Masih butuh waktu untuk menjawab pertanyaan itu. "Apa yang membuat hal ini sulit dilakukan adalah kita mungkin masih berada di antara suatu kejadian penting tapi belum signifikan, mungkin saja penyakit ini akan hilang dalam beberapa pekan ke depan dan tidak pernah muncul lagi, atau ini adalah awal dari pandemi influenza," kata Michael Osterholm, pakar wabah flu global di University of Minnesota. "Saat ini kami tak punya petunjuk berada di mana kita sekarang. Itu masalahnya."
Kekhawatiran ini bermula ketika pada 26 April lalu pemerintah Amerika Serikat melaporkan bahwa laboratorium telah melakukan konfirmasi atas 20 kasus flu babi A/H1N1 pada manusia. Kasus flu babi ini terjadi di lima negara bagian berbeda, yaitu 8 di New York, 7 di California, 2 di Texas, 2 di Kansas, dan 1 di Ohio.
Dalam 20 kasus itu, penderita menunjukkan gejala influenza ringan sehingga hanya satu yang sempat dirawat di rumah sakit. Tak ada kematian akibat flu babi yang dilaporkan. Semua sampel virus itu mempunyai pola genetik yang sama, dan dideskripsikan sebagai suptipe A/H1N1 baru, yang sebelumnya tak terdeteksi, baik pada babi maupun manusia.
Sementara kasus flu babi di Amerika Serikat belum menimbulkan korban jiwa, lain halnya dengan di Meksiko. Jumlah korban jiwa di negara itu mencapai 86 orang dan lebih dari seribu orang lainnya terserang virus itu sejak 13 April lalu.
Pada 26 April, pemerintah Meksiko mengumumkan 18 kasus flu babi A/H1N1 yang telah memperoleh konfirmasi di laboratorium. Investigasi masih berlanjut untuk mengklarifikasi penyebaran dan seberapa parah penyakit itu di Meksiko. Kasus suspect flu babi Meksiko dilaporkan terjadi di 19 dari 32 negara bagian.
Meski kasus flu babi di Amerika tergolong ringan, Pusat Kendali Penyakit Amerika Serikat (CDC) memperkirakan kasus itu bakal bertambah karena dokter dan petugas kesehatan akan mewaspadai kasus itu dengan intensif. Richard Besser, Direktur Pelaksana Centers for Disease Control and Prevention, Amerika Serikat, juga belum mengerti mengapa jumlah kasus flu burung di Meksiko lebih parah dan besar dibanding di Amerika Serikat.
Hampir semua korban tewas di Meksiko berumur antara 20 dan 40 tahun. Mereka meninggal karena pneumonia parah dari penyakit mirip flu, yang diperkirakan disebabkan oleh virus flu babi. Penderita flu babi di Amerika berusia 9 sampai lebih dari 50 tahun. Dalam sebuah pandemi, satu hal yang paling sering terlihat adalah infeksi dalam populasi orang dewasa muda yang biasanya tidak mudah tertular wabah flu musiman," kata Besser.
Besser belum bisa memperkirakan apakah wabah flu babi ini dapat memicu pandemi baru karena membandingkan flu babi dengan pandemi di masa lalu juga sulit dilakukan. "Setiap wabah sangat unik," ujarnya.
Meski virus subtipe baru ini dinamai flu babi, di dalamnya juga terkandung segmen genetik virus manusia dan burung, selain segmen genetik babi dari Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Petugas kesehatan memang sudah pernah melihat kombinasi tiga virus itu sebelumnya, tapi tak pernah melihat campuran antarbenua dan lebih dari satu virus babi seperti yang terkandung dalam virus subtipe baru ini.
Yang paling mengkhawatirkan, virus ini tampaknya bisa menyebar di antara manusia dengan mudah dibandingkan dengan flu babi yang melompat dari babi ke manusia pada masa lalu. Fakta ini membuat banyak orang khawatir, jika meledak, wabah ini menjadi pandemi karena sejarah telah membuktikan betapa berbahayanya wabah yang satu ini.
Sejak 1500-an, dunia telah beberapa kali mengalami pandemi, salah satunya wabah flu pada 1918-1919. Pandemi flu itu menewaskan 20-50 juta orang di seluruh dunia.
Pengujian dan pelacakan penyakit pada masa itu belum belum canggih seperti sekarang, tapi virus yang menginfeksi manusia diperkirakan muncul pada waktu yang hampir sama dan dikenal sebagai flu Spanyol dan flu babi. Para pakar mengatakan kuman mematikan itu pada dasarnya berasal dari burung, tapi babi membuatnya lebih parah.
Pandemi flu dimulai dengan penyakit ringan yang muncul pada musim semi 1918, diikuti gelombang yang lebih mematikan pada enam bulan kemudian. Para ilmuwan berspekulasi bahwa sesuatu telah terjadi pada virus tersebut setelah gelombang pertama. Salah satu teori menduga bahwa virus itu menginfeksi babi atau mamalia lain dan bermutasi sebelum kembali menginfeksi manusia dalam bentuk yang lebih mematikan.
Babi dianggap cukup rentan terhadap virus burung maupun manusia. Mamalia ini diperkirakan juga tempat terbaik bagi pertukaran atau kombinasi gen antarvirus yang mengarah pada terbentuknya tipe virus baru yang lebih mematikan dan mudah menyebar antarspesies.
Penyakit flu babi yang menyerang manusia juga pernah terjadi pada 1976, ketika sejumlah prajurit di Fort Dix, New Jersey, jatuh sakit karena bentuk flu babi yang berbeda dari virus normal. Namun, kasus flu babi ini berhenti di sana.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), dari enam tingkat ancaman pandemi, kasus flu babi ini berada pada level 3. Peringkat ini mungkin akan naik ke level 4 dengan adanya bukti penyebaran antarmanusia.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, para ilmuwan lebih menaruh perhatian pada virus flu burung, yang pertama kali dilaporkan di Asia. Strain baru yang amat mematikan ini telah menewaskan lebih dari 250 orang di seluruh dunia sejak 2003. Petugas kesehatan di seluruh dunia telah mengambil semua langkah untuk menghadapi pandemi flu burung, tapi hingga saat ini virus itu belum mampu menyebar antarmanusia.
TJANDRA DEWI | AP | CDC | WHO | REUTERS