Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kejahatan Siber Berbasis Cloud Meningkat, Ini Aktor-aktornya dan Tindakan yang Mereka Lakukan

image-gnews
Ilustrasi hacker. (e-propethic.com)
Ilustrasi hacker. (e-propethic.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kejahatan siber berbasis cloud sepanjang dua tahun terakhir meningkat sebesar 110 persen, lonjakan ini dicatat dari survei CrowdStrike sejak empat tahun terakhir. Perusahaan keamanan siber itu menjelaskan bahwa peretas sudah mulai mengeksploitasi kelemahan fitur-fitur di cloud.

CrowdStrike merupakan perusahaan keamanan siber yang berkantor pusat di California, Amerika Serikat. Perusahaan ini menilai ihwal ancaman serangan siber berbasis cloud semakin meningkat dewasa ini, imbas bertambahnya organisasi yang memindahkan sebagian bisnisnya ke cloud.

Cloud memang cukup diminati beberapa tahun terakhir, kondisi ini dipicu oleh bertambahnya data dan jumlah pegawai perusahaan yang tidak memungkinkan untuk disimpan dalam satu perangkat keras atau hard drive. Untuk itu, teknologi berinovasi menciptakan cloud serupa server yang bertugas menyimpan data di internet berbasis jaringan.

Data yang disimpan di cloud tidak berbentuk fisik dan lokasi penyimpanannya tersebar di internet atau server penyedia layanan. Sisi positifnya, perusahaan tidak perlu lagi kesulitan dan risiko kehilangan data atau tercecer bisa dikurangi. Namun, risiko peretasan dan kebobolan pasti tetap terjadi.

Director Strategic Threat Advisory Group at CrowdStrike, Scott Jarkoff mengatakan secara keseluruhan pihaknya melihat ada peningkatan sebanyak 75 per dari tahun ke tahun dalam intrusi cloud. Pelaku kejahatan siber yang diamatinya cenderung aktif dalam menarget dan mengeksploitasi ekosistem cloud, terutama yang berkontribusi dari intrusi cloud-conscious.

"Peretas mengandalkan kredensial valid yang didapatkan dari berbagai metode, termasuk serangan, phising, pencurian dan peretasan akses. Pelaku yang cukup terkenal ini di antaranya Fancy Bear dan Scattered Spider yang pernah menarget Microsoft 365," kata Scott kepada Tempo, Jumat, 22 Maret 2024.

Cara pelaku meretas cloud, menurut Scott, dimulai dengan mendapatkan akses awal ke server perusahaan atau individu. Lalu pelaku menambahkan hak istimewa untuk memperoleh akses ke identitas tambahan dan memodifikasi kebijakan.

"Akses ini memungkinkan pelaku untuk bolak-balik antara on premises dan lingkungan cloud," ucap Scott, sembari menyampaikan kalau tindakan itu gagal, maka peretas bakal menggunakan akses cloud backend untuk memulihkan pintu masuk ke server.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Scott menjelaskan, strategi lainnya yang dilakukan peretas cloud dengan eskalasi hak istimewa untuk mendapatkan akses lebih luas di dalam sistem. Pelaku melakukan tindakan ini untuk mendapatkan lebih banyak kredensial pengguna dan menipu dengan phising.

"Mereka juga meningkatkan tingkat akses dengan memanipulasi kebijakan sistem atau menambahkan diri mereka sendiri ke dalam grup dengan hak istimewa yang lebih besar. Kasus ini pernah dilakukan oleh Indrik Spider ke azure key vault (layanan cloud milik Microsoft)," ucap Scott.

Model Keamanan Lama Rentan Diretas

Wawancara eksklusif yang diterima Tempo dari CrowdStrike, turut membahas peran kecerdasan buatan atau AI dalam memperkuat kecepatan dan skala serangan siber. Kemajuan teknologi di masa kini ternyata berimbas juga pada kerentanan sistem.

"Arsitektur keamanan lama tidak dapat lagi menandingi kecepatan dan taktik pelaku modern. Solusi lama dirancang ketika volume data, kecepatan dan kecanggihan pelaku masih jauh lebih kecil daripada sekarang," kata Scott.

Untuk mempertahankan diri dari lonjakan serangan siber, menurut Scott, sangat penting untuk menerapkan otentikasi multifaktor yang tahan phishing dan memperluasnya ke sistem. Ini bisa mengimbangi kecepatan serangan dan menghemat biaya pengeluaran untuk mengamankan data.

Pilihan Editor: Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

1 hari lalu

Direktur Cyber Intelligence PT Spentera, Royke Tobing (paling kiri), saat diskusi bertajuk Ancaman Operasi Intelijen Siber Atas Indonesia, di Jakarta,  Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

Mayoritas penyedia layanan software dan infrastruktur teknologi dipastikan memiliki afiliasi ke Israel.


Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

2 hari lalu

Kantor pusat Google di Mountain View, California, Amerika Serikat. (theverge.com)
Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

Google menjalin kerja sama dengan Israel lewat kontrak Project Nimbus untuk layanan komputasi awan atau cloud senilai hampir Rp 20 triliun.


Diprotes Karyawan Google karena Kerja Sama dengan Israel, Apa Itu Proyek Nimbus?

8 hari lalu

Para karyawan melakukan aksi duduk di kantor Google di New York untuk memprotes kerja sama raksasa teknologi tersebut dengan Israel. latimes.com
Diprotes Karyawan Google karena Kerja Sama dengan Israel, Apa Itu Proyek Nimbus?

Proyek Nimbus adalah proyek komputasi cloud atau awan milik pemerintah dan militer Israel yang bekerja sama dengan Google dan Amazon.


Staf Google Gelar Aksi Duduk Memprotes Kontrak dengan Israel

9 hari lalu

Para karyawan melakukan aksi duduk di kantor Google di New York untuk memprotes kerja sama raksasa teknologi tersebut dengan Israel. latimes.com
Staf Google Gelar Aksi Duduk Memprotes Kontrak dengan Israel

Para pengunjuk rasa menekan Google untuk mengakhiri kontraknya dengan Amazon untuk proyek cloud dan pembelajaran mesin Israel.


Peretas: Bebaskan Tahanan Palestina Atau Data Keamanan Israel Dijual

15 hari lalu

Ilustrasi peretasan situs dan data. (Shutterstock)
Peretas: Bebaskan Tahanan Palestina Atau Data Keamanan Israel Dijual

NET Hunter, kelompok peretas yang membobol Kementerian Keamanan Israel, mengatakan akan terus melakukan serangan cyber sampai perang Gaza berhenti.


Microsoft Gelontorkan Dana Jumbo ke Sejumlah Negara, Demi Bisnis AI Generatif Hingga Cloud

15 hari lalu

Ilustrasi Logo Microsoft. REUTERS/Dado Ruvic
Microsoft Gelontorkan Dana Jumbo ke Sejumlah Negara, Demi Bisnis AI Generatif Hingga Cloud

Microsoft mengasup investasi jumbo ke sejumlah negara untuk pengembangan teknologi mutakhir, seperti AI generatif dan cloud.


Data Pribadi Puluhan Juta Pelanggan AT&T Kembali Bocor, Passcode Mudah Dibaca

25 hari lalu

Kantor pusat AT&T di Michigan. AP/Paul Sancya
Data Pribadi Puluhan Juta Pelanggan AT&T Kembali Bocor, Passcode Mudah Dibaca

Perusahaan telekomunikasi AT&T mengakui adanya kebocoran data pribadi 7,6 juta pelanggan eksistingnya dan 65 juta eks pelanggan


Peretasan dan Pembobolan Data Semakin Rawan Terjadi, Ada Biang Kerok yang Terabaikan

30 hari lalu

Ilustrasi hacker. (e-propethic.com)
Peretasan dan Pembobolan Data Semakin Rawan Terjadi, Ada Biang Kerok yang Terabaikan

Ancaman serangan siber meningkat. Maraknya peretasan dan pembobolan data dinilai tak hanya gara-gara para hacker semakin mahir.


Bahaya Kejahatan Berbasis AI, Pelaku Berani Tiru Wajah Eksekutif Perusahaan

36 hari lalu

Gambar tangkapan layar video yang memperlihatkan perbedaan antara rekaman asli dengan deepfake. Credit: Kanal YouTube WatchMojo
Bahaya Kejahatan Berbasis AI, Pelaku Berani Tiru Wajah Eksekutif Perusahaan

Recorded Future mengungkap beberapa modus kejahatan berbasis AI. Pelaku semakin berani memakai deepfake.


Deretan Polemik Sirekap, Pengakuan KPU Kerja Sama dengan Alibaba Cloud hingga Kejanggalan Server

41 hari lalu

Ketua KPU Hasyim Asy'ari (tengah) bersama jajaran Komisioner KPU Betty Epsilon Idroos (kiri), Mochammad Afifuddin (kanan) memberikan keterangan saat konferensi pers kasus pemanfaatan Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) di Kantor KPU, Jakarta, Senin, 19 Februari 2024. KPU menyebut sempat ada penghentian data pada Sirekap Pemilu 2024 yang bertujuan untuk sinkronisasi data. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Deretan Polemik Sirekap, Pengakuan KPU Kerja Sama dengan Alibaba Cloud hingga Kejanggalan Server

KPU mengakui pengadaan dan kontrak komputasi awan atau cloud untuk Sirekap yang digunakan selama Pemilu 2024