Aryal menyebut, angka perkiraan konsumsi antibiotik pada sistem pertanian global sangat beragam akibat buruknya surveilans dan pendataan di banyak negara, tapi kisarannya 63-240 ribu ton per tahun. Dari perkiraan tersebut, 75 hingga 90 persennya berasal dari kotoran hewan, karena antibiotik tidak terserap oleh tubuhnya, sehingga dikeluarkan kembali, mencemari saluran limbah dan sumber air.
“Lingkungan yang tercemar limbah dari produksi antibiotik itulah yang kemudian dapat menjadi reservoir bagi resistensi antimikroba,” katanya.
Di Indonesia, Syahrul menuturkan, rencana aksi nasional tentang AMR telah dikembangkan dan diimplementasikan oleh pemangku kepentingan lintas sektor. Selain Kementerian Pertanian, mereka antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertahanan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan berbagai lembaga pemerintahan lainnya.
Pemangku kepentingan ini juga mencakup Badan PBB yakni WHO dan FAO; serta Komite Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba; asosiasi, organisasi profesi; fasilitas pelayanan kesehatan (hewan, manusia dan perikanan); perguruan tinggi, swasta, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat umum dan masyarakat sipil.
Di dunia, AMR menjadi bidang kerja sama prioritas di bawah Agenda Ketahanan Kesehatan Global. Agenda ini telah diluncurkan pada 2014 oleh 44 negara dan lembaga internasional, dengan dukungan berbagai mitra, salah satunya Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) sebagai mitra utama.
Di Bali, Atase Kesehatan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Pamela Foster mengungkapkan bahwa ketahanan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari kemitraan AS dengan Indonesia yang telah terjalin selama lebih dari 70 tahun. Termasuk dalam hal resistensi antimikroba ini.
“Komitmen dan kepemimpinan Pemerintah Indonesia untuk menyebarluaskan kesadaran dan menghentikan resistensi antibiotik menggunakan pendekatan One Health sangat penting untuk menyelamatkan jiwa dan mencapai ketahanan kesehatan di kawasan ini,” tuturnya.
One Health adalah pendekatan yang diusung system kesehatan global untuk mengatasi dampak resistensi antimikroba. Pendekatan ini bertujuan mendorong praktik yang baik dalam mengurangi penyebaran mikroba yang resisten terhadap antibiotik pada manusia, hewan, tanaman maupun lingkungan.