TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Megawati Soekarnoputri meminta BRIN untuk lebih fokus menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi banyak orang. Menurut dia, negara-negara seperti Amerika dan Rusia mampu menghasilkan penelitian yang dapat dirasakan manfaatnya oleh banyak orang.
“Jadi, bukan asal riset gitu loh. Semua menurut saya di negara Amerika pun di Rusia itu risetnya sangat bermanfaat bagi orang banyak,” kata Megawati dalam penandatanganan MoU BRIN dan TBRI di Gedung TVRI, Jakarta Pusat, Senin.
Dia mengatakan penelitian itu harus memiliki jangkauan dan fokus yang jelas. Selain itu, Presiden ke-5 RI tersebut meminta agar hasil penelitian BRIN dipatenkan sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Pasalnya, tidak sedikit hasil penelitian anak bangsa dicuri oleh bangsa lain seperti plasma nutfah. “Saya sudah gebrak-gebrak meja itu banyak sekali loh yang mencuri, karena kita kaya sekali,” ucap Megawati.
Lebih lanjut Megawati meminta Kepala BRIN Laksana Tri Handoko untuk mengingatkan para peneliti bahwa Indonesia adalah the biggest archipelago in the world.
“Saya senang banget kalau membicarakan itu (the biggest archipelago in the world) sama tamu-tamu asing. Kayaknya kelihatan bangga banget,” ujarnya.
Megawati juga menginginkan Indonesia segera memiliki reaktor nuklir. Alasannya, Presiden Sukarno telah meresmikan pusat reaktor nuklir di Bandung sejak puluhan tahun lalu. "Bung Karno saja sudah berpikir untuk kita punya reaktor nuklir. Saya sangat ingat, adanya itu di Bandung, namanya Triga Mark," kata Megawati.
Adapun Reaktor Triga 2000 di Bandung adalah reaktor pertama di Indonesia. Reaktor dengan nama asli Reaktor Triga Mark II itu diresmikan operasionalnya oleh Presiden Pertama RI Soekarno pada 1965 sebagai pusat pelatihan, riset, dan produksi radioisotop untuk berbagai keperluan, baik medis, industri atau penelitian.
Menurut Megawati, belum telat bagi BRIN untuk mengembangkan riset soal nuklir dengan memanfaatkan Triga 2000. Bahkan, Presiden Kelima RI ini menyebut Indonesia bisa menyusul negara-negara yang lebih dulu mengembangkan nuklir, seperti Korea Utara.
"Jadi sebenarnya kalau kita bisa mengembangkannya kembali menurut saya tidak telat. Kita bisa menyusul mereka yang telah mempunyainya,” ujarnya.
Pilihan Editor:
Bertemu Nadiem, Putri Ariani: Nada Bicara Bapak C Mayor