TEMPO.CO, Sukabumi - Gempa M5,3 dari selatan Banten pada Minggu sore, 9 Oktober 2022, memiliki kekuatan merusak. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mendata ada tiga rumah di Kecamatan Nagra yang rusak akibat guncangan gempa yang berpusat di laut 26 kilometer dari Bayah, Lebak, Banten, tersebut.
Menurut BMKG, guncangan dari gempa itu memang terukur terkuat di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skalanya sampai IV MMI (dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah), sedangkan di Bayah terukur pada skala III MMI.
Baca juga: Hujan Hari Ini, BMKG Minta Jakarta, Jawa Barat dan Banten Siaga
Ketiga rumah yang rusak, dua unit berada di Kampung Cimande, Desa Kalaparea, dan satu unit lainnya berada di Kampung Hegarmanah, Desa Girijaya. Seluruhnya berada di Kecamatan Nagrak. Satu rumah di antaranya tergolong rusak berat karena nyaris ambruk.
Terpisah, Kepolisian Daerah Banten mencatat empat rumah di Kecamatan Cirinten Kabupaten Lebak rusak pascagempa yang sama. Pendataan dilakukan setelah hujan mereda di wilayah itu usai gempa.
“Petugas yang mendatangi lokasi juga membantu warga membersihkan sisa puing yang runtuh pascabencana gempa itu,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Banten, Komisaris Besar Shinto Silitonga di Serang, Senin.
Sementara itu, pascagempa, Sungai Cibareno yang mengalir di perbatasan wilayah Kabupaten Sukabumi dan Lebak, Banten, tiba-tiba meluap. Luapan sungai itu mengakibatkan sebanyak dua rumah dan satu pabrik pembuatan tahu yang berlokasi di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, hanyut.
Sungai Cibareno yang berada di perbatasan Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dengan Kecamatan Cilongrang, Kabupaten Lebak, Banten, yang tiba-tiba meluap beberapa saat setelah terjadi gempa M5,3 pada Minggi sore 9 Oktober 2022. Antara/Aditya Rohman
"Selain yang terbawa hanyut ada satu rumah warga yang rusak dan belasan lainnya terendam," kata Kapolsek Cisolok Ajun Komisaris Aguk di Sukabumi, Minggu. Selain itu beberapa fasilitas lainnya ikut terendam seperti SDN Sudalarang serta sawah sekitar tiga hektare terendam. "Kami belum menerima laporan adanya korban jiwa pada kejadian ini," kata Aguk lagi.
Kepala Desa Pasir Baru, Hidayah, mengatakan ada sekitar 66 kepala keluarga (KK) yang terancam rumahnya hanyut terbawa arus Sungai Cibareno yang meluap tersebut. Dia menyebutkan kalau setiap terjadi banjir, air sungai pasti merendam permukiman warganya dan bahkan sejumlah rumah bisa hanyut.
Tapi, pada Minggu sore itu, dia mengungkapkan, tidak ada tanda-tanda Sungai Cibareno akan meluap. "Luapan sungai kali ini bahkan merupakan yang terbesar dalam 15 tahun terakhir," katanya sambil berharap pembangunan tanggul menjadi prioritas pemerintah setempat.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.