TEMPO.CO, Jakarta - Setiap kali konflik Israel-Palestina memanas, roket-roket tipe katyusha beterbangan dari Libanon selatan. Ini seperti yang terjadi pada Kamis dinihari, 6 April 2023, lalu saat 34 roket katyusha itu melesat dan empat yang sampai ke tanah di wilayah Israel. Karena roket-roket ini pula Israel memiliki sistem pertahanan udara yang dikenal sebagai Iron Dome.
Jenis roket Katyusha terkenal untuk multipeluncurnya yang tersusun rapat dalam sebuah rak baja besar. Diintegrasikan pada truk multifungsi, katyusha telah digunakan sejak era Perang Dunia I.
Memiliki desain awal sebagai alternatif artileri yang murah, peluncur Katyusha bisa menembakkan berturut-turut hingga empat lusin roket dengan jangkauan lebih dari enam mil atau sembilan kilometer. Uji pra-perang menunjukkan hanya empat truk yang dibutuhkan untuk melepaskan kekuatan menembak setara 75 meriam ke target seluas 1,5 mil persegi di darat dalam kurang dari semenit.
Meski tak se-akurat meriam howitzer, konsentrasi banyak katyusha bisa menghujani area yang luas dengan banyak roket berdaya ledak tinggi. Mobilitas tinggi juga memungkinkannya menerapkan taktik 'shoot and scoot'.
Militan Hamas membawa peluncur roket banyak atau multiple rocket launcher saat mengikuti unjuk rasa anti-Israel di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan, 27 Mei 2021. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Karena dinilai sangat berguna, sepanjang 1941 sampai 1945 saja, pabrik senjata di Uni Soviet telah memproduksi 10 ribu peluncur roket legendaris ini.
Uniknya, katyusha pertama kali didesain untuk dilepaskan dari pesawat tempur, bukan platform di darat. Dibangun berlandaskan kesuksesan awal dari roket udara-ke-udara di Perang Dunia I, Biro Riset Moskow mengembangkan RS-132, 'rocket shell' pesawat dengan sirip stabilisator pada 1931.
Baru tujuh tahun kemudian, proyektil aerial yang sama dimodifikasi untuk Angkatan Darat dalam desain M-13. Dari titik ini, Katyusha kemudian berkembang dan melegenda.
Berikut ini fakta lainnya tentang roket katyusha,
Kecil tapi Bertenaga
Roket berukuran panjang 1,5 meter dan berat 42 kilogram. Keseluruhan struktur didesain untuk diintegrasikan pada truk multifungsi. Kendaraan peluncuran ini dikenal sebagai BM-13. Uji pra-perang menunjukkan hanya empat truk yang dibutuhkan untuk melepaskan kekuatan menembak setara 75 meriam ke target 1,5 mil persegi di darat dalam kurang dari semenit.
Sempat Dijauhi di Lapangan
Sementara peluncurnya dapat melepaskan volume roket dengan kekuatan yang menghancurkan, para komandan artileri di lapangan pada awalnya tak terlalu antusias terhadap senjata baru ini. Roket-roket generasi awalnya jauh dari akurat. Lebih parahnya lagi, memuat ulang peluncur yang sudah kosong adalah proses yang berat dan lamban--butuh hampir sejam untuk mengisi BM-13 untuk bisa mengulang tembakan salvo terdiri dari selusin roket.
Meski begitu, Angkatan Darat senang dengan murahnya sistem senjata ini--setiap kendaraan mewakili sebagian saja yang yang dibutuhan untuk satu meriam. Tambahan lagi, peluncur bisa dibuat di fasilitas industri ringan, di mana manufaktur artileri umumnya memerlukan pabrik kelas industri berat.
Pernah Jadi Senjata Rahasia
Pada awalnya, peluncur roket mobile BM-13 adalah sebuah rahasia yang dijaga rapat-rapat; hanya unit polisi tertentu yang diizinkan mengoperasikan senjata ini. Faktanya, teknologinya tetap misteri hingga perang Rusia dan Jerman meletus.
Bikin Gentar Pasukan Jerman
Roket-roket ini pertama digunakan di bulan pertama invasi Jerman ke Uni Soviet. Saat pecah perang dekat Smolensk pada 14 Juli 1941, hanya tujuh peluncur eksperimental mampu melumpuhkan sebuah formasi infanteri Jerman di Kota Rudnya. Pasukan Jerman dibuat kocar kacir dan meninggalkan kota itu. Demo tersebut cukup membuat komando Soviet percaya diri roket-roket itu bisa menjadi sebuah game changer. Di akhir perang, terhitung Soviet mengerahkan hampir 520 baterai katyusha.
Katyusha bukan Nama Asli
Nama “Katyusha” bukanlah nama resmi senjata ini. Peluncur BM-13 orisinal dibuat di pabrik yang dikenal sebagai Voronezy Komintern dan memiliki logo huruf K berukuran besar padanya. Para serdadu bercanda kalau huruf itu untuk Katyusha atu 'Katie'--judul lagu balada rakyat populer pada 1938 tentang seorang perempuan yang terpisah dari kekasihnya karena perang.
Multivarian
Tak mengejutkan, kesuksesan roket-roket Katyusha mendorong perluasan penggunaan. Peluncur disematkan di truk-truk, jip, trailer, dan bahkan tank T-40. Baterai-baterai berukuran superbesar bahkan ditempatkan di atas gerbong kereta, dan ada pula yang dibawa di atas perahu. Daya hancur roket pun ikut bertambah, antara lain roket berukuran diameter 300 milimeter.
Roket Katyusha. Kredit: Wikipedia
Terus Dikembangkan Pasca-1945
Tentara Merah Uni Soviet terus menajamkan konsep Katyusha sampai 1950 dan 60-an. BM-21 Grad atau “Hail” adalah satu di antara evolusinya. Dia mampu menembakkan sampai 40 roket M-21 yang berukuran diameter 128 mm dalam waktu kurang dari 20 detik. Peluncur-peluncur yang sudah diperbarui juga dapat digunakan untuk melepaskan munisi lain termasuk rudal antitank, bom asap, dan ranjau darat. Jangkauannya 13 mil atau 20 kilometer.
Populer di Era Perang Dingin
Sekutu Moskow di Pakta Warsawa, juga sejumlah negara yang menjadi klien Soviet, berlomba memborong peluncur roket Katyusha di periode Perang Dingin. Pengguna senjata ini termasuk Polandia, Cekoslowakia, Rumania, Yugoslavia, Iran, Mesir, Cina, dan Korea Utara.
ALJAZEERA, MILITARY HISTORY NOW, TIMES OF ISRAEL