TEMPO.CO, Jakarta - International Atomic Energy Agency (IAEA) atau badan atom dunia mengirimkan para ahli ke Jepang untuk mempelajari rencana negara tersebut untuk membuang air olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi ke laut.
Gugus tugas tersebut terdiri dari anggota staf IAEA serta 11 pakar internasional dari beberapa negara, termasuk Cina, Argentina, Australia, Rusia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari adanya pengumuman April tahun lalu bahwa Jepang berencana untuk secara bertahap membuang lebih dari 1,25 juta meter kubik air yang telah diolah ke laut, dan meminta bantuan IAEA untuk membantu memastikan implementasinya aman dan transparan.
Menjelang misi minggu ini - ke Tokyo dan Fukushima - para anggota memeriksa dokumen terkait keselamatan, termasuk rencana pelaksanaan pembuangan air dan penilaian dampak lingkungan radiologis.
"Misi gugus tugas ini sangat produktif. Kami menerima informasi berharga - dan mengajukan banyak pertanyaan - tentang semua aspek keselamatan pembuangan air yang direncanakan dalam diskusi yang jujur dan terbuka, mulai dari terowongan bawah laut yang akan membawa air ke laut hingga perlindungan pekerja di lokasi dan masyarakat pada umumnya," kata Gustavo Caruso, direktur di Departemen Keselamatan dan Keamanan Nuklir IAEA dan ketua gugus tugas, sebagaimana dikutip WNN, 18 Februari 2022.
Sebagian digunakan untuk mendinginkan bahan bakar nuklir yang meleleh di Fukushima, air tersebut diolah dan dibersihkan melalui proses yang dikenal sebagai Advanced Liquid Processing System (ALPS) dan kemudian disimpan di sekitar 1.000 tangki di lokasi tersebut. ALPS menghilangkan sebagian besar kontaminasi radioaktif, kecuali tritium.
Total kapasitas penyimpanan tangki di lokasi berjumlah sekitar 1,37 juta meter kubik dan semua tangki diperkirakan penuh sekitar pertengahan 2022. Pembuangan air di Jepang diperkirakan akan dimulai pada paruh pertama tahun 2023, tetapi seluruh operasi dapat berlangsung selama beberapa dekade.
Pada Agustus tahun lalu, Tokyo Electric Power Company (Tepco) mengumumkan rencana pembangunan terowongan bawah laut sepanjang sekitar satu kilometer, untuk pembuangan air yang diolah.
Negara-negara terdekat telah khawatir dengan rencana Jepang itu, tetapi IAEA mengatakan bahwa tingkat tritium dalam air akan jauh di bawah batas peraturan nasional dan standar Organisasi Kesehatan Dunia untuk air minum. "Tinjauan Gugus Tugas IAEA akan memberikan publik, dalam Jepang dan sekitarnya, dengan informasi ilmiah yang objektif tentang pelepasan tersebut," ujar IAEA.
Lima puluh liter air dari tangki dikumpulkan selama kunjungan gugus tugas dan akan dianalisis di laboratorium IAEA di Argentina dan Meksiko. IAEA akan merilis laporan tentang misi minggu ini dalam waktu sekitar dua bulan dan juga akan melakukan misi lanjutan ke Jepang tahun ini dan berikutnya, dan laporan komprehensif dengan kesimpulan akan diterbitkan sebelum pelepasan air dimulai.
"Sebagai organisasi ilmiah dan teknis, kami akan sepenuhnya transparan dan independen dalam tinjauan dan pelaporan kami. Dunia akan tahu apa yang terjadi setiap saat," kata Direktur Jenderal Rafael Mariano Grossi. “Berkat kehadiran kami, masyarakat di mana pun dapat memiliki keyakinan penuh bahwa pembuangan air dilakukan tanpa merugikan kesehatan masyarakat atau lingkungan,” tambahnya.
WNN
Baca:
BRIN: Tantangan Bangun PLTN Bukan dari Teknologi, tapi Sosial Politik
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.