Roket Lain Angkut Misi Swasta ke Bulan
Adapun kegagalan pendaratan ini diprediksi akan menjadi ganjalan untuk jalan ispace ke depan. Perusahaan sebelumnya telah mengagendakan meluncurkan misi pendaratan di Bulan yang kedua dan ketiga pada 2024 dan 2025.
Yang misi 2025, dikenal sebagai M3, adalah bagian dari Program Commercial Lunar Payload Services (CLPS) NASA. CLPS mempekerjakan pesawat dan robot swasta untuk membawa perangkat sains milik NASA ke permukaan Bulan, dengan tujuan yang lebih luas mendukung program Artemis NASA mengeksplorasi Bulan lewat misi berawak.
Sejumlah misi CLPS lainnya dijadwalkan mengangkasa pada bulan-bulan dan tahun mendatang. Sebagai contoh, jika berjalan sesuai rencana, dua wahana pendarat swasta dari Amerika akan meluncur musim panas tahun ini--Peregrine Astrobotic (menumpang debut roket Vulcan Centaur milik United Launch Alliance) dan Nova-C dari Intuitive Machines yang akan terbang menggunakan roket Falcon 9.
Hakuto-R juga bukanlah pesawat antariksa swasta pertama yang hendak mencapai Bulan. CAPSTONE, sebuah cubesat mungil yang dibuat dan dioperasikan untuk NASA oleh perusahaan asal Colorado, Advanced Space, tiba di orbit Bulan pada November tahun lalu. Misi CAPSTONE adalah tinggal di orbit, bukan misi penjelajahan turun ke daratan Bulan.
Lander Jepang ini juga bukan wahana swasta pertama yang mencoba mendarat mulus di Bulan. Pesawat antariksa dari Israel, Beresheet, mencoba yang sama pada April 2019, tapi gagal pula.
Sejarah Baru Lain yang Gagal Dicatatkan Hakuto-R
Hakuto-R atau misi M1 didesain terutama untuk membuktikan perangkat keras moon-landing ispace dan knowhow-nya. Hakuto-R juga membawa beragam muatan dalam misinya itu.
Sebuah baterai padat eksperimental yang dibuat perusahaan Jepang, Niterra, misalnya, akan menjalani uji kondisi ekstrem. Dan Hakuto-R disiapkan untuk mengerahkan dua robot ke permukaan Bulan: Sora-Q, sebuah robot yang bisa berubah bentuk yang dikembangkan Japan Aerospace Exploration Agency dan perusahaan Tomy, dan Rashid, sebuahrover berbobot 10 kilogram yang akan dioperasikan oleh badan antariksa Uni Emirat Arab
Rashid bertujuan menciptakan beragam observasi sepanjang satu hari penuh di Bulan (sekitar 14 hari di Bumi). Robot kecil ini membawa beberapa kamera dan instrumen yang didesai untuk membantu karakterisasi lingkungan permukaan Bulan yang bermuatan listrik.
Pekerjaan Rashid diambahkan oleh pemrograman machine learning yang dikembangkan perusahaan Kanada, Mission Control Space Services. Bagian dari Misi M1 yang ini juga sejatinya bersejarah: Belum ada sistem AI deep learning yang melampaui orbit Bumi.
SPACE, ISPACE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.