TEMPO.CO, Jakarta - Konferensi tingkat tinggi (KTT) BRICS ke-15 baru saja digelar pada 22 hingga 24 Agustus 2023 lalu di Johannesburg, Afrika Selatan. Presiden Joko Widodo beserta jajarannya hadir pada hari terakhir dalam kapasitas Indonesia yang sedang memegang keketuaan ASEAN.
Indonesia pun sempat dikira akan menjadi anggota baru dalam kelompok negara berkembang yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan ini. Sebelum KTT, partisipasi Indonesia dalam BRICS terlebih dulu diwakili oleh para akademisi dalam BRICS Postgraduate Forum 2023.
Forum ini merupakan wadah diskusi riset sekaligus kolaborasi akademik antar negara BRICS, dan Indonesia hadir sebagai negara mitra. Di tahun kedua forum ini, Cape Peninsula University of Technology di Cape Town menjadi tuan rumah setelah Universidade Estadual de Campinas di Brazil tahun lalu. Departemen Pendidikan Tinggi dan Pelatihan milik Pemerintah Afrika Selatan dan South African BRICS Think Tank turut menjadi penyelenggara.
Untuk pertama kalinya, empat akademisi Indonesia berpartisipasi dalam BRICS Postgraduate Forum yang tahun ini dilaksanakan pada 16 – 18 Agustus 2023. Mereka adalah Gracia Paramitha dari School of Government and Public Policy (SGPP) bersama muridnya Dhina Mutiara Kartikasari, Indra Kusumawardhana sebagai dosen Universitas Pertamina, dan Iqbal Ramadhan selaku mahasiswa doktor Universitas Padjadjaran.
Gracia menjelaskan bahwa di tahun kedua, forum ini diadakan sejalan dengan agenda global kepresidenan Afrika Selatan di BRICS, bahwa ada keinginan melakukan ekspansi keanggotaan dan pengaruh BRICS, hingga muncul BRICS Plus yang melibatkan negara-negara lain. Dengan forum ini, BRICS pun melibatkan negara non-BRICS untuk berdiskusi maupun terlibat secara akademik.
“Modelnya semacam call for paper. Jadi untuk diundang dan terlibat dalam BRICS Postgraduate Forum harus bikin abstrak, makalah, kemudian full paper. Baru nanti mereka yang menyeleksi sampai akhirnya diterima,” kata dia kepada Tempo, Jumat, 25 Agustus 2023.
Bersama murid S2-nya, Dhina, Gracia mempresentasikan dan menjadi rekan penulis dalam makalah tentang tantangan UMKM Afrika Selatan dan Indonesia di era digitalisasi. Akademisi asal Indonesia lainnya, Iqbal dan Indra, berkolaborasi menulis makalah tentang pariwisata berkelanjutan negara BRICS di era pascapandemi.
“Jadi memang kebetulan ada dua paper saja dari Indonesia yang dipilih dan keterima. Saya pun diundang sebagai Indonesian guest scholar pertama untuk BRICS Postgraduate Forum,” lanjutnya.
Saat forum berlangsung, Gracia sebagai akademisi senior yang sudah bergelar doktor di bidang kebijakan iklim diminta untuk memimpin sidang atau sesi presentasi dalam topik darurat iklim dan tantangannya bagi negara BRICS.
Di penutupan acara diadakan penghargaan, antara lain bagi makalah dan presentasi terbaik. Garcia pun termasuk sebagai jajaran juri yang menilai makalah-makalah yang dipresentasikan. “Cuma semua pemenangnya dari negara BRICS. Karena memang mereka pasti lebih mengedepankan para akademisi dari negara-negara BRICS yang sudah terlibat lama,” jelasnya.
Arti bagi Indonesia
Menurut Gracia, partisipasi akademisi Indonesia dalam BRICS Postgraduate Forum untuk pertama kali merupakan apresiasi tersendiri, karena Indonesia dipandang tidak hanya untuk kepresidenan Jokowi dalam forum G20 atau ASEAN, tapi juga di kalangan akademisi BRICS.
Setelah pertemuannya dengan para profesor asal Afrika Selatan di dalam forum, dia berkata mereka pun ingin terlibat dalam acara-acara Konferensi Asia-Afrika, yang dua tahun lagi akan mencapai peringatan ke-70. Selain itu, 2025 juga akan menjadi tahun penting bagi Afrika Selatan untuk kepresidenan G20.
“Maka, cerminan hubungan antara Afrika Selatan dan Indonesia kali ini bukan cuma Indonesia sebagai tamu BRICS, tetapi Afrika Selatan juga ingin belajar lebih banyak dari kepresidenan G20 indoensia sebagai percontohan bagi mereka yang akan menjadi presiden G20 setelah Brazil,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan BRICS maupun G20 menjadi momen emas bagi Indonesia untuk tampil berdiplomasi lebih kuat dan merangkul lebih banyak negara-negara berkembang, terutama dari BRICS.
“Indonesia mulai dilibatkan tidak hanya dalam forum ekonomi global, tapi dalam membangkitkan kembali soft power diplomasi dalam konteks ‘Bandung Spirit’, ikatan budaya maupun sosial lainnya yang tidak bisa terlepas antara Indonesia dan Afrika Selatan,” katanya.
Pilihan Editor: Kominfo Blokir 5.000 Situs Judi Online Penyusup Situs Pemerintah