TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat luar angkasa Rusia dalam misi ke bulan, yang bernama Luna 25, dilaporkan telah memasuki orbit bulan pada Rabu, 16 Agustus 2023 lalu.
Seperti dilansir dari Reuters, dengan masuknya pesawat Luna ke wilayah orbit bulan, hal tersebut merupakan suatu langkah yang besar bagi ambisi Rusia untuk menjadi negara yang pertama kali mendaratkan pesawat luar angkasa di kutub selatan bulan.
Pesawat Luna 25 yang diluncurkan oleh perusahaan antariksa Rusia bernama Roskosmos tersebut akan mendarat ke kutub selatan bulan dalam misi untuk mencari air yang telah membeku. Nantinya, Luna 25 akan mengelilingi bulan selama 5 hari, kemudian mengubah haluan untuk mendarat secara pelan di kutub selatan bulan pada 21 Agustus nanti.
Lebih lanjut, pesawat luar angkasa Luna 25 yang memiliki ukuran sebesar mobil kecil tersebut akan beroperasi di daerah kutub selatan bulan selama 1 tahun. Sebelumnya, ilmuwan NASA dan beberapa agensi antariksa lainnya telah menemukan jejak keberadaan air yang membeku di kawah bulan.
Air di Bulan
Kehadiran air di bulan dapat berimplikasi besar terhadap jejak eksplorasi luar angkasa manusia. Pasalnya dengan adanya air di bulan akan berpotensi menghidupkan kesempatan untuk melakukan penambangan di bulan. Namun demikian, pesawat luar angkasa Luna 25 Rusia, merupakan pesawat luar angkasa pertama yang dikirim oleh Rusia dalam 47 tahun terakhir.
Sebelumnya, Rusia yang pada saat itu masih bernama Uni Soviet pernah melakukan pengiriman pesawat Luna 24 yang berhasil memasuki orbit bulan pada 1976. Bahkan menurut Anatoly Zak yang merupakan pemerhati program luar angkasa Rusia menyebut bahwa dengan keberhasilan masuknya pesawat luar angkasa Luna 25 ke dalam orbit bulan merupakan suatu “lompatan yang besar”.
“Memasuki orbit bulan merupakan sesuatu yang penting bagi kesuksesan proyek ini. Beberapa menyebut bahwa periode kedua Luna merupakan hal yang sangat penting bagi Rusia untuk melanjutkan program ini. Luna 25 bukan hanya 1 misi, melainkan 1 bagian dari strategi 10 tahun kedepan Rusia pada masa depan,” ujar Anatoly Zak yang juga merupakan pendiri laman Russianspaceweb.com, seperti dilansir dari laman Reuters.
Sebelumnya, pesawat luar angkasa Luna 25 mulai diluncurkan dari bumi menggunakan peluncur roket Soyuz pada 10 Agustus lalu. Namun demikian, seperti dilansir dari laman Space, peluncuran Luna 25 mengalami beberapa kendala, salah satunya menyebabkan proyek tersebut tertunda hampir selama 2 tahun.
Salah satu faktor tersebut disebabkan karena invasi Rusia ke Ukraina yang turut menyebabkan ESA atau Agensi Antariksa Eropa membatalkan kerja samanya dengan Rusia imbas invasi tersebut. Awalnya, ESA akan menjadi pihak yang menyediakan alat navigasi kamera yang secara spesifik dibuat untuk membuat pesawat luar angkasa Luna 25 dapat melakukan pendaratan secara tepat di bulan.
Meskipun demikian, proyek Luna 25 merupakan salah satu program prioritas presiden Vladimir Putin, bahkan dalam kunjungannya ke Kosmodrom Vostochny pada April 2022 lalu, Putin menyebut bahwa sanksi yang diterima oleh Rusia dari Amerika Serikat dan Uni Eropa tidak akan membuat Rusia tidak melanjutkan program eksplorasi luar angkasanya.
“Terlepas dari semua kesulitan dan percobaan untuk mengganggu dari luar, kita pasti akan melaksanakan seluruh rencana dengan konsistensi dan persistensi,” ujar Putin ihwal misi ke bulan seperti dilansir dari laman Space.
REUTERS | SPACE.COM
Pilihan editor: Rusia Luncurkan Misi ke Bulan Setelah 47 Tahun, Berencana Temukan Air di Bulan