TEMPO.CO, Jakarta - Elon Musk dituntut eks pemegang saham Twitter lainnya karena dia lambat mengumumkan kepemilikannya di perusahaan media sosial tersebut.
Eks pemegang saham yang diketuai oleh Marc Rasella mengajukan gugatan class action ke pengadilan federal di Manhattan, New York, dikutip dari Reuters, Rabu, 13 April 2022.
Dalam tuntutan tersebut, Musk, yang baru menjadi pemegang saham Twitter, dituduh "membuat pernyataan yang salah, lalai dan menyesatkan" karena terlambat mengumumkan dia berinvestasi di Twitter. Menurut undang-undang federal, dia seharusnya memberikan pengumuman pada 24 Maret.
Rasella menyatakan keterlambatan ini menyebabkan Musk bisa membeli lebih banyak saham dengan harga yang rendah, sementara pemegang saham lainnya harus menjual dengan harga yang "diturunkan secara artifisial".
Setelah Musk mengumumkan kepemilikan saham, saham Twitter naik 27 persen menjadi US$ 49,97 pada 4 April. Harga sebelumnya US$ 39,31.
Rasella mengatakan dia menjual 35 saham miliknya pada 25-29 Maret seharga total US$ 1.373, rata-rata US$ 39,23 per lembar.
Gugatan class action itu meminta kompensasi yang tidak disebutkan dan ganti rugi. Pengacara Elon Musk belum berkomentar atas kasus ini.
Undang-undang sekuritas di Amerika Serikat meminta investor mengumumkan kepemilikan saham dalam waktu 10 hari setelah mereka membeli 5 persen saham sebuah perusahaan.
Elon Musk menguasai 9,2 persen saham platform mikrobolog tersebut. Dia memutuskan tidak akan bergabung dengan dewan direksi perusahaan.
CEO Twitter Parag Agrawal telah mengumumkan dalam sebuah pesan kepada perusahaan bahwa Elon Musk tidak akan lagi bergabung dengan dewan Twitter.
Pekan lalu, Agrawal mengkonfirmasi bahwa Musk akan ditunjuk sebagai dewan direksi setelah pembelian 9,2 persen saham perusahaan, tetapi kemudian mengatakan bahwa Musk telah memutuskan untuk tidak mengambil kursi tersebut.
“Kami mengumumkan pada hari Selasa bahwa Elon akan diangkat ke Dewan berdasarkan pemeriksaan latar belakang dan penerimaan formal,” tulis Agrawal. “Penunjukan Elon ke dewan akan menjadi efektif secara resmi pada 4/9, tetapi Elon mengatakan pada hari yang sama bahwa dia tidak akan lagi bergabung dengan dewan. Saya percaya ini adalah yang terbaik. Kami memiliki dan akan selalu menghargai masukan dari pemegang saham kami apakah mereka ada di Dewan kami atau tidak. Elon adalah pemegang saham terbesar kami dan kami akan tetap terbuka untuk masukannya,” ujar Agrawal sebagaimana dikutip The Verge, 10 April 2022.
Bergabung dengan dewan Twitter akan mencegah Musk memiliki lebih dari 14,9 persen perusahaan. Pada saat pembelian Musk menjadi pengetahuan publik, sahamnya di Twitter bernilai US$ 2,89 miliar (Rp 41,49 triliun).
Sejak saham Musk di Twitter terungkap, CEO Tesla dan SpaceX itu telah secara terbuka men-tweet ide-idenya untuk perusahaan - meskipun, seperti biasa dengan Musk, sulit untuk mengetahui kapan dia hanya bercanda.
Dia memposting jajak pendapat apakah Twitter harus memiliki tombol edit sehari sebelum perusahaan mengkonfirmasi bahwa perusahaan itu benar-benar akan menambahkan fitur yang telah lama diminta.
ANTARA | THE VERGE
Baca:
Polling Bikin Kantor Twitter Jadi Rumah Gelandangan, Elon Musk: Saya Serius
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.