Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kilas Balik Hari Aksara Internasional

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Ilustrasi website dengan konten aksara Jawa. Kredit: PANDI
Ilustrasi website dengan konten aksara Jawa. Kredit: PANDI
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap 8 September, seluruh dunia memperingati Hari Aksara Internasional.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aksara berarti sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran. Namun setiap negara mempunyai ciri khas aksara yang berbeda.

Aksara merupakan hal dasar untuk membantu seseorang dalam berkomunikasi melalui tulisan. Dengan adanya perbedaan pada setiap negara membuat aksara tersebut mempunyai keistimewaan tersendiri. 

Aksara Paku merupakan aksara tertua di dunia. Aksara ini muncul sekitar 3.000 tahun yang lalu di lembah sungai Efrat dan Tigris, sekarang Irak. 

Aksara Hangeul yang dipakai masyarakat Korea merupakan aksara termuda di dunia. Hangeul diciptakan Raja Sejong (1397-1540) pada 1443 masa Dinasti Joseon. 

Aksara tersulit ialah Aksara Han atau Aksara Cina adalah aksara morfemis yang digunakan dalam penulisan bahasa Cina dan beberapa bahasa Asia. Dalam Bahasa Cina dinamakan Hanzi. 

Aksara latin atau alfabet memiliki pengguna terbanyak di dunia. Sekitar 2.500 tahun lalu, alfabet digunakan oleh bangsa Semit.

Dilansir dari indonesia.go.id, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai keberagaman budaya, termasuk bahasa dan aksara. Bahkan setiap daerah memiliki bahasa dan aksara berbeda, satu dengan lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika ditelusuri lebih lanjut di balik keberagaman bahasa daerah tersebut ditemukan adanya berbagai kesamaan, misalnya dalam hal kosakata. Bahasa daerah tersebut tidak hanya menyimpan kekayaan fitur-fitur kebahasaan tetapi juga kearifan lokal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia.  

Fakta Unik Aksara Nusantara

Berdasarkan data yang ditampilkan pada laman situs Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra pada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB), tercatat ada 718 bahasa daerah di tanah air. Jumlah tersebut merupakan hasil verifikasi berdasarkan penelitian dan pemetaan bahasa daerah yang dirintis sejak 1992 hingga 2019 oleh BPPB, lembaga yang bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dari data yang ditampilkan pada laman situs tersebut bisa dilihat bagaimana kayanya bangsa Indonesia dengan keragaman budaya berupa bahasa daerah. Di Pulau Papua saja, berdasarkan verifikasi tadi terdapat 428 bahasa daerah yang dituturkan oleh masyarakat setempat. Salah satu unsur dalam bahasa daerah tadi adalah dialek dan aksara untuk penulisan kosakata. Aksara yang dihasilkan dari unsur tulisan tradisional bahasa-bahasa daerah dikenal juga sebagai aksara Nusantara.

Saat ini terdapat 12 aksara daerah yang merupakan bagian dari kekayaan kesusastraan dan budaya Indonesia. Ke-12 aksara lokal tersebut adalah aksara Jawa, Bali, Sunda Kuno, Bugis atau Lontara, Rejang, Lampung, Karo, Pakpak, Simalungun, Toba, Mandailing, dan Kerinci (Rencong atau Incung).

Uniknya, meski di Papua terdapat 428 bahasa daerah, pada kenyataannya nyaris tidak dijumpai aksara lokal di sana. Sebuah upaya dilakukan dengan menyusun sistem aksara dengan bahasa Tobati yang digunakan oleh masyarakat di sekitar Jayapura.

Pihak Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) pun ikut meluncurkan buku Sistem Aksara Bahasa Tobati pada 2016. Proses penentuan sistem aksara ini melibatkan penutur yang menyampaikan lambang untuk sesuatu yang diungkapkan dengan bahasa Tobati. Kemudian, bahasa lisan itu ditulis dengan huruf Latin.

DIMAS KUSWANTORO | INDONESIA GO ID |  M. RIZQI AKBAR
Pilihan editor: Pandi: Penerapan Aksara Nusantara Butuh Sinergi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemendikbud Klaim Angka Buta Aksara Masyarakat Indonesia Terus Menurun

18 hari lalu

Seorang warga penyandang buta aksara menunjukkan hasil tulis tangannya saat belajar di Rumah Merah Putih di desa Kenebibi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, NTT, Sabtu 1 Juni 2019. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Kemendikbud Klaim Angka Buta Aksara Masyarakat Indonesia Terus Menurun

Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Baharudin, mengatakan angka buta aksara masyarakat Indonesia terus menurun.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

22 Februari 2024

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.


Yogyakarta Dorong Pelestarian Aksara Kawi sebagai Asal Muasal Aksara Jawa

27 September 2023

Event Selebrasi Aksara Kawi yang digelar di Yogyakarta pada Selasa petang (26/9). (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Dorong Pelestarian Aksara Kawi sebagai Asal Muasal Aksara Jawa

Seiring waktu, keberadaan aksara Kawi ini sebagai warisan budaya semakin surut. Belum semua lapisan masyarakat punya akses mempelajarinya.


Aksara Jawa, Pegon, Sunda, Bali, dan Kawi Akan Masuk Perangkat Digital

15 Agustus 2023

Walau kini lebih sering ditulis dalam alfabet latin, Bahasa Jawa memiliki hurufnya sendiri yang disebut Aksara Jawa. Judul tulisan Sinau Nulis Jawa berarti Belajar Menulis Bahasa Jawa
Aksara Jawa, Pegon, Sunda, Bali, dan Kawi Akan Masuk Perangkat Digital

Aksara nusantara sudah mendapatkan Standar Nasional Indonesia (SNI) di perangkat digital, seperti aksara Kawi, Pegon, Jawa, Sunda dan Bali.


Pegiat Sikapi Positif Pernyataan Hendropriyono tentang Aksara Nusantara

23 Maret 2023

Aksara Nusantara (PANDI)
Pegiat Sikapi Positif Pernyataan Hendropriyono tentang Aksara Nusantara

A. M. Hendropriyono mengatakan Indonesia perlu memiliki aksara Nusantara agar lebih bisa memahami dan mendalami karakter bangsa.


Aksara Kawi dan Pegon Siap Masuk Pembakuan Digital Nasional 2023

28 November 2022

Sebanyak 86 karakter Aksara Kawi akan disertakan dalam Unicode versi 15.0, yang direncanakan rilis pada tanggal 13 September 2022. (Foto: Aditya Bayu Perdana)
Aksara Kawi dan Pegon Siap Masuk Pembakuan Digital Nasional 2023

PANDI telah menyerahkan dokumen RSNI untuk pembakuan fon dan papan ketik aksara Kawi dan Pegon ke BSN dan Kementerian Perindustrian.


Gaungkan Aksara Nusantara, PANDI Gelar Lomba Cipta Lagu Anak Berbahasa Daerah

1 November 2022

PANDI menggelar Lomba Cipta Lagu Anak-anak Berbahasa Daerah, yang diharapkan dapat memperluas gaung keberadaan budaya yang berkaitan dengan aksara Nusantara di Indonesia. (PANDI)
Gaungkan Aksara Nusantara, PANDI Gelar Lomba Cipta Lagu Anak Berbahasa Daerah

Juara berhak mendapatkan hadiah uang tunai Rp 100 juta, serta trofi dari Kemenko PMK dan PANDI.


Aksara Kawi Segera Rilis di Unicode September 2022

8 September 2022

Sebanyak 86 karakter Aksara Kawi akan disertakan dalam Unicode versi 15.0, yang direncanakan rilis pada tanggal 13 September 2022. (Foto: Aditya Bayu Perdana)
Aksara Kawi Segera Rilis di Unicode September 2022

Tujuan didaftarkannya aksara Kawi ke Unicode agar bisa masuk dalam standar pengkodean aksara internasional untuk perangkat digital.


Apresiasi Digitalisasi Aksara Nusantara, Kemenko PMK Berkolaborasi dengan PANDI

28 Mei 2022

Penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) terhadap kolaborasi Gerakan Nasional Revolusi Mental dengan program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) dan Indonesia Bangga di Kantor PANDI, Tangerang, Jumat, 27 Mei 2022. (PANDI)
Apresiasi Digitalisasi Aksara Nusantara, Kemenko PMK Berkolaborasi dengan PANDI

Upaya digitalisasi aksara Nusantara merupakan suatu usaha yang monumental untuk menjaga pelestarian budaya.


Temui Butet Kartaredjasa, Ridwan Kamil Cerita Mimpi Penerjemahan Babad Pajajaran

7 April 2022

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyambangi kediaman Seniman Butet Kertaredjasa di Yogyakarta. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Temui Butet Kartaredjasa, Ridwan Kamil Cerita Mimpi Penerjemahan Babad Pajajaran

Butet Kartaredjasa di mata Ridwan Kamil dan banyak orang adalah seorang yang memberi inspirasi di bidang seni.