Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dua Peneliti Indonesia Duduki Posisi Penting di IPCC, Dorong Aksi Iklim yang Konkret

Reporter

Editor

Devy Ernis

image-gnews
Delegasi Indonesia di pertemuan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Ke-59 di Nairobi, Kenya. Dokumentasi: Kementerian Luar Negeri.
Delegasi Indonesia di pertemuan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Ke-59 di Nairobi, Kenya. Dokumentasi: Kementerian Luar Negeri.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak dua peneliti asal Indonesia tergabung dalam Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) atau Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim bersama 32 ilmuwan dunia lainnya. Mereka adalah Edvin Aldrian yang kembali terpilih menjadi Vice Chair Working Group I dan Joni Jupesta yang menjadi anggota The Task Force on National Greenhouse Gas Inventories (TFI).

Keduanya dipilih berdasarkan pemungutan suara dari negara anggota IPCC yang dilakukan di Nairobi, Kenya pada 25-28 Juli 2023. Dengan ini, mereka berharap dapat berkontribusi pada perubahan iklim dengan mendorong negara-negara di dunia untuk mengambil aksi iklim yang lebih cepat dan konkret.

Sebelumnya, Edvin telah dipercaya oleh anggota IPCC sejak 2015 dalam posisi yang sama. Kali ini, dia tengah menduduki babak kedua di posisi tersebut. Menurutnya, untuk menjadi Vice Chair Working Group I kali ini cukup menantang karena harus bersaing dengan ilmuwan dari Australia, Selandia Baru, dan Malaysia.

Edvin menjelaskan bahwa sistem pemungutan suara di IPCC berlaku secara regional. Karena dia berasal dari Indonesia, maka pemberi suara berasal dari Asia Tenggara, Pasifik Barat Daya, dan ASEAN. Dia pun dibantu negara kepulauan seperti Tonga, negara-negara Muslim seperti Bangladesh, Bahrain, Turki, dan juga Amerika Latin.

“Pemungutan suara biasa dilakukan dua kali. Namun karena dalam putaran pertama saya sudah mencapai vote di atas 50 persen, maka pemungutan suara hanya dilakukan sekali. Totalnya, 74 dari 104 perwakilan negara memilih saya, sehingga saya diklaim sebagai pemenang,” jelasnya, dikutip dari keterangan tertulis pada 2 Agustus 2023.

Dirinya mengaku kembali berkiprah di IPCC karena memiliki visi dan misi untuk melanjutkan kembali penelitian yang dibuatnya.

Sebelumnya, dia telah menyiapkan suatu proyeksi dan pemodelan di wilayah Asia Tenggara yang bekerja sama dengan peneliti dari Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Hasil penelitiannya sudah bisa diakses di situs IPCC dan dimanfaatkan oleh negara-negara di dunia untuk menjadi dasar kebijakan terkait perubahan iklim.

Penelitian Berfokus pada 3 Polar di Dunia

Penugasan selanjutnya bagi Edvin di panel ini adalah melakukan penelitian untuk assessment report ke-7 yang akan berfokus pada tiga polar di dunia, yakni polar pertama di kutub es, polar kedua di daratan, dan polar ketiga di Himalaya.

“Saya menilai bahwa apa yang terjadi di Himalaya adalah penting terkait dengan perubahan iklim. Apa yang terjadi di Himalaya dapat berdampak pada negara-negara di sekitarnya, seperti Pakistan, India, Sri Lanka, Bangladesh, dan sebagian negara di Asia Tenggara,” jelasnya.

Selain itu, dia juga akan melakukan penelitian di bidang iklim urban yang berkaitan dengan polusi udara yang berpengaruh pada kesehatan manusia.

Edvin berharap kebijakan mitigasi perubahan iklim harus lebih kuat. Pasalnya, berdasarkan kalkulasi IPCC secara periodik dari 2018, pencapaian kenaikan suhu 1,5 derajat diperkirakan bisa terjadi pada 2052. Tetapi ketika dilakukan proyeksi kembali tiga tahun kemudian atau di 2021, perkiraannya semakin memburuk.

Berdasarkan kalkulasi, ditaksir kenaikan suhu akan terjadi pada 2042. Bahkan, temuan terakhir pada tahun ini menunjukkan kenaikan suhu 1,5 derajat justru akan dicapai sebentar lagi, pada 2030.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ashoka Luncurkan Gaharu Bumi Innovation Challenge, Gerakan Mitigasi Krisis Iklim

19 jam lalu

Sejumlah aktivis dari organisasi masyarakat sipil membentangkan poster dan spanduk saat menggelar aksi terkait KTT G20 India di depan Kedutaan Besar India, Gama Tower, Jakarta, Jumat, 8 September 2023. Aksi tersebut untuk merespon Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di India yang menurutnya 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini gagal memenuhi komitmen mereka; dan sebaliknya, terus membelanjakan uang negara mendukung kebijakan-kebijakan yang lemah dalam upaya-upaya untuk menutup kesenjangan dalam keringanan utang, perpajakan, dan mitigasi perubahan iklim serta transisi energi yang hanya memperburuk dampak dari berbagai krisis dan tidak melihat penderitaan kelompok yang terpinggirkan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Ashoka Luncurkan Gaharu Bumi Innovation Challenge, Gerakan Mitigasi Krisis Iklim

Jejaring kewirausahaan sosial global Ashoka meluncurkan gerakan inovatif 'Gaharu BUMI innovation Challenge' di Jakarta, Jumat, 29 September 2023.


UIII Punya Program Studi Perubahan Iklim untuk Magister, Dosennya Tak Hanya dari Indonesia

2 hari lalu

Petugas dari Manggala Agni Daos Ogan Komering Ilir (OKI) dan Daops Lahat melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di Desa Deling, Pangkalan Lampan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Sabtu 26 Agustus 2023. Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera menerjunkan 45 orang personel Manggala Agni dari Daops OKI dan Lahat, untuk melakukan pemadaman kebakran lahan gambut di wilayah tersebut yang sudah terbakar sejak 17 hari yang lalu. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
UIII Punya Program Studi Perubahan Iklim untuk Magister, Dosennya Tak Hanya dari Indonesia

UIII membuka program studi Perubahan Iklim ini untuk dapat berkontribusi kepada negara dalam menjaga dan memelihara ekologi.


Sri Mulyani Hadiri Pertemuan AIIB di Mesir, Bahas Perubahan Iklim dan Investasi Transisi Energi

3 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor di Kemenko Perekonomian, Jumat, 28 Juli 2023. TEMPO/Riri Rahayu
Sri Mulyani Hadiri Pertemuan AIIB di Mesir, Bahas Perubahan Iklim dan Investasi Transisi Energi

Sri Mulyani mengatakan AIIB memiliki peran penting sebagai katalisator dalam mendesain berbagai instrumen pembiayaan.


Indonesia jadi Tuan Rumah Bersama Konferensi Minyak Nabati Kedua di Mumbai India

3 hari lalu

Lahan perkebunan Sawit  di Gane Timur, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Selasa 23 Januari 2023. (FOTO/Budhy Nurgianto)
Indonesia jadi Tuan Rumah Bersama Konferensi Minyak Nabati Kedua di Mumbai India

Untuk meningkatkan ketahanan di masa depan dalam menyediakan minyak nabati secara berkelanjutan, diperlukan sejumlah langkah strategis bersama.


Luhut ke Negara Barat: Tak Perlu Ajari Kami Soal Perubahan Iklim

4 hari lalu

Presiden Jokowi (tengah) bersama Menteri BUMN Erick Thohir (kedua kanan) dan Menko Kemaririman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kedua kiri) meninjau Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) di Padalarang Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu, 13 September 2023. Presiden Joko Widodo mencoba kereta cepat dari Stasiun Halim menuju Stasiun Padalarang dan dilanjutkan dengan menggunakan kereta pengumpan dari Stasiun Padalarang menuju Stasiun Bandung. ANTARA/Raisan Al Farisi
Luhut ke Negara Barat: Tak Perlu Ajari Kami Soal Perubahan Iklim

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Padjaitan mengatakan Indonesiua tidak perlu diajari soal perubahan iklim.


Prospera Sebut Pentingnya Kompensasi untuk Kelompok Rentan yang Terdampak Perubahan Iklim

5 hari lalu

Presiden Joko Widodo menghadiri rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India, Sabtu, (9/9) di New Delhi, India. Dalam forum tersebut, Jokowi meminta seluruh pihak untuk bersama-sama mengurangi emisi.
Prospera Sebut Pentingnya Kompensasi untuk Kelompok Rentan yang Terdampak Perubahan Iklim

Program Kemitraan Indonesia-Australia untuk Perekonomian (Prospera) sebut pentingnya kompensasi untuk kelompok rentan yang terdampak perubahan iklim.


Dosen Filsafat Teknologi UGM Jabarkan Plus Minus Artificial Intelligence atau AI

5 hari lalu

Perkembangan tren kecantikan di masa digital ini semakin beragam, salah satunya ialah beauty berbasis artificial intelligence (AI) dan augmented reality (AR)/Foto: Doc. Perfect AI
Dosen Filsafat Teknologi UGM Jabarkan Plus Minus Artificial Intelligence atau AI

Rangga Kala Mahaswa, Dosen Filsafat Teknologi UGM menguraikan kelebihan dan kekurangan pemanfaatan Artificial Intelligence atau AI.


Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

5 hari lalu

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pernyataan Indonesia dalam Sidang ke-78 Majelis Umum PBB di New York, AS, pada Sabtu, 23 September 2023. ANTARA/HO-Kemlu RI
Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

Menlu Retno menyampaikan bahwa setiap negara memiliki hak yang sama untuk membangun dan tumbuh.


Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

7 hari lalu

Para pria berdiri di dekat mobil dekat pembangkit listrik tenaga batu bara di Shanghai, Cina,  21 Oktober 2021. REUTERS/Aly Song
Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

Penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara menyeluruh tidaklah realistis, kata pejabat tinggi iklim Cina.


Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

8 hari lalu

Ilustrasi anak muda dan gadget. Shutterstock
Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

Generasi muda memiliki potensi dan antusiasme untuk berkontribusi dalam membentuk dunia yang lebih hijau, setara, dan berkelanjutan.