatkan untuk keperluan ritual-ritual adat.
BANGKIT ADHI WIGUNA
Baca: Beramai-ramai Tolak Mahkota Burung Cenderawasih sebagai Suvenir PON Papua