TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa asal Kecamatan Krembung, Sidoarjo di Sudan, Muhammad Kays Reza Fahlefy, berharap segera dapat dievakusi oleh pemerintah ke tempat yang lebih aman. Hal tersebut menyusul berkecamuknya perang di negara tersebut. Reza juga berharap pemerintah dapat membantu mengambil ijazah yang disimpan oleh pihak kampus sejak pendaftaran awal.
“Saya bersama teman-teman sebanyak 23 orang tinggal di Wisma Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan. Ada juga para pengungsi dari asrama yang jaraknya sangat dekat dari markas militer,” katanya dilansir dari NU Online Jatim pada Rabu, 26 April 2023.
Reza yang saat ini menempuh kuliah di Internasional of Africa program studi Hadist itu mengatakan kondisi dia dan teman-temannya untuk saat ini baik-baik saja. Keadaan di sekitar tempatnya, menurut Reza, sunyi karena adanya gencatan senjata selama tiga hari.
Namun, Reza dan teman-temannya merasa sulit karena aliran listrik padam selama enam hari penuh akibat dampak perang. Selain itu, kata dia, terjadi pula penjarahan yang dilakukan oleh warga sipil yang tidak bertanggung jawab.
“Pernah dua hari terjadi pemutusan jaringan internet. Padahal internet sangat penting untuk informasi terkini warga negara Indonesia (WNI) di sini," ujarnya,
Meski begitu, Reza mengaku bersyukur para tetangganya warga Sudan sangat baik. "Kami mendapat pinjaman fasilitas transportasi dari tetangga kami warga Sudan untuk membeli kebutuhan hingga dipinjami genset ketika listrik padam dan diberi air bersih,” ujarnya.
Reza menceritakan tentara di sana berkeliling dan mengecek handphone warga. Mereka akan menyita ponsel jika di dalamnya terdapat foto atau video terkait kondisi di Sudan. Maka itu Reza tak berani untuk mengambil foto situasi dan kondisi perang di Sudan.
“Kami tidak berani menyimpan foto dan video terkait kondisi. Terkadang kalau bertemu para militer, HP kami diperiksa. Jika ada foto atau video terkait perang yang sedang berlangsung, handphone kami akan disita,” ucapnya.
Alumni Madrasah Bertaraf Interasional (MBI) Amanatul Ummah itu berharap agar proses evakuasi bisa berjalan lancar dan aman. Sebelumnya Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyampaikan bahwa pemerintah tengah mengevakuasi sebanyak 538 orang warga negara Indonesia dari Sudan.
Ratusan WNI yang dievakuasi itu terdiri dari 273 perempuan, 240 laki-laki, dan 25 balita. WNI yang dievakuasi sebagian besar adalah mahasiswa Indonesia, pekerja migran Indonesia, karyawan perusahaan Indofood dan staf KBRI beserta keluarga.
Pilihan Editor: Freeport Buka Lowongan Magang untuk Mahasiswa D4-S2, Dapat Uang Saku dan Tiket PP