Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari Burung Migrasi Sedunia, Kehati dan Burung Indonesia Amati Raptor

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Kegiatan mengamati burung pemangsa dalam rangka Hari Burung Migrasi Sedunia di bulan Oktober yang dilakukan Biodiversity Warriors Yayasan Kehati bersama Burung Indonesia di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 30 Oktober 2021. Kredit: ANTARA/HO-Yayasan KEHATI
Kegiatan mengamati burung pemangsa dalam rangka Hari Burung Migrasi Sedunia di bulan Oktober yang dilakukan Biodiversity Warriors Yayasan Kehati bersama Burung Indonesia di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 30 Oktober 2021. Kredit: ANTARA/HO-Yayasan KEHATI
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Biodiversity Warriors Yayasan Kehati bersama Burung Indonesia merayakan Hari Burung Migrasi Sedunia dengan mengamati jenis burung pemangsa atau raptor yang bermigrasi melintasi kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.

“Pengamatan burung pemangsa ini sangat penting. Selain sebagai penyeimbang populasi satwa lain, mereka juga dapat dijadikan indikator kondisi alam yang menjadi daerah singgahan atau tujuan dari migrasinya. Data-data hasil pengamatan akan menjadi penguat analisis bagi tindakan konservasi yang akan dilakukan pihak-pihak terkait,” kata Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan Kehati Rika Anggraini, Sabtu, 30 Oktober 2021.

Setiap bulan Mei dan Oktober warga dunia memperingati Hari Burung Migrasi Sedunia. Peringatan itu menjadi penting bukan hanya untuk mengenal keanekaragaman burung, namun juga sebagai indikator kondisi alam yang menjadi habitat satwa terbang tersebut.

Hal itu, kata Rika, semakin dikuatkan dengan tema tahun ini, yaitu "Nyanyikan, Terbang, Menjulang-seperti Burung!" (Sing, Fly, Soar-Like A Bird!) di mana warga dunia diharapkan dapat menyuarakan aspirasi mereka untuk kelestarian burung migrasi dan habitat tempat mereka tinggal.

Berbeda dengan pengamatan sebelumnya di Bulan Mei yang mengamati burung air, di Bulan Oktober ini Biodiversity Warriors Yayasan Kehati bersama Burung Indonesia mengamati jenis burung pemangsa yang bermigrasi melintasi kawasan Puncak Bogor. Ia mengatakan, mengamati satwa migrasi yang berada di puncak piramida makanan itu memang selalu menarik, terutama hubungannya dengan kondisi dan kelestarian alam dan dampak yang bisa diberikan.

Sayangnya, kata dia, burung pemangsa itu memiliki keterancaman yang tinggi ketika bermigrasi, termasuk di wilayah Indonesia. Dampak perubahan iklim, deforestasi, degradasi dan fragmentasi hutan dan lahan menyebabkan rusak dan berkurangnya habitat dan sumber pakan mereka, selain juga adanya perburuan liar.

Menurut dia, hal pertama-tama yang bisa dilakukan masyarakat untuk ikut menyuarakan perlindungan adalah dengan melakukan pengamatan burung migran. Selain menyenangkan, melalui pengamatan bisa disisipkan edukasi tentang burung migran itu sendiri, termasuk burung pemangsa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dia mengatakan beberapa fakta unik yang bisa diambil terkait burung migran pemangsa itu, di antaranya penantang maut dengan melakukan perjalanan dari Bumi utara ke belahan Bumi selatan, pengatur strategi yang brilian dengan mengetahui kapan mereka harus bermigrasi dengan mendeteksi perubahan suhu di daerah asalnya, terbang bagai pesawat canggih dengan kemampuan navigasi dan memori spasial yang kompleks.

Peneliti burung Gustav Kramer pada 1950 menyatakan agar dapat tiba di lokasi migrasi, selain mengandalkan orientasi arah, burung migrasi memiliki navigasi lainnya serupa kompas matahari. Dengan kemampuan navigasi itu, burung-burung migran dapat mengurangi risiko kehilangan arah dengan memperhitungkan pergerakan matahari.

Untuk menghemat energi, kata Rika, burung pemangsa menggunakan teknik terbang yang menakjubkan. Menggunakan teknik soaring, mereka memanfaatkan arus panas Bumi sehingga mereka tidak harus mengepakkan sayap. Mereka juga memanfaatkan pantulan angin (slope soaring) dari lembah atau permukaan yang miring untuk meluncur.

Teknik itu juga yang dimanfaatkan manusia di industri penerbangan. Dengan mengetahui fakta tentang burung pemangsa migran itu, diharapkan masyarakat, terutama generasi muda, dapat semakin peduli dan terlibat dalam pelestarian burung yang berada di Indonesia.

ANTARA

Baca:
Mirah, Elang Jawa Betina dari Yogya, Dilepas Liar di TNBTS

Selalu 
update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mas Dhito: Beritahu Kami Jika Ada Satwa Burung Butuh Treatment Ekstra

7 hari lalu

Mas Dhito: Beritahu Kami Jika Ada Satwa Burung Butuh Treatment Ekstra

Pemerintah Kabupaten Kediri berkomitmen menjaga kelestarian satwa burung yang ada di Bumi Panjalu.


7 Jenis Cendrawasih, Burung Surga yang Hidup di Indonesia

16 hari lalu

Petugas menunjukkan burung Cendrawasih yang telah mati saat gelar kasus penyelundupan satwa langka di Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, 27 Februari 2015. Ratusan satwa langka yang akan diselndupkan tersebut ditemukan dari atas  kapal motor (KM) Gunung Dempo dari Papua. TEMPO/Fully Syafi
7 Jenis Cendrawasih, Burung Surga yang Hidup di Indonesia

Ada banyak jenis burung cendrawasih. Di Indonesia, terdapat 7 jenis yang terkenal cantik hingga dijuluki burung dari surga.


BKSDA Sultra Gagalkan Penyelundupan Puluhan Kakatua Jambul Kuning dan Nuri Bayan

36 hari lalu

Dua ekor kakatua maluku di Pusat penyelamatan dan rehabilitasi satwa liar Tasikoki, Bitung, Sulawesi Utara, Kamis 19 Oktober 2023. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara berhasil memulangkan (repatriasi) sebanyak 73 ekor burung endemik yang terdiri dari jenis kakaktua jambul kuning, kakaktua raja, kakatua Maluku dan nuri kepala hitam yang merupakan hasil tindak pidana penyelundupan satwa liar di Filipina, selanjutnya seluruh hewan endemik tersebut akan melewati proses pemeriksaan serta rehabilitasi di pusat penyelamatan dan rehabilitasi satwa liar Tasikoki di Bitung sebelum dilepaskan ke habitat asalnya. ANTARA FOTO/Adwit Pramono
BKSDA Sultra Gagalkan Penyelundupan Puluhan Kakatua Jambul Kuning dan Nuri Bayan

Total ada 24 burung yang berhasil diselamatkan dari penyelundupan terdiri dari 20 ekor kakatua dan 4 ekor burung nuri.


Kehati Dorong Pelaku Bisnis Terapkan ESG: Ramah Lingkungan Tak Membuat Kinerja Buruk

28 Juli 2023

Konferensi Pers ESG Award 2023 by KEHATI di Jakarta, Kamis 27 Juli 2023 Tempo/Annisya.
Kehati Dorong Pelaku Bisnis Terapkan ESG: Ramah Lingkungan Tak Membuat Kinerja Buruk

Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) menggelar acara Penghargaan Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG) 2023 bagi sejumlah perusahaan


13 Perusahaan Raih ESG Award 2023 dari Kehati

27 Juli 2023

Konferensi Pers ESG Award 2023 by KEHATI di Jakarta, Kamis 27 Juli 2023 Tempo/Annisya.
13 Perusahaan Raih ESG Award 2023 dari Kehati

KEHATI memberikan penghargaan Environmental, Social, and Corporate Governance atau ESG Award 2023 kepada 13 perusahaan.


Kehati: Perusahaan dengan ESG Baik Punya Kinerja Keuangan Lebih Moncer

27 Juli 2023

Konferensi Pers ESG Award 2023 by KEHATI di Jakarta, Kamis 27 Juli 2023 Tempo/Annisya.
Kehati: Perusahaan dengan ESG Baik Punya Kinerja Keuangan Lebih Moncer

Yayasan Kehati menyebut perusahaan dengan environmental, social and corporate governance (ESG) yang baik memiliki kinerja keuangan lebih bagus.


BBKSDA Papua Terima 100 Burung Dilindungi untuk Dilepasliarkan

19 Juni 2023

BBKSDA Papua melepasliarkan 62 ekor aves pada Sabtu, 17 Juni 2023, di Hutan Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Papua. (BBKSDA)
BBKSDA Papua Terima 100 Burung Dilindungi untuk Dilepasliarkan

Berbagai burung yang kembali ke rumahnya berasal dari BKSDA DKI Jakarta, BKSDA Kalimantan Tengah dan BBKSDA Jawa Timur.


Prediksi Cuaca Hari Ini dan Satelit SATRIA-1 di Top 3 Tekno Berita Hari Ini, Simak Selengkapnya

18 Juni 2023

Satelit Internet SATRIA-1. Kominfo.go.id
Prediksi Cuaca Hari Ini dan Satelit SATRIA-1 di Top 3 Tekno Berita Hari Ini, Simak Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini, Minggu 18 Juni 2023, dipuncaki artikel prediksi cuaca hari ini dari BMKG. Ada juga rencana peluncuran SATRIA-1 .


5 Burung dengan Kicauan Paling Merdu di Dunia

18 Juni 2023

Sejumlah penghobi burung kicau menggantungkan kandang burungnya dalam latihan bersama di Kemayoran, Jakarta, 4 Juni 2015. Lomba ini umumnya diikuti burung jenis kenari dan jenis lainnya yang dapat berkicau merdu. TEMPO/Aditia Noviansyah
5 Burung dengan Kicauan Paling Merdu di Dunia

Setiap jenis burung berkicau memiliki nada dan gaya berkicau yang khas. Berikut burung yang memiliki suara kicauan paling merdu di dunia.


Mengapa Burung Berkicau di Pagi Hari?

18 Juni 2023

Ilustrasi Taman Burung TMII. Dok TEMPO
Mengapa Burung Berkicau di Pagi Hari?

Ternyata burung berkicau pada pagi hari karena beberapa alasan tertentu.