TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah pesawat ruang angkasa dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA bernama Lucy meroket pada Sabtu pagi waktu setempat, 16 Oktober 2021.
Lucy meluncur dengan roket Atlas V untuk misi menjelajahi delapan asteroid, tujuh di antaranya batuan luar angkasa misterius yang berada di antara kawanan asteroid di orbit Jupiter, yang dianggap sebagai sisa-sisa murni dari pembentukan planet.
Lucy meluncur dalam perjalanan memutar yang membentang hampir 4 miliar mil (6,3 miliar kilometer). Para peneliti melepaskan penerbangan yang sukses itu secara emosional—ilmuwan utama Hal Levison mengatakan peluncuran itu seperti menyaksikan kelahiran seorang anak. "Pergi Lusi!" kata dia, Sabtu, 16 Oktober 2021.
Nama Lucy terinspirasi dari sisa-sisa kerangka berusia 3,2 juta tahun dari nenek moyang manusia yang ditemukan di Ethiopia hampir setengah abad yang lalu. Penemuan itu mendapatkan namanya dari lagu Beatles tahun 1967 "Lucy in the Sky with Diamonds," mendorong NASA untuk mengirim pesawat ruang angkasa itu membubung dengan lirik anggota band dan kata-kata bijak tokoh-tokoh lainnya yang tercetak di sebuah plakat.
Pesawat ruang angkasa itu juga membawa cakram yang terbuat dari berlian yang ditanam di laboratorium untuk salah satu instrumen sainsnya. Dalam video yang direkam sebelumnya untuk NASA, drummer Beatles Ringo Starr memberi penghormatan kepada mendiang rekannya John Lennon, yang dikreditkan karena menulis lagu yang menginspirasi semua ini.
"Saya sangat senang—Lucy akan kembali ke langit dengan berlian. Johnny akan menyukainya. Pokoknya, jika kamu bertemu seseorang di atas sana, Lucy, beri mereka kedamaian dan cinta dariku,” katanya.
Ahli paleoantropologi di balik penemuan fosil Lucy, Donald Johanson, merinding menyaksikan Lucy melesat. Dia mengaku dipenuhi dengan keheranan tentang persimpangan masa lalu, masa kini dan masa depan. "Bahwa nenek moyang manusia yang hidup begitu lama mendorong sebuah misi yang menjanjikan untuk menambahkan informasi berharga tentang pembentukan tata surya kita sangat menarik," kata Johanson, dari Arizona State University.
Misi Lucy senilai US$ 981 juta (Rp 14 triliun) adalah yang pertama ditujukan untuk apa yang disebut rombongan Trojan Jupiter: ribuan—jika bukan jutaan—asteroid yang berbagi orbit ekspansif raksasa gas itu mengelilingi Matahari. Beberapa asteroid Trojan mendahului Jupiter di orbitnya, sementara yang lain mengikutinya.
Terlepas dari orbitnya, Trojan jauh dari planet ini dan sebagian besar tersebar jauh satu sama lain. “Jadi pada dasarnya tidak ada kemungkinan Lucy dikalahkan oleh satu saat ia melewati targetnya,” kata Levison dari Southwest Research Institute.
Lucy akan berayun melewati Bumi Oktober mendatang dan lagi pada 2024 untuk mendapatkan kekuatan gravitasi yang cukup untuk mencapai orbit Jupiter. Mengambil kekuatan dari dua sayap surya melingkar yang besar, Lucy akan mengejar lima asteroid dalam kelompok Trojan terkemuka di akhir tahun 2021-an.
Pesawat ruang angkasa itu kemudian akan meluncur kembali ke Bumi untuk pada tahun 2030. Hal itu akan mengirim Lucy kembali ke kluster Trojan yang tertinggal, di mana ia akan melewati dua target terakhir pada tahun 2033 untuk memecahkan rekor delapan asteroid yang dikunjungi dalam satu misi.
Ini adalah jalur yang rumit dan berliku yang membuat kepala misi sains NASA, Thomas Zurbuchen, menggelengkan kepala pada awalnya. "Kau pasti bercanda. Ini mungkin?" dia ingat bertanya.
NASA berencana untuk meluncurkan misi lain bulan depan untuk menguji apakah manusia mungkin dapat mengubah orbit asteroid. Hal itu untuk mengantisipasi seandainya Bumi menghadapi batu luar angkasa yang menuju ke arahnya.
PHYS | NASA
Baca:
Salam Bahasa Indonesia Pernah Sampai Luar Angkasa Melalui Satelit NASA Voyager
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.