TEMPO.CO, Bandung - Fenomena astronomi November 2021 akan diwarnai oleh beberapa peristiwa langit, seperti gerhana bulan sebagian pada 19 November dan serangkaian hujan meteor yang puncaknya dimulai 5 November.
Menurut penggiat astronomi dari Komunitas Langit Selatan di Bandung, Avivah Yamani, gerhana bulan sebagian bisa disaksikan oleh pengamat di wilayah benua Amerika, Eropa utara, Asia timur, Australia, dan Lautan Pasifik pada Jumat, 19 November 2021. “Pengamat di seluruh wilayah Indonesia bisa mengamati gerhana bulan sebagian setelah matahari terbenam,” katanya, Selasa 2 November 2021.
Saat itu Bulan sudah dalam proses keluar dari umbra atau bayangan inti Bumi. Dengan kata lain, ketika itu gerhana bulan sebagian akan berakhir. Menurut Avivah, untuk wilayah Indonesia bagian barat hanya bisa menyaksikan proses gerhana penumbra atau bayangan samar.
Gerhana bulan adalah kejadian ketika sebagian Bulan atau seluruhnya tertutupi oleh bayangan bumi. Fenomena gerhana bulan itu merupakan yang kedua kalinya sekaligus menjadi penutup sepanjang 2021. Dari catatan Avivah di laman Langit Selatan, di seputar waktu gerhana bulan sebagian itu ada empat rangkaian hujan meteor.
Hujan meteor Taurid Selatan yang berasal dari butiran debu Asteroid 2004 TG10 dan sisa debu Komet 2P Encke, berlangsung sejak 10 September – 20 November. Meskipun tidak pernah menghasilkan lebih dari 5 meteor per jam, kata Avivah, menariknya hujan meteor Taurid ini kaya dengan bola api.
Berdasarkan International Meteor Organization, puncak hujan meteor Taurid Selatan terjadi pada Oktober. Sementara berdasarkan Observer Handbook, puncak hujan meteor ini terjadi pada 5 November. Sementara American Meteor Society menetapkan waktu puncaknya pada 2-3 November.
Berkecepatan 28 kilometer per detik, hujan meteor Taurid Selatan dari rasi bintang Taurus bisa diamati setelah matahari terbenam. Pada saat itu juga rasi Taurus terbit di arah timur sampai menjelang fajar saat rasi ini akan terbenam di barat. Catatan lainnya, bulan sedang dalam fase baru sehingga pengamatan bisa bebas cahaya bulan sepanjang malam.
Dari rasi bintang yang sama, muncul juga hujan meteor Taurid Utara. Waktunya berselisih dengan Taurid Selatan, yaitu pada kurun 20 Oktober–10 Desember. Pada masa puncaknya 12 November, maksimal akan muncul 5 meteor per jam. “Perpaduan dua hujan meteor itu menjadi atraksi menarik di langit, apalagi dengan kehadiran fireball,” kata Avivah.
Berikutnya, ada hujan meteor Leonid dari rasi bintang Leo yang mulai terbit pukul 00.21 WIB. Berlangsung sejak 6–30 November, malam puncaknya pada 17–18 November. Pengamat yang berburu hujan meteor Leonid bisa menantikan 15 meteor per jam. Berasal dari sisa debu komet Tempel-Tuttle, meteornya melesat dengan kecepatan 71 kilometer per detik.
Hujan meteor lainnya adalah alpha Monocerotid pada15–25 November dari rasi Canis Minor. Saat puncaknya pada 21 November 2021, setidaknya ada 5 meteor per jam saat. Berasal dari puing-puing komet C/1917 F1 (Mellish), pengamat bisa menantinya dari pukul 21.31 WIB. Adapun waktu terbaiknya pada pukul 04.00 WIB saat arah datang meteor berada pada titik tertinggi di langit.
Baca:
Begini Gerhana Bulan Super Blood Moon Malam Ini Patahkan Teori Bumi Datar
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.