TEMPO.CO, Jakarta - Ketika sampai kepada para bayi, sejumlah besar mikroplastik kelihatannya akan sangat mudah sekali masuk ke dalam tubuh--dan dikeluarkan lagi. Ini seperti yang ditemukan oleh riset baru-baru ini menggunakan alat spatula, pembalut bayi alias pampers dan feses.
Secara khusus, konsentrasi rata-rata dari satu tipe mikroplastik dalam sampel potongan feses bayi ditemukan sepuluh kali lebih tinggi daripada milik orang dewasa. Plastik itu, disebut PET (polyethylene terephthalate), luas digunakan dalam produk botol dan bahan kain polyester.
Dari hasil riset itu pantas diduga para bayi telah terpapar kepada konsentrasi mikroplastik yang jauh lebih besar daripada orang dewasa. Ketika bayi-bayi memasukkan mainan atau pakaian ke dalam mulutnya, mereka bisa dipastikan bakal menelan serpihan atau mikroplastik.
Lalu ada pula wadah plastik untuk makanan, gelas dan botol dot yang dapat pula menebar serpihan PET yang lebih kecil daripada serbuk penghapus pensil. Mencampur air panas dan susu formula dalam sebuah botol plastik juga dapat melemahkan ikatan molekul plastik hingga melepaskan lebih banyak mikroplastik. Bayi-bayi yang masih merangkak juga jauh lebih mungkin—ketimbang orang dewasa—untuk mendapatkan paparan serat mikro dari alas yang terbuat dari polyester, yang kemudian mereka hirup atau telan.
Para peneliti masih mencari tahu apa dampak semua itu bagi kesehatan bayi. Belum ada cukup riset tentang bagaimana mikroplastik di sekitar kita—dan di dalam tubuh kita—mempengaruhi kesehatan manusia. Tapi hasil studi pada feses bayi yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Science & Technology Letters tersebut jelas membuat para penelitinya cemas.
Baca Juga:
“Para bayi terpapar konsentrasi plastik yang tinggi, sesuatu harus dilakukan,” kata Kurunthachalam Kannan, dokter anak dan juga professor kesehatan lingkungan di New York University School of Medicine, Amerika Serikat. Kannan adalah juga anggota tim pelaku riset. “Usia-usia awal kehidupan masih sangat rentan,” katanya menambahkan.
Para peneliti biasanya berpikir plastik yang tertelan akan ke luar lagi begitu saja. Itu sama seperti benda-benda lain yang tak seharusnya dimakan atau ditelan anak-anak. Tapi, hasil riset yang dipublikasikan pada 2019 menduga kalau serpihan plastik yang sangat kecil mungkin mampu menembus membran sel dan masuk ke sistem peredarah darah.
Jika itu benar terjadi, mikroplastik dapat menyebabkan masalah yang lebih besar. “Sudah ada buktinya kalau mikroplastik dalam sirkulasi darah bisa menyebabkan peradangan dan kematian sel, mempengaruhi sistem imun,” kata Kannan.
Plastik juga diketahui mengandung bahan kimia dalam jumlah yang sangat besar, termasuk yang bisa mengganggu kelenjar endokrin sehingga bisa mengacaukan hormon dalam tubuh. Dampak selanjutnya adalah efek jahat kepada metabolisme dan kesehatan reproduktif dan sistem saraf.
Jika sudah begitu, Kannan mengatakan, bayi-bayi tentu lebih rentan daripada orang dewasa karena tubuh mereka yang masih tumbuh dan mengalami perkembangan. “Dampaknya juga akan terbawa ke masa dewasa,” kata Kannan.
Ilustrasi sterilisasi alat makan bayi. Shutterstock
Kannan dan timnya meneliti sampel feses dari enam bayi berusia satu tahun di New York City. Mereka juga mengamati komposisi feses-feses awal dari tiga bayi baru lahir. Penelitian dilakukan dengan cara mengambil sampel dari pampers menggunakan spatula—secara hati-hati untuk menghindari mikroplastik yang berasal dari pampers ikut terhitung.
Ilustrasi bayi merangkak. freepik.com
Tim peneliti juga memutuskan tidak memeriksa jenis plastik yang biasa digunakan untuk pampers yang disebut polypropylene. Sebaliknya, mereka hanya meneliti PET dan polycarbonate dalam setiap sampel feses. Sebagai pembanding, mereka mengambil sampel dari feses 10 orang dewasa di Albany, New York.
Tak banyak diketahui tentang bagaimana pajanan kepada mikroplastik bervariasi antar lokasi dan populasi. Jadi, studi menambahkan seruan untuk riset lanjutan setelah mereka mendapatkan bukti dasar dosis mikroplastik dalam bayi dan orang dewasa. “Butuh studi lebih jauh dengan ukuran sampel yang lebih besar untuk mengkonfirmasi dan memperluas temuan-temuan kami,” kata Kannan dkk.
THE VERGE
Baca juga:
Riset di Malaysia: Vaksin Sinovac Efektif Melindungi, tapi Pfizer dan AstraZeneca Lebih Baik