TEMPO.CO, Jakarta - Bandung masih dalam kondisi darurat sampah pada hari ini, Selasa, 19 September 2023. Ini akibat terbakarnya tempat pembuangan akhir Sarimukti. Memang truk sampah mulai dapat membuang sampah kembali di sana. Namun lokasi pembuangan sampah itu terlihat tidak seberapa luas.
Akibatnya warga Bandung masih bermasalah dengan sampah rumah tangga karena sulit terangkut. Baunya pun mengganggu kehidupan sehari-hari.
Meski begitu, ada beberapa warga Bandung yang tidak mengalami masalah dengan sampah. Rahasianya, mereka telah melakukan pemilahan sampah sejak masih berada di rumah serta melakukan pengolahan lanjutan.
Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) mengajak media mengunjungi beberapa lokasi yang memberikan perhatian lebih kepada sampah, dan akhirnya malah memberi keuntungan bagi warga. Salah satunya adalah di Kelurahan Cihaurgeulis di RW 07.
Menurut Martin, sekretaris RW 07, warga harus kompak agar meminimalkan sampah yang dibuang ke TPA. “Jadi, 100 persen sampah organik seluruh warga RW 07 kami habiskan di sini. Tidak ada yang dibawa keluar,” katanya kepada media saat keliling RW pada 16 September 2023. Sedangkan masalah sampah anorganik diatasi dengan bank sampah.
Baca juga:
Anggota Karang Taruna yang menjadi pengelola bank sampah, mendemokan saat warga menjual sampah kepada mereka. Sampah yang dibawa kemudian ditimbang dan dicatat pada buku tabungan bank sampah. Pos yang menjadi bank sampah dibuka tiap hari Minggu pukul 10-12 WIB. “Di sini kami kumpulkan dulu, misal hari Minggu, dipilah-pilah lalu ke bank sampah kelurahan,” kata Nurul dari Karang Taruna.
Bank sampah menerima botol, kardus, duplek, koran yang dibayar per tiga bulan, enam bulan atau setahun. Bayaran yang diterima warga tidak semata-semata berupa uang, dapat juga ditukar dengan sembako, token listrik, uang atau emas. Penggantian berupa sembako ternyata menjadi favorit warga.
Urusan menabung sampah ternyata tidak memandang usia. Warga yang dinyatakan paling rajin ternyata justru seorang nenek yang memiliki tempat kos. Ia kerap menanyakan kapan bank sampah dibuka. “Kalau kami tidak buka, kami malah dimarahi,” kata Fitri, pengurus Karang Taruna.
Baca juga: Anies, Ganjar dan Prabowo Akan Bertemu di Kampus UGM Hari ini
Karang Taruna bergerak
Mengingat tidak semua RW di Kelurahan Cihaurgeulis memiliki bank sampah, Karang Taruna juga membuka diri bagi warga lain. Mereka juga berinisiatif menjemput sampah di rumah warga jika ada kendala.
Berbagai sampah nonorganik memiliki nilai jual yang berbeda serta kerap terjadi perubahan sesuai keadaan pasar. Per tanggal 16 September 2023, besi memiliki harga Rp 2 ribu per kilogram, koran Rp 2.600 per kilogram, plastik dengan kondisi bersih, misalnya botol mineral dihargai Rp 2.300 per kilogram dan plastik kotor atau belum dicuci senilai Rp 1.600 per kilogram. Karang Taruna juga mendapatkan keuntungan dari selisih harga penjualan.
Saat awak mdia berkeliling, terlihat lingkungan yang asri dengan memanfaatkan sudut-sudut gang dengan tanaman yang memiliki ukuran yang sesuai. Tidak terlihat sampah menumpuk apalagi dibuang sembarangan. Masalah sampah yang teratasi dengan baik juga membuat warga bangga karena kerap mendapat kunjungan dari pihak lain untuk mempelajari rahasia kebersihan lingkungan.
Bank sampah ini mulai berdiri sejak 2016 tapi efektif berjalan setelah pandemi Covid-19 atau sekitar tahun 2022. “Dulu warga masih bandel-bandel,” kata Fitri. Namun, setelah isu sampah menjadi permasalahan, kesadaran warga pun meningkat dan mulai giat menabung," kata dia.
Pilihan Editor: Hasil Riset ITB Paling Banyak Digunakan Industri, Topiknya dari Makanan Sampai Mitigasi Bencana
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.