TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace Indonesia membatalkan perjalanan tim pesepeda Chasing the Shadow, kampanye tentang perubahan iklim. Tim pesepeda batal ke Bali, mereka kembali ke Jakarta setelah mengalami represi dari kelompok masyarakat menjelang Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Bali.
Pengadangan aktivis Greenpeace
1. Aktivis bersepeda dihadang
Greenpeace menyoroti adanya indikasi ancaman yang dialami bukan respons spontan dari masyarakat. "Kami lihat ada indikasi proses yang sistematis," kata Kepala Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Tata Mustasya, Rabu, 9 November 2022.
"Setelah kami diskusi dan evaluasi, risiko dan ancaman fisiknya sudah terlalu besar," kata Kepala Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Tata Mustasya, Rabu, 9 November 2022.
2. Dugaan represi dalam perjalanan
Greenpeace mencatat, dugaan represi meningkat saat tim bergerak dari Semarang menuju Surabaya. Tim Chasing the Shadow mengalami pengintaian dari orang tidak dikenal dan indikasi perusakan kendaraan.
"Puncaknya terjadi dalam perjalanan menuju Probolinggo. Ancaman jika kami melanjutkan perjalanan disampaikan secara terang-terangan, secara lisan maupun melalui penggembosan ban kendaraan," menurut keterangan Greenpeace.
Kegiatan bersepeda cara Greenpeace memperkenalkan solusi iklim untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Sepeda simbol kendaraan solusi iklim, karena tak menimbulkan polusi.
Baca: Greenpeace Batal Kampanye Isu Perubahan Iklim di KTT G20 Bali: Ancaman Fisik Sistematis
3. Intimidasi dan pengusiran aktivis bersepeda
Tim pesepeda Chasing the Shadow mengalami intimidasi pengusiran kelompok masyarakat saat berada di Probolinggo, Jawa Timur. Di bawah tekanan, tim juga dipaksa membuat surat pernyataan.
"Kami dikepung massa dan memaksa tim menandatangani pernyataan Greenpeace tidak akan berkampanye sampai G20 selesai, apalagi berkampanye di Bali," kata Kepala Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Tata Mustasya.
4. Penghadangan aktivis dikecam
Lembaga Advokasi dan Kajian Demokrasi Public Virtue Research Institute (PVRI) mengecam tindakan represi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat di Probolinggo, Jawa Timur terhadap aktivis Greenpeace Indonesia.
Direktur Eksekutif PVRI, Miya Irawati mengatakan kegiatan KTT G20 Bali 2022 tidak semestinya menjadi ruang antikritik. “Pemerintah harus tegas dalam melindungi serta menjamin kebebasan masyarakat dalam menyampaikan pendapatnya di muka umum,” kata Miya, Rabu, 9 November 2022.
Miya menambahkan, penyampaian pendapat menjadi pesan yang penting untuk Pemerintah Indonesia berkomitmen dalam pemerintahan yang demokratis.
5. Cerminan kemunduran demokrasi
Menurut Direktur Eksekutif Public Virtue Research Institute (PVRI), Miya Irawati, proses kemunduran demokrasi di Indonesia juga dipengaruhi akibat ancaman atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat. Perbuatan kelompok yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat tak boleh diabaikan.
“Tidak boleh ada pembiaran terhadap kekerasan. Justru perlindungan pemerintah terhadap ruang-ruang berpendapat masyarakat menjadi arus balik di tengah tren regresi demokrasi dunia, utamanya di Indonesia,” kata Miya.
Baca: Tim Pesepeda Greenpeace Dihadang di Probolinggo saat Kampanye Menjelang KTT G20
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.