Setelah tujuh tahun melakukan riset, OnLive berhasil menciptakan cara men-streaming video game melalui Internet. Permainan bisa dinikmati tanpa lag. Jadi, begitu Anda memencet tombol untuk menembak sesuatu, senjata pun langsung meletus.
Sebelumnya, hal itu tak mungkin. Pasalnya, tak seperti berkas musik dan video yang bisa dikompresi--atau dijadikan berkas yang lebih kecil sehingga bisa ditransfer secara online--, berkas video game berbeda. Berkas video game adalah interaktif dan membutuhkan respon instan.
Artinya, video game harus dimainkan di konsol yang dipaket dengan kemampuan komputer, seperti Microsoft Xbox 360 atau PlayStation. Atau pengguna bisa mengunduhnya ke komputer pribadi yang kemudian memproses datanya agar game bisa dijalankan.
Nah, teknologi OnLive mengatasi keterbatasan tersebut dengan suatu bentuk kompresi baru. Server game bisa berkomunikasi dengan pemain melalui koneksi pita lebar secara real-time. Ini artinya, game pada layanan OnLive bisa dimainkan di komputer tua, tanpa CPU grafik khusus game. Bahkan, melalui sebuah MicroConsole, perangkat seukuran kaset tape, layanan OnLive bisa dinikmati di layar televisi.
Pada sebuah demo, OnLive memperlihatkan game berjudul "Crysis", sebuah game tembak-tembakan yang kompleks. Game ini bisa dimainkan di televisi dengan konsol kecil tadi.
Baca Juga:
"Ini adalah konsol terakhir yang akan anda inginkan," kata Perlman, mantan ilmuwan di Apple yang ikut mendirikan WebTV, teknologi Internet televisi yang kemudian dijual ke Microsoft seharga US$ 500 juta.
Perlman mengatakan, layanan tersebut sejalan dengan besarnya bandwith yang disediakan operator. Rata-rata pemain game, menurut survei Nielsen, hanya menghabiskan waktu bermain game 60 jam sebulan. Padahal bandwith dari Comcast Corp, salah satu operator di Amerika Serikat, mencapai 250 GB yang setara dengan 284 jam per bulan.
OnLive berencana meluncurkan layanannya pada akhir tahun ini dengan model berlangganan bulanan. Tarifnya belum diungkapkan. Beberapa penerbit game terkenal, seperti Electronic Arts, Take-Two Interactive Software, dan Eidos Interactive, telah menjalin kerjasama dengan perusahaan yang berbasis di Palo Alto, California itu.
Bagaimana dengan Indonesia? Tampaknya layanan seperti itu masih jauh panggang dari api. Kita memang memiliki sekitar 25 juta pengguna Internet dan 6 juta di antaranya memainkan game via Internet. Namun, tingginya tarif langganan Internet di negeri ini akan menjadi batu sandungan yang besar bagi lahirnya layanan seperti OnLive.
DEDDY SINAGA | AP