Dia juga mempersiapkan esai yang memakan waktu tiga bulan. Setiap esai tentunya disesuaikan dengan pertanyaan berbeda dari masing-masing universitas.
Selain persiapan dari BIM, dia juga dibantu oleh layanan Bimbingan dan Konseling (BK) sekolahnya yang memberikan informasi dan menghubungkannya dengan alumni-alumni dari luar negeri. “Menurut saya, peran yang paling membantu dari sekolah adalah peran pendampingan dari guru BK,” ujarnya.
Dari enam universitas yang menerimanya, Kartika mengaku lebih tertarik pada University of Toronto di Kanada. Hal ini karena peringkat universitas yang paling tinggi dibandingkan lima kampus lainnya, juga karena merasa cocok dengan program yang ditawarkan.
Dia mengaku bersemangat untuk mempelajari bidang yang telah dipilih, yaitu Physical and Environmental Sciences. Di departemen ini, mahasiswa akan mempelajari perpaduan fisika dan teknik lingkungan. Selain itu, mahasiswa juga akan mempelajari astrofisika.
Bagi siswa yang ingin berkuliah di luar negeri, dia berpesan untuk proaktif dalam mencari informasi. "Kalau memang benar-benar bertekad untuk mau ke luar negeri, carilah informasi sebanyak-banyaknya sedini mungkin, jadi bisa persiapan lebih matang. Dan juga jangan lelah untuk mencari prestasi, karena itu juga menjadi nilai tambah ketika seleksi,” pesannya.
Kartika bercita-cita setelah merampungkan studinya kelak, dia bisa mengabdi di Kementerian Pendidikan. “Saya harap nantinya saya bisa berperan untuk memajukan pendidikan Indonesia,” ucapnya.
Pilihan Editor: Prodi dengan Pertumbuhan Mahasiswa Terbesar di 10 Kampus Terbaik Indonesia