Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peraih Nobel Fisika Syukuro Manabe: Michael Jordan dari Lab Ilmu Iklim

image-gnews
Syukuro Manabe. REUTERS/Mike Segar
Syukuro Manabe. REUTERS/Mike Segar
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam konferensi pers di Richardson Auditorium, Princeton University, pada Selasa 5 Oktober 2021, Syukuro Manabe mendapat penghormatan berupa standing ovation dari keluarga, kolega, staf, mahasiswa, dan juga teman-temannya. Manabe adalah satu di antara tiga orang peraih Hadiah Nobel tahun ini yang berasal atau berikatan dengan kampus yang berlokasi di New Jersey, Amerika Serikat, itu.

Sejumlah kolega memuji dan mengakui karya serta kontribusi Manabe yang dipandang telah memberi dasar untuk ilmu iklim atau klimatologi. “Saya selalu melihat Suki sebagai Michael Jordan-nya ilmu iklim,” kata Tom Delworth, ilmuwan senior di Geophysical Fluid Dynamics Laboratory (GFDL), tempat Manabe selama ini berkiprah di Princeton University.

Mengidentikkannya dengan peran Jordan di NBA, Delworth menilai Syukuro 'Suki' Manabe sebagai ilmuwan iklim terbaik di dunia dan berperan lewat karya-karyanya membuat bidang ilmu ini semakin naik pamornya. Delworth pun mengaku masih menggunakan laporan-laporan penelitian awal Manabe sebagai bahan ajar. “Apa yang Anda pelajari dari makalah-makalah pada 1960-an itu masih berlaku hingga sekarang,” katanya.

Manabe, kini berusia 90 tahun, lahir di Ehime-Ken, Jepang, dan memperoleh gelar sarjana dan Ph.D dari University of Tokyo. Pada 1958, dia mulai bekerja sebagai peneliti meteorologi di National Weather Service di Amerika Serikat (kini National Oceanic and Atmospheric Administration, NOAA). Dia pindah ke University of Princeton sejak 1963 untuk memimpin GFDL dan mulai mengajar di universitas itu pada 1968.

Dalam konferensi pers, Manabe mengungkap butuh waktu yang tidak pendek untuknya merasa yakin bisa mengajar. Terkait itu pula dia mendorong para mahasiswa yang hadir untuk menemukan karir yang sesuai passion. Dia juga mengatakan tantangan generasi-generasi berikutnya untuk mencari cara, baik untuk mitigasi maupun adaptasi, menghadapi perubahan iklim yang sedang terjadi.

Manabe menjawab tidak, ketika ditanya apakah dirinya telah memprediksi krisis iklim saat ini ketika melakukan berbagai riset dan eksperimen lebih dari setengah abad lalu. “Saya tidak pernah membayangkan kalau apa yang mulai saya teliti waktu itu akan memiliki konsekuensi yang sangat besar saat ini,” katanya sambil menambahkan, “Saya dulu mengerjakannya hanya kerena keingintahuan.”

Manabe yang hingga kini masih memimpin GFDL mulai melakukan pemodelan iklim Bumi pada 1960-an. Dia menunjukkan bagaimana peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer menuntun kepada suhu di permukaan Bumi yang semakin tinggi. Manabe dan dua ilmuwan lain dianugerahi Nobel Fisika tahun ini karena kontribusinya merumuskan metode-metode baru untuk menggambarkan iklim di Bumi dan memprediksi perilaku jangka panjangnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Dia (Manabe) memimpin pengembangan model-model fisika dari iklim Bumi dan orang pertama yang mengeksplorasi interaksi antara keseimbangan radiasi dan pergerakan vertikal massa udara,” bunyi pengumuman Komite Nobel Fisika di Royal Swedish Academy of Sciences, Selasa lalu. Ditambahkannya, apa yang sudah dihasilkan Manabe, “Telah meletakkan landasan untuk pengembangan pemodelan iklim saat ini.”

Efek Rumah Kaca diyakini oleh para ahli sebagai salah satu sebab berakhirnya kehidupan di Bumi. Efek Rumah Kaca disebabkan naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2), nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), klorofluorokarbon (CFC), dan gas-gas lainnya di atmosfer. Sejak Revolusi Industri, manusia telah disalahkan sebagai penyebab terganggunya keseimbangan atmosfer sehingga terjadi perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi, suhu air laut dan permukaan bumi naik. Para ilmuwan memperingatkan bahwa efek rumah kaca akan menyebabkan suhu melambung beberapa ratus derajat Celsius, membuat laut mendidih dan kehidupan di Bumi akan berakhir. rightnow.org.au

Manabe dan Klaus Hasselmann dari Max Planck Institute for Meteorology di Jerman berbagi separuh pertama dari hadiah uang tunai sebesar 10 juta Kronor, atau setara Rp 16,2 miliar yang diberikan oleh Komite Nobel. Separuh sisanya menjadi hak Giorgio Parisi dari Sapienza University of Rome, Italia, yang menemukan pola-pola tersembunyi dalam material kompleks tak beraturan.

Denise Mauzerall, seorang profesor teknik sipil dan lingkungan di Princeton University mengatakan bahwa pemodelan iklim yang dibangun menggunakan teori-teori Syukuro Manabe kini menjadi alat kritikal untuk prediksi dan analisis bagaimana dunia akan berubah karena emisi gas rumah kaca. “Dan untuk meng-kuantifikasi manfaat besar dari penurunan emisi gas rumah kaca terhadap kehidupan di Bumi.

PAW.PRINCETON.EDU, NOBEL PRIZE

Baca juga:
Google Ancam Blokir Adsense Konten YouTube yang Sangkal Perubahan Iklim

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rekor Suhu Udara Terpanas Berlanjut di April 2024, Ini Datanya

7 hari lalu

Petani Thailand melakukan ritual minta hujan menggunakan boneka Doraemon. Thailand dan negara Asia Tenggara mengalami suhu panas ekstrem April 2024. (tangkapan layar Youtube)
Rekor Suhu Udara Terpanas Berlanjut di April 2024, Ini Datanya

Suhu udara di permukaan Bumi sepanjang April 2024 mematahkan rekor sebelumnya yang tercipta pada 2016. Sama-sama diwarnai El Nino kuat.


Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

23 hari lalu

Ahli Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, dikukuhkan sebagai profesor riset bidang kepakaran iklim dan cuaca ekstrem, Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

Dalam orasi ilmiah pengukuhan profesor riset dirinya, Erma membahas ihwal cuaca ekstrem yang dipicu oleh kenaikan suhu global.


Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

25 hari lalu

Seorang warga mencari kepiting di kawasan mangrove Desa Simandulang, Kecamatan Kualuh Leidong, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, Kamis 14 Desember 2023. Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Bahagia Giat Bersama melakukan pelestarian mangrove seluas 25 hektare untuk mempertahankan fungsi ekosistem mangrove Indonesia diakui dunia sebagai upaya mitigasi perubahan iklim, perlindungan kawasan pesisir, pencegahan abrasi dan tempat hidup  biota laut serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat .ANTARA FOTO/Yudi/wpa.
Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.


Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

25 hari lalu

Sejumlah kendaraan bermotor melintas di Jalan KH Abdullah Syafei, Kawasan Kampung Melayu, Jakarta, Jumat, 15 Juli 2022. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan kendaraan bermotor menyumbang 47 persen emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Ibu Kota sehingga akan dilakukan pembatasan lalu lintas kendaraan.  TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

Setiap negara bebas memilih untuk mengurangi gas rumah kaca yang akan dikurangi atau dikelola.


Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

26 hari lalu

Seremoni program Kemitraan Australia-Indonesia untuk Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur, yang akan menggabungkan modal pemerintah dan swasta untuk mempercepat investasi, 19 April 2024. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Australia di Jakarta
Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

Australia lewat pendanaan campuran mengucurkan investasi transisi net zero di Indonesia melalui program KINETIK


10 Sneakers Termahal di Dunia yang Pernah Dijual, Mencapai 130 Miliar

28 hari lalu

Sepatu Air Jordan 13 milik bintang NBA Michael Jordan yang dia kenakan selama Game 2 Final NBA 1998 menuju gelar kejuaraan NBA keenam dan terakhirnya. (twitter.com/Sothebys)
10 Sneakers Termahal di Dunia yang Pernah Dijual, Mencapai 130 Miliar

Sneakers kini menjadi barang mewah, bahkan dijadikan investasi. Berikut sneakers termahal di dunia yang harganya mencapai Rp130 miliar.


Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

53 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.


Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

19 Maret 2024

Siklon Tropis Megan (BMKG)
Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

Sebanyak 94 negara peserta salah satu forum meteorologi dunia, SERCOM Ke-3, mengadopsi empat kebijakan terkait layanan cuaca dan iklim.


BRIN Kembangkan Analisis Iklim Berdasarkan Lokasi dan Waktu

5 Maret 2024

Peneliti Ahli Madya di PRSDI BRIN, Devi Munandar, menjelaskan metode analisis iklim yang dikembangkannya melalui webinar, Rabu, 27 Februai 2024. Dok. Humas BRIN
BRIN Kembangkan Analisis Iklim Berdasarkan Lokasi dan Waktu

Model menggunakan data mining pada peramalan data iklim di Jawa Barat.


Daftar Sepatu Nike Termahal, Ada yang Mencapai 68 Miliar

26 Februari 2024

Sepasang Nike Air Jordan 1 tahun 1985, milik pemain NBA Michael Jordan. (ANTARA/Reuters/ Sotheby Handout)
Daftar Sepatu Nike Termahal, Ada yang Mencapai 68 Miliar

Ada beberapa daftar sepatu Nike termahal yang harganya bisa mencapai Rp68 miliar. Salah satunya Nike Air Jordan 1. Ini daftarnya.