TEMPO.CO, Jakarta - Peningkatan status aktivitas Gunung Semeru dari Waspada menjadi Siaga sudah berdasarkan data visual dan instrumen, sekaligus pertimbangan potensi bahayanya. Diantaranya lidah lava mengalir dari kawah Gunung Semeru bertambah panjang hingga dua kilometer yang berpotensi menghasilkan awan panas guguran.
“Dua kilometer itu di ujung biasanya tidak stabil, dan karena tidak stabil kemudian dia runtuh, inilah yang menjadikan awan-awan panas guguran,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM, Andiani, dalam konferensi pers daring, Jumat 17 Desember 2021.
Andiani menuturkan, sejak Semeru erupsi hingga 8 Desember 2021 lalu, awan panas guguran maksimal sejauh 3,5 kilometer. Namun, mulai 14 Desember 2021 jarak awan panas luncuran bertambah. “Kemarin pada 16 Desember, jarak luncurannya sudah mencapai 4,5 kilometer dan dalam sehari ada tiga kali kejadian,” kata dia.
Aktivitas kegempaan Gunung Semeru juga mengalami peningkatan. Parameter-parameter gempa permukaan yang semula hanya delapan kali dalam sehari, sejak tiga hari ke belakang dari hari konferensi pers itu dilakuk sudah 15-37 kali sehari.
Andiani mengatakan, potensi terjadinya banjir lahar juga meningkat. “Adanya kekhawatiran curah hujan tinggi yang berpotensi memicu kejadian banjir lahar,” katanya sambil menambahkan sejumlah alasan itu yang menyebabkan Badan Geologi menaikkan status aktivitas Gunung Semeru menjadi Siaga.
Rekomendasi yang diberikan dengan status Siaga tersebut, diantaranya, melarang aktivitas warga dalam radius lima kilometer dari puncak Gunung Semeru. Juga di sektor tenggara dari puncak dalam radius 13 kilometer di sepanjang aliran Besuk Kobokan.
Lalu, dalam radius 500 meter dari tepi Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga 17 kilometer dari puncak. Penarikan batas itu, Andiani menambahkan, benar-benar berdasarkan kondisi eksisting di lapangan.
Tangkapan layar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani dalam konferensi pers daring perkembangan terkini Gunung Semeru, Jumat 17 Desember 2021. (ANTARA/HO-Kementerian ESDM)
"Berdasarkan endapan-endapan awan panas, endapan lahar,” kata Andiani yang berharap pemerintah daerah setempat bisa memastikan daerah di dalamnya bisa benar-benar dikosongkan dari penduduk. "Kami melakukan monitoring ini selama 24 jam dalam sehari,” katanya lagi.
Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangan tertulis yang dibagikan usai kunjungan ke Pos Pengamatan Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, juga mengatakan yang sama. Dia menyebut tumpahan lahar pascaerupsi 4 Desember menyumbat sungai.
"Kalau hujan (tumpahan lahar) akan melebar dan kalau terjadi erupsi lagi, dampaknya akan lebih luas. Karena itu, statusnya ditetapkan menjadi level III (Siaga),” kata dia.
Arifin mengatakan, sedikitnya ada delapan juta meter kubik pasir hasil erupsi Gunung Semeru pada 4 Desember 2021 yang kini sebagiannya menyumbat aliran Besuk Kobokan. Jalur sungai tersebut menjadi jalur aliran lahar dari Gunung Semeru saat erupsi.
Baca juga:
PVMBG: Jejak Luncuran Awan Panas Semeru 4 Desember Tembus 11 Kilometer
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.