Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perjalanan Wabah Antraks di Indonesia Sejak 1832

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Petugas Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan memeriksa kesehatan hewan kurban jelang perayaan Hari Raya Idul Adha di tempat penampungan hewan kurban, Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 15 Juli 2021. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan fisik serta pengambilan sampel darah, feses, dan tanah untuk memastikan tidak adanya penyakit antraks dan kelayakan hewan kurban. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Petugas Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan memeriksa kesehatan hewan kurban jelang perayaan Hari Raya Idul Adha di tempat penampungan hewan kurban, Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 15 Juli 2021. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan fisik serta pengambilan sampel darah, feses, dan tanah untuk memastikan tidak adanya penyakit antraks dan kelayakan hewan kurban. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Wabah antraks sering terjadi di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Tengah. Tahun ini, wabah tersebut muncul kembali dan menyerang hewan ternak sapi di wilayah Gunungkidul, Yogyakarta.

"Kasus ini tidak hanya terjadi sekarang, dua tahun lalu juga terjadi, kalau tidak di Gunungkidul, ya di Kabupaten Sleman," kata Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, Rabu, 5 Juli 2023.

Jika menilik ke belakang, dilansir dari laman Dinas Kesehatan Jawa Tengah, wabah ini pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1832, tepatnya di Kecamatan Tirawuta dan Mowewe Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Kemudian, di tahun 1969 dilaporkan sebanyak 36 orang meninggal setelah mengkonsumsi daging di Kecamatan Tirawuta, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Tahun 1973 dilaporkan bahwa tujuh orang meninggal setelah mengkonsumsi daging di Loeya Kecamatan Tirawuta, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Pada tahun 1976 ditemukan antraks tipe kulit di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, yang berlanjut hingga 1977 ke Kabupaten Sumbawa Besar dan Dompu. Penyakit ini kemudian menyebar dan berkembang setiap tahunnya ke provinsi-provinsi lainnya hingga tahun 2023.

Berikut perjalanan wabah antraks di Indonesia:

1.1985: Irian Jaya Kabupaten Paniai

Terjadi wabah di mana ribuan babi mati karena terserang antraks. Wabah di tahun ini memakan korban sebanyak 11 orang yang meninggal dikarenakan memakan daging bagi yang sudah terkena antraks.

2.1990: Jawa Tengah

Terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di tujuh desa Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang; satu desa di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak; dan tiga desa di Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Pada kasus ini, terdapat 48 yang terkena antraks, namun tidak ditemukan kematian.

3. 2000, 2001, dan 2007: Jawa Barat 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wabah terjadi di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2000. Awalnya antraks hanya menyerang peternakan burung unta, kemudian menyebar ke manusia dan menyerang 32 orang. Pada kasus ini tidak ditemukan kematian. Kemudian di Kabupaten Bogor pada tahun 2001 terdapat jumlah kasus 22 orang dengan kematian dua orang. 

4.2007: NTT

Terjadi KLB di Kabupaten Sumba Barat dengan jumlah kasus 13 orang dan kematian sebanyak lima orang.

5.2010-2015: Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah

Tidak ditemukan data untuk tahun 2010, namun berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, di tahun 2011 terdapat sebanyak 41 orang terkena antraks, dan 22 orang di tahun 2012. Di tahun 2013 turun menjadi 11 orang, namun memakan satu korban jiwa, dan di tahun 2014 meningkat lagi menjadi 48 orang dan memakan tiga korban jiwa. Kemudian turun lagi di tahun 2015 menjadi tiga orang yang terkena antraks.

6. 2016-2018: Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan NTB

Pada tahun 2016 di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, serta Jawa Timur terdapat total 52 orang yang terkena antraks. Lalu di 2017 terdapat total 77 orang seperti di Gorontalo 45 orang, Jawa Timur 25 orang, DI Yogyakarta empat orang dan satu meninggal, Sulawesi Selatan dua orang dan NTT satu orang. Di tahun 2018, terdapat total sembilan kasus. Kasus antraks sebanyak delapan kasus dari Jawa Timur dan satu kasus dari Sulawesi Selatan

7. 2020-2022: DI Yogyakarta, Gorontalo Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan

Hingga kini, wabah antraks masih menyerang manusia dan hewan ternak. Dilansir dari laman Situasi Penyakit Hewan Nasional, sebanyak 11 kasus di 2020 yang memakan banyak korban hewan di DI Yogyakarta dan Gorontalo. Kemudian 21 korban hewan di 2021 yang tersebar di DI Yogyakarta (4 sapi dan 2 kambing), Jawa Tengah (2 sapi), Jawa Timur (6 sapi), dan NTB (7 sapi) dan di tahun 2022 sebanyak 10 kasus pada hewan di DIY (6 Sapi dan 2 Kambing), Jawa Timur (1 Kambing), serta Sulawesi Selatan (1 Sapi).

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Angka Kematian Demam Berdarah di Bangladesh Tembus 1.000 Jiwa, Terburuk dalam Sejarah

18 jam lalu

Pasien terinfeksi demam berdarah berada di bawah kelambu saat mereka menerima perawatan di Shaheed Suhrawardy Medical College and Hospital di Dhaka, Bangladesh, 26 Juli 2023. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Angka Kematian Demam Berdarah di Bangladesh Tembus 1.000 Jiwa, Terburuk dalam Sejarah

Data resmi pemerintah Bangladesh pada Minggu malam menunjukkan lebih dari 1.000 orang di negara telah meninggal karena demam berdarah sejak awal tahun


Lebih dari Seribu Anak-anak di Kamp Pengungsian di Sudan Meninggal

12 hari lalu

Rawda Mohammed Ismail, seorang wanita Sudan yang melarikan diri dari konflik di Geneina di wilayah Darfur Sudan, mengipasi anaknya Abdelerrahman Bakr, yang menderita kekurangan gizi, di rumah sakit misi Medecins Sans Frontieres (MSF) di Adre, Chad 24 Juli 2023. REUTERS/Zohra Bensemra
Lebih dari Seribu Anak-anak di Kamp Pengungsian di Sudan Meninggal

Lebih dari 1.200 anak-anak usia di bawah lima tahun meninggal di sejumlah kamp pengungsian di Sudan karena wabah campak dan gizi buruk akut


Yang Perlu Diketahui soal Virus Nipah yang Belakangan Mewabah di India

13 hari lalu

Anggota tim medis dari Kozhikode Medical College membawa sampel buah pinang dan jambu biji untuk melakukan tes virus Nipah di desa Maruthonkara di distrik Kozhikode, Kerala, India, 13 September 2023. REUTERS/Stringer
Yang Perlu Diketahui soal Virus Nipah yang Belakangan Mewabah di India

Virus Nipah (NiV) merupakan virus zoonosis atau virus yang dapat menyebar antara hewan dan manusia.


Memacu Adrenalin Sembari Menikmati Senja Pantai Selatan di Obelix Sea View Yogyakarta

25 hari lalu

Spot The Swings di Obelix Sea View Yogyakarta berlatar Pantai Selatan. (Dok.istimewa)
Memacu Adrenalin Sembari Menikmati Senja Pantai Selatan di Obelix Sea View Yogyakarta

Obelix Sea View Yogyakarta menyuguhkan pemandangan keindahan Pantai Parangtritis dan Samudra Hindia dari ketinggian.


Gunungkidul Siap Pasok Biomassa untuk PLTU Pacitan

26 hari lalu

Petugas menggunakan sepeda berkeliling di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1 Jatim - Pacitan di Desa Sukorejo, Pacitan, Jawa Timur, Rabu (16/10). PLTU yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu memiliki kapasitas sebesar 2 x 315 Mega Watt untuk mensuplai listrik di Kawasan Jawa - Bali. ANTARA/Dhoni Setiawan
Gunungkidul Siap Pasok Biomassa untuk PLTU Pacitan

Setelah tanaman berumur dua tahun, ranting dan batangnya digunakan sebagai bahan bakar biomassa pada PLTU Pacitan.


Polandia Selidiki Wabah Penyakit Legionellosis

37 hari lalu

Ilustrasi tangan diinfus. hsi-med.com
Polandia Selidiki Wabah Penyakit Legionellosis

Polandia curiga kalau wabah Legionellosis adalah sabotase


Menikmati Keindahan Matahari Terbenam dari Ketinggian di Obelix Sea View Yogyakarta

39 hari lalu

Melihat matahari terbenam dari Obelix Sea View Yogyakarta (Instagram/@obelixseaview)
Menikmati Keindahan Matahari Terbenam dari Ketinggian di Obelix Sea View Yogyakarta

Obelix Sea View menarik banyak wisatawan yang ingin melihat keindahan pantai selatan beserta matahari terbenamnya dari atas ketinggian


Sugeng Handoko, Penggerak Desa Wisata Nglanggeran Raih Satyalancana Kepariwisataan 2023

46 hari lalu

Sugeng Handoko, Pengelola Wisata Gunung Api Purba Nglanngeran, Yogyakarta. Foto Dok. Pribadi
Sugeng Handoko, Penggerak Desa Wisata Nglanggeran Raih Satyalancana Kepariwisataan 2023

Penggerak Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta, Sugeng Handoko berhasil meraih Satyalancana Kepariwisataan. Ini profilnya.


Gunungkidul Tetapkan Status Siaga Darurat Kekeringan, 14 Kecamatan Sulit Air Bersih

50 hari lalu

Relawan berada di mulut Gua Cikal, Gunungkidul, DI Yogyakarta, 15 Oktober 2020. Sementara jumlah warga yang terdampak kekeringan sebanyak 129.788 jiwa. Pemerintah Daerah Gunungkidul saat ini telah mengalokasikan anggaran untuk bantuan air bersih sebesar Rp700 juta. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Gunungkidul Tetapkan Status Siaga Darurat Kekeringan, 14 Kecamatan Sulit Air Bersih

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menetapkan status siaga darurat kekeringan.


Cara Gunungkidul DIY Cegah Tingginya Angka Putus Sekolah

2 Agustus 2023

Ilustrasi beasiswa. shutterstock.com
Cara Gunungkidul DIY Cegah Tingginya Angka Putus Sekolah

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberikan beasiswa Gunungkidul Cerdas untuk mengantisipasi tingginya angka putus sekolah di wilayah ini.