Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tim Peneliti di Cambridge Temukan Cara Menyambung Tanaman Monokotil

image-gnews
Pohon kurma yang tumbuh 2,5 tahun setelah menjalani teknik sambung. Gambar insert menunjukkan bagian pangkal tanaman dan lokasi sambungan. newscientist.com
Pohon kurma yang tumbuh 2,5 tahun setelah menjalani teknik sambung. Gambar insert menunjukkan bagian pangkal tanaman dan lokasi sambungan. newscientist.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah teknik baru menyambung tanaman berpotensi untuk bisa semakin meningkatkan produksi dan membasmi penyakit untuk beberapa jenis tanaman pangan paling terancam, seperti pisang dan kurma.

Teknik menyambung (kopulasi), di mana akar dari satu jenis tanaman ditempelkan ke pangkal batang jenis tanaman yang lain telah dipraktikkan dalam pertanian selama ribuan tahun. Seperti yang dilakukan pada jenis-jenis tanaman seperti apel dan jeruk, kopulasi bisa untuk pemuliaan tanaman: memperbaiki pertumbuhan dan menghilangkan penyakit.

Tapi, teknik ini tidak pernah dibayangkan sebelumnya bisa dilakukan untuk jenis-jenis tanaman monokotil. Termasuk di dalamnya adalah rumput-rumputan seperti gandum dan oat, juga tanaman pangan bernilai tinggi lainnya seperti pisang dan kurma. Seperti diketahui, jenis-jenis tanaman berbiji tunggal tersebut tak memiliki jaringan vaskuler yang disebut kambium yang membantu pemulihan tanaman dalam teknik sambung.

Julian Hibberd dari Jurusan Ilmu Tanaman di University of Cambridge, Inggris, dan koleganya menciptakan terobosan lewat temuan teknik yang memungkinkan tanaman monokotil disambung. Mereka mengekstrak jaringan embrionik dari benih atau biji tanaman monokotil dan menempatkannya ke lokasi sambungan dua spesimen tanaman monokotil yang berasal dari spesies yang sama—sesama gandum, misalnya.

Jaringan itu mampu menstimulasi pertumbuhan dan menyatukan dua tanaman menjadi satu. Tim peneliti menggunakan zat pewarna fluoresens untuk memverifikasi akar dan batang yang disambung telah menyatu dan dapat saling mentransportasikan air dan nutrisi. “Sebagai sebuah terobosan ilmu, ini luar biasa,” kata Colin Turnbull dari Imperial College London, dan tidak terlibat dalam penelitian oleh tim Hibberd dkk.

Metode baru ini diperkirakan bisa diterapkan luas di seluruh anggota keluarga tenaman monokotil, termasuk tanaman pangan penting lainnya seperti nanas, pisang, bawang, tequila agave (agave biru), kelapa sawit dan kurma. Hasil awal dari penelitian di laboratorium oleh Hibberd dkk juga mengindikasikan teknik sambung itu bisa dilakukan antarspesies berbeda.

Mereka melakukannya dengan menyambung batang gandum ke akar oat yang bebas penyakit. Ini diharapkan bisa menghasilkan jenis tanaman gandum super, yang bebas dari penyakit asal tanah, meski belum jelas apakah teknik proteksi seperti ini akan ekonomis diterapkan di lapangan.

Hibberd pun awalnya ragu. “Ini sesuatu yang sangat indah. Ini adalah hal terbaik dari ilmu pengetahuan, di mana Anda menemukan sesuatu meski semua orang sebelumnya bilang tidak mungkin,” kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Teknik ini disebutnya bisa sangat bermanfaat untuk memerangi penyakit di spesies tanaman yang rentan seperti pisang Cavendish. Tak mampu bereproduksi secara seksual, pisang jenis ini melakukannya hanya dengan kloning. Ini artinya produk pangan yang dihasilkan seragam secara genetik, sehingga sangat rentan terhadap penyakit-penyakit seperti penyakit Panama yang disebabkan jamur dalam tanah.

“Dengan menyambungkan pangkal batang (atau akar) yang anti-penyakit itu, pisang Cavendish bisa menghindari penyakit Panama,” kata Hibberd yang bersama timnya mempublikasikan hasil penelitian ini di Jurnal Nature yang terbit 22 Desember 2021.

Teknik ini mungkin tidak murah untuk jenis rumput seperti gandum dan oat, karena prosesnya akan melibatkan perulangan jutaan kali untuk sekali masa panen. Tapi untuk tanaman besar yang umurnya tahunan, seperti kelapa sawit atau tequila agave, Hibberd dan timnya meyakini teknik mungkin akan sangat efektif dan murah.

Selain dari University of Cambridge, peneliti biologi yang tergabung dalam studi sambung tanaman monokotil ini juga berasal dari University of Agricultural Sciences, Swedia; University of Illinois di Chicago, Amerika Serikat; dan International Wheat and Maize Improvement Center (CIMMYT), El Batan, Meksiko.

NEW SCIENTIST, NATURE

Baca juga:
Peneliti BRIN Temukan Tujuh Jenis Tanaman Baru


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dosen Universitas Cambridge Jelaskan Dugaan Penjiplakan Artikel Ilmiahnya oleh Dosen ITPLN

4 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Dosen Universitas Cambridge Jelaskan Dugaan Penjiplakan Artikel Ilmiahnya oleh Dosen ITPLN

Asisten profesor di University of Camridge Ilias Alami mengungkap dugaan tindakan plagiarisme oleh akademisi ITPLN.


BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

5 hari lalu

Buruh pelabuhan membongkar beras impor asal Thailand dari kapal kargo di Pelabuhan Boom Baru, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat 1 Maret 2024. Perum Bulog Kantor Wilayah Sumatera Selatan-Bangka Belitung mendapatkan pasokan beras impor sebanyak 42.000 ton beras dari Thailand, Vietnam, Myanmar yang akan didistribusikan ke dua provinsi yaitu Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung sebagai cadangan beras pemerintah untuk menjamin ketersediaan dan stabilitas harga.  ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.


Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

9 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.


Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

9 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.


Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

12 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

Program studi Biologi UGM raih peringkat 1 di Indonesia Versu QR WUR by Subject 2024. Berikut profil prodi ini.


3 Pilihan Hampers Nuansa Timur Tengah

18 hari lalu

Medjool Date & Pandan Mousse Cake
3 Pilihan Hampers Nuansa Timur Tengah

Semagian besar pilihan hampers itu ditambah dengan cita rasa buah kurma sehingga dekat dengan nuansa Timur Tengah.


5 Cara Menyimpan Kurma yang Benar Agar Tahan Lama

25 hari lalu

Ilustrasi kurma. Freepik.com
5 Cara Menyimpan Kurma yang Benar Agar Tahan Lama

Kurma merupakan menu yang menjadi salah satu favorit untuk dikonsumsi selama bulan Ramadan. Mengetahui cara menyimpan kurma agar awet sangat penting.


4 Manfaat Kurma Bagi Kesehatan Tubuh

25 hari lalu

Ilustrasi kurma (Pixabay.com)
4 Manfaat Kurma Bagi Kesehatan Tubuh

Rasanya yang manis dan juga kaya nutrisi, menjadikan kurma dipercaya dapat meningkatkan energi sekaligus mengelola kadar gula darah seseorang.


Ramadan 2024: Dari Mana Asal Kurma Anda?

27 hari lalu

Ilustrasi kurma. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Ramadan 2024: Dari Mana Asal Kurma Anda?

Saat perang Gaza berlangsung hingga Ramadan ini, beberapa kelompok menganjurkan untuk memboikot kurma dari Israel.


Omzet Penjualan Kurma Melonjak 100 Persen, Pedagang Enggan Jual Kurma Israel

41 hari lalu

Seorang pelanggan (kanan) hendak membeli kurma di salah satu toko di kawasan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Minggu, 17 Maret 2024. Penjualan kurma di sejumlah toko di kawasan itu meningkat hingga 100 persen selama Ramadan 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Omzet Penjualan Kurma Melonjak 100 Persen, Pedagang Enggan Jual Kurma Israel

Kurma asal Tunisia, Mesir, dan Madinah menjadi jenis yang paling laris diburu oleh para konsumen.