TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana gempa bumi karena berada dalam kawasan yang disebut Ring of Fire. Untuk mengetahui kekuatan gempa, umumnya akan digunakan alat khusus bernama seismograf yang ditemukan oleh John Milne, insinyur dan ahli geologi dari Inggris.
Berbeda dari bencana alam lain, seperti longsor, banjir, gunung meletus, dan sebagainya, gempa bumi masih sulit diprediksi. Parahnya lagi, bencana alam yang satu ini dapat menghancurkan bangunan di permukaan bumi hanya dalam waktu singkat jika terjadi dalam skala yang besar. Gempa Cianjur dan Gempa Turki adalah dua contohnya.
Penemuan seismograf oleh John Milne sangat penting untuk mendeteksi gempa dan mengetahui kekuatannya. Berikut profil John Milne, penemu seismograf, alat pendeteksi gempa.
Profil John Milne
John Milne adalah laki-laki asal Liverpool, Inggris, yang lahir pada 30 Desember 1850. Dia menempuh pendidikan di King’s College dan Royal School of Mines. Di sekolahnya ini, John Milne mendapat amanat untuk menjadi seorang insinyur pertambangan.
John Milne memulai karirnya dengan bekerja di Eropa dan melakukan penelitian mineral untuk tambang. Setelah itu, dia ikut andil dalam ekspedisi pertambangan ke Sinai, Mesir, pada 1874. Tak sampai disitu, John Milne kemudian menempuh perjalanan darat melintasi Siberia yang penuh petualangan sebelum akhirnya sampai di Jepang.
Pada 1875, John Milne telah mendapat jabatan sebagai profesor di Universitas Imperial College of Engineering, Tokyo. Saat hari pertama tiba di Jepang, dia langsung disambut dengan gempa yang terjadi pada malam hari. Sedangkan saat itu, studi tentang gempa bumi relatif baru dan belum terlalu banyak.
Penemuan Seismograf Pendulum Horizontal
Pada 1890, Jepang kembali dilanda gempa, tepatnya di wilayah sekitar Yokohama. Peristiwa inipun mendorong John Milne untuk mendirikan Seismological Society of Japan bersama beberapa kawannya. Tujuannya tidak lain agar masyarakat mendanai pengembangan seismograf guna mendeteksi gempa dan mengukur kekuatan gempa.
Bersama Sir James Alfred Ewing, fisikawan asal Skotlandia, dan Thomas Gray, ahli Geologi asal Inggris, mereka merancang seismograf pendulum horizontal sederhana. Sebuah mesin yang dapat merekam getaran yang terjadi secara tiba-tiba di sekitar garis patahan bumi dalam bentuk gelombang.
Garis gelombang yang bergerak ini terdiri dari dua jenis, yaitu gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S) yang bergerak dalam kecepatan berbeda. Memeriksa kedua gelombang secara bersamaan memungkinkan ilmuwan untuk menentukan jarak pusat gempa dari stasiun pengukuran.
Petugas mengukur amplitudo maksimal (amak) pada alat seismograf, di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PMVBG), Pos Pengamatan Gunung Bromo, Cemorolawang, Ngadisari, Probolinggo, Jawa Timur, 6 Desember 2015. ANTARA/M Risyal Hidayat
John Milne pun mengumpulkan banyak data tentang gempa bumi di Jepang untuk kemudian menulis dua karya berjudul ‘Gempa Bumi” dan “Seismologi”. Atas karyanya ini, John Milne dianugerahkan kehormatan Orde Ketiga Matahari oleh Kaisar Jepang karena dianggap menyelamatkan jutaan nyawa dari gempa bumi.
Laboratorium John Milne Terbakar
Pada 1985, John Milne memutuskan untuk kembali ke Inggris karena kebakaran yang menghancurkan rumah, perpustakaan, serta laboratorium penelitiannya. Dia pun mendirikan laboratorium pribadi di rumahnya yang berada di Pulau Wight atau disebut juga dengan Shide Hill House.
Laboratorium ini kemudian menjadi pusat penelitian seismologi dunia selama 20 tahun lamanya. Dia pun mendapat dana dari Royal Society untuk membangun observatorium gempa bumi di seluruh dunia yang dilengkapi dengan seismograf. Lokasi perkembangan ini mencakup, Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Kanada, hingga Antartika.
Itulah rangkuman informasi mengenai profil John Milne, penemu seismograf alat pendeteksi dan pengukur kekuatan gempa. Semoga bermanfaat.
RADEN PUTRI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.