Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Belajar Keamanan Data dari Serangan Ransomware Dua Jaringan Kasino Terbesar di Amerika

image-gnews
ilustrasi serangan virus ransomware. shutterstock.com
ilustrasi serangan virus ransomware. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, mengatakan ada pelajaran penting terkait keamanan data dari kasus serangan ransomware yang menimpa dua grup jaringan kasino terbesar di Amerika, MGM dan Caesar Palace.

Wired, 16 September 2023, melaporkan MGM Resorts telah menangani pemadaman sistem yang meluas dan gangguan layanan di propertinya di Las Vegas dan di tempat lain menyusul serangan siber. Sementara Caesars Entertainment mengatakan bahwa mereka mengalami pelanggaran data baru-baru ini di mana banyak nomor Jaminan Sosial dan nomor SIM anggota program loyalitasnya dicuri, bersama dengan data pribadi lainnya.

“Hal yang menarik adalah reaksi dari dua institusi tersebut di mana satu melawan dan teguh dengan prinsipnya tidak ada kompromi, tidak membayar uang tebusan dengan konsekuensi disrupsi dan kerugian sangat besar pada operasional perusahaan. Sedangkan satunya berkompromi membayar uang tebusan yang tidak main-main lebih dari US$ 10 juta dan tetap bisa menjalankan operasional usahanya yang jika terhenti satu hari saja akan mengakibatkan kerugian puluhan juta dolar,” ujar Alfons dalam keterangannya, Senin, 9 Oktober 2023.

Alfons mengatakan MGM dan Caesar Palace bukannya tidak mengamankan diri dengan baik. Bukti usaha MGM mengamankan dirinya adalah MGM menggunakan jasa Okta. Okta adalah perusahaan yang menangani pengamanan identitas dan memiliki pengamanan MFA Multi Factor Authentication yang secara teknis lebih rumit dan lebih aman dari pengamanan TFA. 

“Namun, tentu menjadi pertanyaan, sudah menggunakan Okta kok masih tetap bisa jebol? apakah MFA atau TFA sudah tidak aman sehingga bisa diambil alih? Jawabannya adalah rekayasa sosial,” ujar Alfons.

Menurutnya, ketika pengamanan sudah dijalankan dengan baik dan secara teknis sangat sulit menembus pengamanan sekuriti, maka yang akan diserang adalah bagian yang paling lemah dan sulit diamankan dengan rekayasa sosial.

Rekayasa sosial yang memalsukan diri sebagai salah satu karyawan yang informasinya didapatkan dari LinkedIn digunakan oleh tim peretas untuk meminta akses kepada tim IT. Dengan bantuan teknologi AI yang bisa memalsukan suara seseorang dan informasi detail lain dari LinkedIn, peretas berhasil mendapatkan kredensial penting dan menguasai akun Okta. 

Dari sini bencana berawal, karena semua akses penting diamankan oleh Okta, sehingga peretas leluasa menjalankan aksinya, mencuri data dan mengenkripsinya guna mendapatkan uang tebusan. Bahkan dalam kasus MGM mengakibatkan gangguan yang sangat signifikan pada operasional perusahaan.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah tidak membayar tebusan merupakan keputusan yang salah? Apakah ketika menjadi korban ransomware kita lebih baik membayar saja demi kelangsungan operasional perusahaan? Lalu kalau membayar, apa jaminannya peretas akan menepati janjinya? “Beberapa pertanyaan ini menjadi dilema besar bagi perusahaan yang menjadi korban ransomware,” ujar Alfons.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika membandingkan Caesar Palace dengan MGM, secara finansial MGM mengalami kerugian yang lebih besar dari Caesar Palace, yang karena membayar uang tebusan, tidak mengalami disrupsi dalam layanan resortnya. Terhenti dan terganggunya MGM resort berhari-hari mengakibatkan kerugian finansial jauh lebih besar dibandingkan uang tebusan yang dibayarkan. Namun, sebagai catatan, membayar uang tebusan akan makin memotivasi peretas untuk menjalankan aksinya dikemudian hari.

Menurut Alfons, yang utama adalah sedia payung sebelum hujan. Jika perusahaan sudah melakukan mitigasi dengan baik dan mempersiapkan diri ketika terjadi serangan siber, kerugian atas serangan siber bisa ditekan. Hampir tidak mungkin mencegah serangan siber karena layanan digital memanfaatkan keuntungan jaringan internet yang tersebar dan bisa diakses gratis oleh siapa saja di seluruh dunia, termasuk peretas.

“Jika Anda sudah memiliki mitigasi dan mempersiapkan diri, Anda bisa berpegang pada prinsip ini. Tetapi kalau tidak memiliki mitigasi yang baik ketika terjadi bencana, modal pegang prinsip saja tidak cukup menyelamatkan anda dari bencana kerugian besar. Apalagi jika anda bertanggung jawab atas layanan vital,” ujarnya.

Hal ini, menurut Alfons, terutama harus menjadi perhatian, khususnya bagi institusi vital yang mengurusi kepentingan masyarakat, seperti distribusi BBM, listrik, sistem lalu lintas, air minum, internet, perbankan, data dan telekomunikasi.

Selain itu, ada baiknya pihak otoritas juga menerapkan adanya keterbukaan informasi yang bertanggung jawab, tidak setiap kali ada insiden siber lalu terkesan saling melindungi,  berlomba menutupi apa sebenarnya yang terjadi, dan berdoa saja semoga masyarakat lupa atas insiden yang terjadi.

“Keterbukaan informasi untuk setiap insiden siber akan mendewasakan kita dan setiap orang bisa belajar, di mana letak masalahnya dan apa yang bisa dipelajari dari insiden yang terjadi,” ujar Alfons. 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

6 hari lalu

Direktur Cyber Intelligence PT Spentera, Royke Tobing (paling kiri), saat diskusi bertajuk Ancaman Operasi Intelijen Siber Atas Indonesia, di Jakarta,  Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

Mayoritas penyedia layanan software dan infrastruktur teknologi dipastikan memiliki afiliasi ke Israel.


Data Pribadi Puluhan Juta Pelanggan AT&T Kembali Bocor, Passcode Mudah Dibaca

30 hari lalu

Kantor pusat AT&T di Michigan. AP/Paul Sancya
Data Pribadi Puluhan Juta Pelanggan AT&T Kembali Bocor, Passcode Mudah Dibaca

Perusahaan telekomunikasi AT&T mengakui adanya kebocoran data pribadi 7,6 juta pelanggan eksistingnya dan 65 juta eks pelanggan


Demi Capai 40 Juta Wisatawan Asing, Thailand Berencana Legalkan Kasino

32 hari lalu

Wisatawan mengunjungi Grand Palace, salah satu tempat wisata utama karena Thailand mengharapkan kedatangan wisatawan Tiongkok setelah Tiongkok membuka kembali perbatasannya di tengah pandemi virus corona (COVID-19), di Bangkok, Thailand, 7 Januari 2023. REUTERS/Athit Perawongmetha
Demi Capai 40 Juta Wisatawan Asing, Thailand Berencana Legalkan Kasino

Legalisasi perjudian pernah dibahas di Thailand di masa lalu, namun belum bisa dilaksanakan karena penolakan publik.


Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

33 hari lalu

Ilustrasi Kasino. AFP
Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan jika disahkan oleh parlemen, undang-undang kasino akan menghasilkan lebih banyak lapangan kerja


Peretasan dan Pembobolan Data Semakin Rawan Terjadi, Ada Biang Kerok yang Terabaikan

34 hari lalu

Ilustrasi hacker. (e-propethic.com)
Peretasan dan Pembobolan Data Semakin Rawan Terjadi, Ada Biang Kerok yang Terabaikan

Ancaman serangan siber meningkat. Maraknya peretasan dan pembobolan data dinilai tak hanya gara-gara para hacker semakin mahir.


Kejahatan Siber Berbasis Cloud Meningkat, Ini Aktor-aktornya dan Tindakan yang Mereka Lakukan

40 hari lalu

Ilustrasi hacker. (e-propethic.com)
Kejahatan Siber Berbasis Cloud Meningkat, Ini Aktor-aktornya dan Tindakan yang Mereka Lakukan

Pelaku kejahatan siber sudah mulai mengeksploitasi kelemahan fitur-fitur di cloud.


Cina Larang Warganya Berjudi di Singapura, Apa Sebabnya?

42 hari lalu

Kasino Marina Bay Sands, Singapura. marinabaysands.com
Cina Larang Warganya Berjudi di Singapura, Apa Sebabnya?

Cina melarang warganya main judi di Singapura, yang memiliki dua kasino mewah.


38 Provinsi Siap Terapkan Sertifikasi ISO 27001

50 hari lalu

38 Provinsi Siap Terapkan Sertifikasi ISO 27001

Direktorat Jenderal Kependudukan Dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri mewajibkan setiap lembaga atau perusahaan yang telah diberi hak akses data kependudukan, memiliki sertifikasi ISO 27001 untuk mengontrol berbagai ancaman resiko keamanan data dan informasi.


Pentingnya Adab Gunakan Media Sosial Menurut Akademisi

54 hari lalu

Ilustrasi aplikasi media sosial di telepon genggam/hyppe
Pentingnya Adab Gunakan Media Sosial Menurut Akademisi

Adab dan etika bermedia sosial mencakup penghormatan pada privasi dan hak orang lain. Pengguna media sosial juga perlu berkomunikasi secara sopan.


Kadin Gandeng Badan Perdagangan Amerika untuk Kembangkan Industri Keamanan Siber di RI

2 Maret 2024

Ilustrasi - Hacker atau peretas mencoba membongkar keamanan siber. Pemerintah Indonesia menganggap banyak data pribadi yang dibocorkan Bjorka dari berbagai institusi bukanlah ancaman bagi negara dan data bersifat umum. (ANTARA/Shutterstock/am)
Kadin Gandeng Badan Perdagangan Amerika untuk Kembangkan Industri Keamanan Siber di RI

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat (USTDA) menyelenggarakan diskusi kelompok terarah atau focus group discussion (FGD) soal keamanan siber.