TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno Berita Kemarin, Selasa 27 Desember 2022, terdiri dari seluruhnya prediksi akan terjadinya hujan ekstrem dan badai dahsyat di Jabodetabek pada hari ini, Rabu 28 Desember 2022. Prediksi diberikan peneliti BRIN, yang belakang memicu update prakiraan cuaca periode Natal dan Tahun Baru atau Nataru 2022/2023 oleh BMKG.
Dalam keterangannya, Selasa, BMKG menyatakan potensi cuaca ekstrem di Pulau Jawa sampai NTT dan beberapa wilayah di Indonesia timur akan bertahan, bahkan meningkat, sampai 2 Januari 2023. Tapi BMKG menyanggah bukan badai dahsyat yang terjadi di Jakarta pada hari ini--meski juga mengingatkan kembali peristiwa hujan hingga hampir 400 mm per hari tiga tahun lalu.
Berikut adalah Top 3 Tekno Berita Kemarin, Selasa 27 Desember 2022, selengkapnya,
1. Begini BMKG Sanggah Prediksi Badai Dahsyat di Jabodetabek Besok
Ramai diperbincangkan prediksi akan terjadi hujan ekstrem dan 'badai dahsyat' di Jabodetabek, terutama Tangerang dan Bekasi, pada Rabu besok, 28 Desember 2022. Prediksi menyebutkan badai itu akan terjadi siang hingga malam dan bahkan bisa meluas ke daerah lain di Jawa Barat.
Hasil kajian di BRIN yang menunjukkan badai squall line dari Samudera Hindia, ketika menyeberang Selat Sunda, mengalami multiplikasi energi dan mengalami penggabungan sehingga menjadi badai yang meraksasa di atas Jabodetabek. Inilah dasar dikeluarkannya prediksi hujan ekstrem dan badai dahsyat di Jabodetabek Rabu 28 Desember 2022. Twitter/EYulihastin
Tapi, berbeda dari prediksi itu, BMKG menyatakan Jabodetabek dan Jawa Barat esok hari hanya akan hujan ringan dan sedang. Yang justru dikhawatirkan esok hari, menurut analisa cuaca BMKG, adalah wilayah Jawa Tengah dan Laut Jawa.
"Insya Allah, Jawa Barat dan Jabodetabek untuk tanggal tersebut masih bisa terkendali dan relatif aman,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, daring pada Selasa, 27 Desember 2022. Dia menambahkan sambil menunjukkan peta sebaran awan hujan, "Jabodetabek pada 28 Desember 2022 masih belum ada merahnya."
2. BRIN Sebut Potensi Badai Dahsyat Besok, BMKG Bicara Hujan Ekstrem 377 Milimeter
Potensi cuaca ekstrem pada periodel Natal dan Tahun Baru 2022/2023 saat ini mengingatkan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kepada cuaca ekstrem yang terjadi pada periode yang sama 2019/2020 lalu. Saat itu hujan lebat turun sepanjang malam tepat di malam pergantian tahun, tembus hingga pagi, dan menyebabkan banjir besar di Jabodetabek.
Yang terkini memang menyerupai, meski intensitas hujan yang terjadi pada beberapa malam belakangan ini tak setinggi pemicu banjir besar tiga tahun lalu. Penyebabnya, menurut Dwikorita, level intensitas La Nina saat ini yang lemah. “Bedanya, saat itu (tiga tahun lalu) sudah mulai terjadi La Nina. La Nina dapat meningkatkan curah hujan hingga 70 persen,” kata Dwikorita daring, Selasa, 27 Desember 2022.
Foto atas: warga melintas di dekat mobil yang terseret arus saat terjadi banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Bekasi, Jumat, 3 Januari 2020. TEMPO / Hilman Fathurrahman W. Bawah: Warga menaiki mobil yang terdampak banjir di Perumahan Pondok Gede Permai Bekasi, Kamis, 2 Januari 2020. Banjir yang telah menggenangi rumah warga selama dua hari tersebut akibat luapan Kali Bekasi. ANTARA/Fakhri Hermansyah
Meski begitu, Dwikorita mengingatkan kalau kali ini harus tetap waspada karena adanya beberapa faktor dinamika atmosfer lainnya yang berpotensi menghadirkan cuaca ekstrem di wilayah Indonesia sepekan ke depan. "Ingat, ada arus lintas ekuatorial (CENS), Madden Julian Oscillation, Monsun Asia, dan puncak musim hujan.”
3. Potensi Cuaca Ekstrem Meningkat Sepekan ke Depan, Ini Penjelasan BMKG
BMKG memperbarui prakiraannya untuk potensi cuaca ekstrem di Indonesia, Selasa 27 Desember 2022. Ini terangkai dengan keterangan yang disampaikan pada 21 Desember lalu. “Ada signifikansi dinamika atmosfer yang dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem selama periode libur Natal dan Tahun Baru atau Nataru 2022/2023,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya yang terkini yang disampaikan daring.
Ilustrasi hujan lebat yang terjadi di Yogyakarta. (FOTO ANTARA/Wahyu Putro A/ed/nz/pri.)
Dwikorita merujuk pembaruan dinamika atmosfer itu berupa tumbuhnya bibit Siklon Tropis 95W di Samudera Pasifik sebelah utara Papua Barat. "Pada penjelasan yang lalu ini tidak ada," katanya.
Baca juga: Penjelasan BMKG Sebelumnya Soal 4 Fenomena Terjadi Sekaligus
Posisi bibit siklon per hari ini disebutnya berada di lokasi 8,8 derajat Lintang Utara dan 130,9 derajat Bujut Timur, dengan kecepatan angin maksimum 15 knot dan tekanan terendah 1008 mb. Berdasarkan citra satelit Himawari-8, status bibit siklon itu 6 jam terakhir menunjukkan adanya aktivitas konvektif yang signifikan terutama di sebelah utara sistem.