TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penelitan dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung atau LPPM ITB membuat aplikasi Desanesha. Aplikasi itu dirancang untuk menampung masalah kepala desa di Indonesia berkaitan dengan kondisi di wilayahnya untuk kemudian ditanggapi dan dibantu para dosen ITB sesuai keahliannya. Penggunannya sementara ini terbatas untuk kalangan dosen ITB dan para kepala desa yang mengunduh aplikasi.
Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat LPPM ITB, Deny Willy Junaidy, mengatakan ada empat fitur pada aplikasi yang berukuran 10 MB itu, yaitu basis data penelusuran kepakaran dosen atau pakar ITB, jelajah penelusuran sebaran kegiatan pengabdian masyarakat ITB se-Indonesia, basis data kebutuhan sains dan teknologi untuk perdesaan yang dikirimkan oleh kepala desa se-Indonesia, serta forum diskusi antara dosen dan kepala desa terkait permasalahan desa yang dilengkapi oleh informasi foto dan video.
Di program aplikasi itu, LPPM ITB sudah memiliki basis data para dosen dan kepakarannya berdasarkan kegiatan selama belasan atau puluhan tahun. “Dari laporan kepala desa, misalnya butuh ahli bambu, nanti otomatis dari kata bambu itu dosen langsung ternotifikasi by sistem,” kata Deny, Senin, 14 November 2022.
Namun begitu, menurutnya, tidak ada klausul yang mewajibkan dosen ITB untuk menanggapi laporan kepala desa. Jika dalam kurun waktu 1x24 jam nihil respons, sistem aplikasi secara otomatis akan menanggapi sekaligus mengingatkan ulang dosennya. Jumlah dosen aktif ITB sebanyak 1.350 orang, sementara kepala desa aktif di Indonesia mencapai 74.953 orang.
Seorang dosen ITB, Fenny Dwivany, mengatakan sebelum ada aplikasi Desanesha, dia sudah terbiasa menanggapi kebutuhan berbagai pihak, dari tingkat kepala dinas provinsi hingga komunitas. Kebutuhan mereka, kata peneliti pisang dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB itu, untuk transfer teknologi membangun Banana Smart Village. Aksi di lapangan itu dilakukan bersama jaringan di berbagai daerah. “Mahasiswa saya dan teman-teman sudah jadi dosen di barat dan timur Indonesia, jadi saya bagi-bagi tugas,” kata Fenny, Senin, 14 November 2022.
Nantinya, menurut Deny, laporan masalah atau kebutuhan kepala desa yang disampaikan lewat aplikasi Desanesha, bisa diajukan dosen untuk program pengabdian masyarakat ke LPPM ITB. Dia memperkirakan sekitar 75 persen dari total kepala desa akan tertarik untuk bergabung. “Enggak semua kepala desa tertarik karena dari pengalaman kami ada yang tidak pakai teknologi di pedalaman,” ujarnya.
Deny mengatakan ITB mengusung teknologi tepat guna dalam program pengabdian masyarakat dengan prinsip mudah diterapkan, terjangkau bahannya, dan menyesuaikan budaya atau tradisi masyarakat setempat.
LPPM ITB telah menyosialisasikan Desanesha yang telah tersedia di Google Play maupun App Store ke kalangan internal atau dosen ITB sepekan lalu. Selain itu, lembaga itu mempromosikannya secara berbayar di media sosial untuk menginformasikan ke para kepala desa.
Menurutnya, ITB perlu bersinergi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Kementerian Dalam Negeri untuk mendukung dan menyosialisasikan aplikasi Desanesha ke seluruh kepala desa di Indonesia.
Baca:
Lengan Tiruan Karla Bionics ITB Seharga Rp 9,9 Juta Mulai Diproduksi di Bandung
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.