Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Guru Besar FKUI Jelaskan Studi Calon Obat Covid-19 Buatan Merck

image-gnews
Logo Merck.  REUTERS/Mike Blake
Logo Merck. REUTERS/Mike Blake
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Molnupiravir, calon obat Covid-19 buatan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat Merck, ramai dibicarakan karena dalam hasil penelitiannya dapat mengurangi rawat inap dan kematian hingga setengahnya pada pasien infeksi. Perusahaan juga akan meminta pejabat kesehatan di Amerika dan di seluruh dunia untuk mengizinkan penggunaan obat berbentuk pil itu.

Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan bahwa sejak tahun lalu obat untuk Covid-19 sudah banyak dibicarakan. Menurutnya, ada berbagai obat yang tadinya dianggap menjanjikan, tapi setelah penelitian mendalam, ternyata obat-obatan itu tidak terbukti memberikan manfaat.

“Itu berdasarkan penelitian mendalam dalam bentuk Solidarity Trial dari WHO di puluhan negara,” ujar dia, Senin, 4 Oktober 2021.

Menurut Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu, penelitian untuk mendapatkan obat antiviral yang tidak disuntik atau obat oral sudah banyak dilakukan. Pada January 2021 misalnya, Kementerian Kesehatan Amerika mengumumkan investasi US$ 3 miliar untuk mendapatkan obat baru Covid-19, utamanya yang dalam bentuk oral.

“Disebutkan dana ini adalah untuk seluruh proses menemukan (discovery), pengembangannya (development), dan sampai dengan produksinya (manufacturing),” katanya lagi.

Sementara, Tjandra melanjutkan, produsen Merck beserta mitranya Ridgeback Biotherapeutics mengumumkan hasil penelitian obat mereka, Molnupiravir (MK-4482, EIDD-2801). Ini adalah obat antiviral yang dalam hasil penelitian interimnya menunjukkan penurunan sebesar 50 persen angka perawatan di rumah sakit, juga mencegah kematian akibat Covid-19, pada pasien derajat ringan dan sedang.

Datanya menunjukkan 7,3 persen pasien (28 orang) yang mendapat Molnupiravir (dari 385 orang) yang dirawat di rumah sakit sampai hari ke-29 penelitian. Sementara itu, pada mereka yang tidak mendapat Molnupiravir, artinya dapat plasebo saja (377 orang) ada 53 orang (14,1 persen) yang harus masuk rumah sakit, jadi sekitar dua kali lipat lebih banyak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain data masuk rumah sakit, yang tidak dapat Molnupiravir sebanyak 8 orang yang meninggal. “Sementara dari yang mendapat molnupiravir memang tidak ada yang meninggal sampai hari ke-29 penelitian ini dilakukan,” tutur Tjandra.

Sampel penelitian adalah pasien Covid-19 ringan dan sedang, dengan onset gejala paling lama lima hari (tadinya pernah di rancang untuk tujuh hari lalu diturunkan menjadi lima hari). Hasil penelitian ini juga menunjukkan data pada 40 persen sampelnya bahwa efikasi Molnupiravir adalah konsisten pada berbagai varian yang ditemukan, yaitu Gamma, Delta, dan Mu.

Secara umum efek sampingnya adalah seimbang antara yang dapat Molnupiravir dan plasebo, yaitu 35 persen dan 40 persen. Sampel penelitian ini mempunyai setidaknya satu faktor risiko, atau yang biasa dikenal dengan komorbid. “Yang paling sering adalah obesitas, diabetes mellitus, penyakit jantung dan juga usia tua atau lebih dari 60 tahun,” ujar dia.

Tjandra yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta menerangkan, hasil interim uji klinik fase 3 kabarnya akan diproses untuk kemungkinan izin edar dalam bentuk Emergency Use of Authorization (EUA) ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA), yang tentu nanti akan menilai semua data dan kelayakan yang ada.

Namun, yang perlu diketahui, Tjandra juga menambahkan, pada April 2021 uji klinik obat Molnupiravir ini pada pasien yang dirawat di rumah sakit dihentikan. Alasannya karena tidak menunjukkan hasil yang baik pada pasien yang sudah masuk rumah sakit. “Waktu bulan April itu diputuskan penelitian diteruskan hanya pada mereka yang belum masuk rumah sakit, yang hasilnya baru diumumkan 1 Oktober ini,” tutur dia.

Baca:
Kurangi Efek Kematian, Molnupiravir dari Merck Akan Jadi Pil Covid-19 Pertama?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

1 hari lalu

Juru bicara KPK, Ali Fikri, menghadirkan anggota DPRD Labuhan Batu, Yusrial Suprianto Pasaribu dan pihak swasta Wahyu Ramdhani Siregar, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 26 Januari 2024. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahnan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap dua orang tersangka baru Yusrial Suprianto Pasaribu dan Wahyu Ramdhani Siregar terkait Operasi Tangkap Tangan KPK terhadap empat tersangka Bupati Labuhan Batu, Erik A. Ritonga, anggota DPRD Labuhan Batu, Rudi Syahputra Ritonga, dua orang pihak swasta Efendy Sahputra dan Fazar Syahputra, dalam dugaan tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji terkait proyek pengadaan barang dan jasa dari APBD Tahun 2013 dan Tahun 2014 sebesar Rp.1,4 triliun di lingkungan Pemerintah Kabupatan Labuhan Batu. TEMPO/Imam Sukamto
Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.


Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

2 hari lalu

Ilustrasi pria bertubuh tinggi dan pendek. shutterstock.com
Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.


Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

2 hari lalu

Kelinci yang menjadi alat uji ilmiah. shutterstock.com
Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:


Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Seorang pria yang mengenakan masker berjalan melewati ilustrasi virus di luar pusat sains regional di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. [REUTERS/Phil Noble]
Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.


Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

3 hari lalu

Dwina Septiani Wijaya. Dok. Peruri
Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.


Penjelasan Guru Besar FKUI Soal Kenapa 1 Juta Lebih WNI Pilih Berobat di Luar Negeri

3 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, pada Senin, 22 April 2024. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi meninjau langsung fasilitas dan alat-alat kesehatan yang ada di RSUD tersebut. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Penjelasan Guru Besar FKUI Soal Kenapa 1 Juta Lebih WNI Pilih Berobat di Luar Negeri

Jokowi menyebut 1 juta lebih WNI berobat ke luar negeri. Apa alasannya?


Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

4 hari lalu

Ilustrasi otak. medicalnews.com
Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.


Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

5 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.


Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

5 hari lalu

Bawang merah. ANTARA/Oky Lukmansyah
Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?


Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

6 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.