TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengabarkan kalau artikel tentang Vaksin Nusantara telah dipublikasi jurnal internasional. Terawan membagikan tautan menuju alamat situs jurnal Taylor & Francis Online dengan judul artikel 'Dendritic cell vaccine as a potential strategy to end the COVID-19 pandemic. Why should it be Ex Vivo?' terbit daring pada 26 Mei 2022.
"Saya bersyukur sekali, bahwa jurnal internasional terkait Vaksin Nusantara telah bisa diterbitkan," ujar Terawan, seperti ditirukan Andi, Tim Komunikasi Terawan, dalam keterangan tertulis yang dibagikan Jumat 27 Mei 2022.
Terawan berharap artikel bisa diakses semua kalangan untuk kemajuan ilmu kesehatan dan menyelesaikan masalah virus corona 2019 di dunia. Seperti diketahui Vaksin Nusantara yang dimaksud Terawan dan timnya dibuat menggunakan pendekatan sel dendritik yang melibatkan proses di luar tubuh manusia. Disebutkan pula 'terapi' Vaksin Nusantara itu telah diberikan ke sederet tokoh nasional.
Dalam publikasinya, artikel disebutkan memiliki tim penulis terdiri dari Jonny Jonny, Terawan Agus Putranto, Enda Cindylosa Sitepu dan Raoulian Irfon. Seluruhnya berasal dari Cellcure Center, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, mengaku telah membaca publikasi artikel dari Terawan dan timnya tersebut. Dia menilainya sebagai langkah bagus karena menggunakan pendekatan ilmiah, sekalipun artikel disebutnya lebih berupa kajian potensi ke depan terapi sel dendritik dari riset-riset yang sudah ada.
"Tak disebutkan nama Vaksin Nusantara di dalamnya. Hasil riset yang dilakukan juga tidak muncul..atau belum muncul....tapi wajar karena ini sebetulnya hanya literature review," katanya pada Jumat malam.
Dia berharap ada kelanjutan berupa publikasi ilmiah berikutnya dari hasil riset yang dilakukan Terawan dan tim terhadap para pasiennya. Menurutnya, berdasarkan riset yang juga sudah ada, terapi sel dendritik memang memiliki potensi untuk pengobatan Covid-19. Tapi, berdasarkan hasil kajiannya pula, memang terdapat tantangan berupa ongkos dan sumber daya yang besar setiap terapi yang diberikan.
"Kalau bicara strategi kesehatan masyarakat kan harus yang mudah, murah, cepat, efektif," kata Dicky.
Dicky juga menyarankan Terawan dkk tak menggunakan nama Vaksin Nusantara untuk pendekatan terapi sel dendritik yang digunakannya. Alasannya, inovasi tersebut sudah ada di dunia sebelum diperkenalkan Terawan. "Harus fair ini bukanlah inovasi di Indonesia, harus menghargai orisinalitas dalam dunia ilmiah," kata dia.
Baca juga:
Ini Jawab Terawan terhadap Kritik Riset Vaksin Nusantara