Dalam memilih negara tujuan untuk studi S1, perempuan berusia 18 tahun ini mempertimbangkan relevansi negara tujuan dengan program studi yang menjadi minatnya. Dia mengatakan sejumlah kampus yang dia pilih berada di negara maju yang memiliki keunggulan di bidang ilmu komputer.
Selain itu, dia memilih kampus yang masuk dalam peringkat 100 terbaik di dunia, yang tentunya juga masuk dalam daftar kerja sama dengan BIM. Pertimbangan yang tak kalah penting adalah bahasa pengantar adalah bahasa Inggris.
Menurut dia, hal itu menjadi pertimbangannya karena tak perlu tambahan waktu satu tahun untuk belajar bahasa negara tersebut. Dengan begitu, dia berharap dapat menyelesaikan kuliah dalam waktu empat tahun.
Adapun impiannya untuk kuliah di luar negeri termotivasi oleh kualitas pendidikan yang dinilai baik. “Harapannya dengan aku kuliah di sana, aku bisa membawa ilmu-ilmu yang aku dapatkan dan menerapkannya di Indonesia. Jadi, enggak cuma buat aku sendiri, tapi membantu orang Indonesia yang lebih banyak,” ujarnya.
Keinginannya untuk kerap mendapat pendidikan yang baik dia rasakan sejak SMP. Sebelum sekolah di MAN IC Serpong, Kartika menempuh pendidikan SMP di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Menurutnya, pendidikan di NTB berbeda dengan pendidikan di Jawa yang jauh lebih maju. “Aku benar-benar ngerasain bagaimana rasanya menjadi seseorang yang ingin terus-menerus mendapatkan pendidikan yang jauh lebih baik daripada yang sebelumnya,” ungkapnya.
Persiapan dari Awal SMA
Masa persiapan Kartika untuk kuliah di luar negeri dimulai sejak awal duduk di bangku SMA. Sejak kelas 10 hingga kelas 12 semester 1, Kartika telah mempersiapkan nilai rapor sebaik mungkin. Selain itu, dia juga mengikuti program persiapan dari BIM.
“Kami disiapkan sejak Juli 2022 sampai Desember. Saya menekuni untuk persiapan IELTS dan juga tes SAT untuk mendaftar ke beberapa universitas,” ujarnya. Dia mempersiapkan tes SAT untuk mendaftar di Australia. Sedangkan, Kanada dan Belanda hanya membutuhkan nilai rapor dan IELTS.