TEMPO.CO, Surabaya - Vaksin Merah Putih garapan tim peneliti di Universitas Airlangga dan PT Biotis Pharmaceuticals telah mengantongi sertifikasi halal dari MUI. Sehari sebelumnya, vaksin memulai uji klinis tahap awalnya dengan proyeksi produksi massal sudah akan bisa dilakukan pada Agustus mendatang.
Optimisme melambung bukan hanya untuk segmen usia penggunanya nanti, tapi juga kemampuannya dalam melawan varian-varian Covid-19 yang ada. Ini seperti yang diungkap Koordinator Produk Riset Covid-19 Unair, Profesor Ni Nyoman Tri Puspaningsih. "Kami sangat optimistis vaksin Merah Putih dapat menangkal Omicron," katanya pada Selasa 8 Februari 2022.
Dasarnya adalah hasil uji praklinis atas hewan primata makaka yang telah diinfeksi dengan Covid-19 varian Delta. "Tingkat efikasi vaksin menunjukkan hasil bagus yakni 98 persen," ujarnya.
Vaksin Merah Putih telah diuji hingga ke varian Delta yang disebut mempunyai tingkat infeksi paling tinggi dibanding varian lain. Varian Delta pula yang disebutnya menurunkan efikasi vaksin jenis lain 10 hingga 15 persen, namun masih tetap efektif.
"Analoginya, jika (vaksin) lain turun (efikasinya) di Delta tapi masih (dinilai bagus) efikasinya. Apalagi vaksin kami yang sudah uji tantang di varian Delta langsung," ucapnya.
Baca Juga:
Itu sebabnya Tri Puspa optimistis Vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan timnya juga akan bisa mengatasi varian Omicron. "Karena ini (Omicron) menular cepat, tapi keparahannya tidak separah Delta," katanya menambahkan.
Meski begitu, dia menyatakan tim akan banyak melakukan kesiapan dan kehati-hatian. Ini seperti yang sudah dilakukannya sejak praklinis dengan dua kali uji untuk klaim kepastian tingkat efikasi dan keamanan vaksin.
"Dari awal kami didampingi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam pembuatan vaksin ini. Jadi memang kami harus mengikuti sesuai prosedur ketat, meskipun agak lama," tuturnya.
Perempuan yang juga Wakil Rektor I Unair tersebut mengakui dalam pembuatan vaksin ini timnya memang sedikit lama dibanding negara lain. Butuh dua tahun sejak proses penelitian dilakukan dan baru terealisasi uji klinis di tahun ini.
Uji praklinis, misalnya, dalam kondisi emergency pandemi sebenarnya bisa dilompati, tapi tetap dikerjakan tim di Unair. Tri Puspa menyadari kemampuan pengembangan vaksin di tanah air dibandingkan negara lain yang memungkinkan melompati tahapan itu.
"Dan karena ini yang pertama produksi anak bangsa. Sehingga kami ikuti seluruh prosedur dengan sangat ketat dan hati-hati," katanya.
Baca juga:
Jokowi Ingin Vaksin Merah Putih untuk Anak untuk Bisa Digunakan Donasi sebagai Ketua G20
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.