TEMPO.CO, Bandung - Timbunan sampah memenuhi berbagai tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Bandung. Menurut Direktur Wahana Lingkungan Hidup Jawa Barat (Walhi Jabar) Meiki W. Paendong, penumpukan sampah itu terkait peningkatan konsumsi warga selama bulan puasa hingga libur Lebaran. “Kami prihatin karena masalah ini masih terulang lagi,” katanya, Sabtu, 29 April 2023.
Sebelumnya pengangkutan sampah Kota Bandung ke tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti sempat mengalami beberapa kendala karena cuaca dan masalah teknis, meskipun daya tampung telah diperluas. Misalnya keterbatasan alat-alat operasional di TPA, dan jalur akses yang terganggu karena hujan. Akibatnya sampah ditahan dulu akhirnya menumpuk.
“Bisa dibilang Bandung darurat sampah jika sampai 20 hari ke depan sampah-sampah ini belum terangkut,” ujar Meiki.
Soal rencana pemerintah Kota Bandung membuat TPA darurat, menurut Meiki, harus dirancang dengan konsep yang terencana dan ramah lingkungan. Walhi Jabar meminta agar rancangan TPA darurat itu tidak seperti TPA pada umumnya. ”Tetap harus ada pemilahan dan implementasi aturan seperti Amdal agar tempatnya tidak jorok,” kata dia.
Walhi Jabar mengakui Kota Bandung telah memiliki program bagus yang dinamakan Kang Pisman, singkatan dari kurangi, pisahkan, dan manfaatkan sampah. Beberapa Rukun Warga dan kelurahan telah terlibat namun program itu dinilai masih setengah hati. “Tapi pemerintah kota terutama Dinas Lingkungan Hidup tidak mereplikasi secara masif,” ujarnya.
Walhi Jabar mendesak agar program Kang Pisman diperkuat. Meiki pun berharap, kondisi Bandung darurat sampah ini tidak dijadikan kesempatan pemerintah Kota Bandung untuk menggunakan teknologi insinerator atau pembakaran sampah. Alasannya, selain telah terbukti gagal di beberapa tempat, efek pembakaran sampah menimbulkan masalah baru yaitu polusi udara.
Walhi Jabar meminta agar warga juga terlibat dalam gerakan mengurangi, memilah, dan memanfaatkan sampah atau 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Meiki juga menyarankan warga untuk mempertimbangkan apakah barang yang akan dibeli berpotensi menghasilkan sampah baru atau tidak.
Sementara itu pemerintah Kota Bandung lewat akun media sosialnya meminta maaf kepada warga karena pelayanan sampah terganggu. Penyebabnya disebutkan karena TPA Sarimukti sempat libur saat Lebaran dan hanya satu zona yang digunakan untuk lokasi pembuangan. Selain itu tingginya curah hujan membuat truk sulit menuju TPA Sarimukti.
Faktor lainnya disebutkan karena rute menuju TPA sempat macet imbas arus mudik, dan naiknya volume sampah saat bulan Ramadan. Upayanya menurut pemerintah Kota Bandung, dengan menambah unit pengakut dan alat berat. Pola substitusi di TPS yang overload, berkoordinasi dengan pemerintah provinsi Jawa Barat untuk normalisasi TPA Sarimukti, mengajak warga terlibat program Kang Pisman, dan menyiapkan TPA darurat di Cicabe.