TEMPO.CO, Bandung - Musim di wilayah Indonesia telah mengalami perubahan intensitas, bukan lagi pergeseran. Menurut peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, Kalimantan mengalami perubahan yang signifikan dari kondisi kering. Termasuk wilayah Ibu Kota Negara (IKN) di Penajam Paser, Kalimantan Timur.
“Di wilayah IKN perubahan keringnya lebih besar,” kata Erma dalam webinar Hari Peringatan Meteorologi Dunia yang diselenggarakan Institut Teknologi Sumatera pada 27 Maret 2023.
Dia menuturkan, perubahan iklim di Kalimantan berbeda di tiap wilayah. Di bagian utara termasuk Pontianak dan sekitarnya disebutnya akan menjadi lebih basah. ”Ini sampai 2050 kemungkinan yang bisa terjadi,” ujar Erma.
Merujuk data lembaga penelitian riset atmosfer di Eropa, per Januari 2023 telah terjadi kenaikan suhu 1,2 derajat Celsius di Bumi yang proyeksinya pada 2035 bisa terus naik sampai 1,5 derajat. Menurut Erma, kenaikan suhu 0,3 derajat sudah menimbulkan banyak konsekuensi. “Dampak tiap wilayah atau negara akan berbeda-beda,” ujarnya.
Di Indonesia, dari hasil studi terbaru peneliti lain yang dipublikasi 2022, Erma mengungkapkan, musim hujan di Indonesia sudah lebih panjang secara klimatologis daripada biasanya. Sementara di daerah lain ada yang mengalami peningkatan hari-hari kering berdasarkan data 30 tahun terakhir yang digunakan untuk mengkalkulasi klimatologis terbaru.
Adapun hasil riset timnya yang akan dikirim ke jurnal internasional, Erma menambahkan, berupaya merinci informasi sebelumnya dengan membagi wilayah monsunal menjadi tiga di bagian selatan Indonesia. Kalkulasinya dari data selama 19 tahun. ”Kami fokus di selatan karena tempatnya sentra pangan dan penduduk terbanyak,” ujarnya.
Kotak pertama yang memanjang dari pertengahan Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi diketahui punya durasi hujan lebih panjang 49 hari. Kotak kedua melingkupi wilayah Lampung dan barat hingga tengah Pulau Jawa. “Lampung hingga Jabodetabek punya ciri khas cuaca musim hujan yang sama dan hari keringnya juga,” kata Erma. Durasi hujannya lebih lama 12 hari dari klimatologi yang seharusnya.
Konsekuensi hari-hari kering yang lebih sering terjadi pada musim hujan yang lebih panjang itu adalah hujan ekstremnya meningkat. Erma dan timnya membuktikan di wilayah kotak satu dan dua terjadi hujan ekstrem yang frekuensinya meningkat terutama selama musim hujan.
Sementara pada wilayah ketiga dari Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Timur, curah hujan ekstrem meningkat saat musim kemarau. Artinya menurut Erma, semakin banyak hujan di musim kemarau di wilayah tenggara Indonesia.
Pilihan Editor: Penipuan Mendompleng Pelaporan SPT Pajak, Waspada Modus 'Handphone Kamu'
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.