TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Padjadjaran atau Unpad merilis aplikasi Sunda Digi melalui Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda (PDPBS). Kelahiran aplikasi ini dimaksudkan sebagai layanan digital seputar literatur sunda yang dapat diakses melalui laman Sundadigi.
Meskipun dibuat oleh kampus, namun aplikasi Sunda Digi dapat diakses bebas oleh masyarakat umum. Menurut Ketua Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Unpad, Ganjar Kurnia, Sunda Digi hadir dari Sunda untuk dunia.
Statuta Unpad Bab 1 Pasal 5 Poin (I) jadi pegangan selama menyiapkan kehadiran Sunda Digi. Di dalamnya mengatur mengenai terbentuknya pusat kebudayaan dengan kekhasan budaya sunda untuk meraih daya saing internasional.
“Ini adalah amanat dari statuta Unpad yang mengatakan bahwa kita mempunyai kekhasan sunda untuk meraih daya saing internasional,” kata Ganjar pada Senin, 11 September 2023 melansir laman resmi Unpad.
Kehadiran Sunda Digi juga sebagai perwujudan dari Undang-undang Nomor 5 tahun 2017. Regulasi tersebut mengatur tentang pemajuan kebudayaan yang disahkan sebagai acuan legal-formal pertama untuk mengelola kekayaan budaya di Indonesia. Mesti ada upaya perlindungan, pengembangan, pemanfaatan serta pembinaan terhadap kebudayaan di Indonesia.
Ganjar mengamati bahwa objek kebudayaan yang dimiliki tatar Sunda saat ini sudah banyak yang hilang. Bahkan, beberapa di antaranya tak dapat ditelusuri lagi jejaknya. Menurut guru besar sosiologi pertanian Unpad itu, banyak arsip dengan nilai kesundaan telah hilang dan rusak atau sulit dibuka karena perbedaan teknologi. Selain itu, arsip-arsip banyak yang tersebar di pribadi atau lembaga.
Akhirnya, lahirlah aplikasi Sunda Digi untuk menjawab kondisi tersebut. PDPBS, dalam hal ini, bekerja sama dengan Pustaka Jaya. Sunda Digi hadir dengan bermacam fitur meliputi tanya pekerjaan rumah (PR), pelajaran bahasa, tata bahasa praktis, mengenal tokoh, bacaan, fiksimini, majalah, kursus budaya, peperenian, kamus Sunda, kamus medis, tubuh kita, aksara Sunda, hingga layanan penerjemah.
Ganjar berharap Sunda Digi dapat menjadi bagian dari Unpad untuk memenuhi Statuta Unpad dan undang-undang yang berlaku. Bukan sekadar memenuhi aturan, namun juga untuk turut melestarikan budaya Sunda.
“Kita semua tentu tidak ingin menjadi bangsa yang tidak memiliki jejak karena masyarakatnya telah menelantarkan warisan budaya para leluhur yang kita miliki,” kata Ganjar.
Pilihan Editor: 66 Tahun Universitas Padjadjaran, Begini Sejarah Unpad dan Alasan Pindah ke Jatinangor