TEMPO.CO, Jakarta - Meskipun layanan telekomunikasi telah pulih di Gaza, seruan untuk bantuan internet Starlink milik Elon Musk terus berlanjut. Ketika Gaza mengalami pemadaman komunikasi total pada Jumat pekan lalu, seruan di platform media sosial semakin gencar agar taipan miliarder Elon Musk memberikan internet lewat Starlink.
Usaha internet satelit yang dioperasikan oleh SpaceX itu terdiri dari konstelasi ribuan satelit yang mengorbit sangat dekat dengan Bumi pada jarak sekitar 550 km (340 mil) dari permukaan. Sehingga, memudahkan penyediaan layanan internet di wilayah pedesaan dan terpencil di dunia.
Meski begitu, bisakah Starlink milik Elon Musk menyediakan layanan internet ke Gaza?
Meskipun tagline Starlink adalah janji “konektivitas di tempat yang paling tidak Anda duga”, Marc Owen Jones, profesor Kajian Timur Tengah di Universitas Hamad Bin Khalifa yang berbasis di Doha, tidak yakin apakah hal ini dapat berhasil di Gaza.
“Kami telah melihat 500.000 postingan di X yang mengatakan Starlink harus memberi daya pada Gaza. Namun, masyarakat tidak menyadari bahwa Starlink untuk Gaza adalah suatu kemustahilan,” katanya kepada Al Jazeera pada Ahad, 29 Oktober 2023.
Dia menyebut terminal atau antena Starlink di Gaza akan sulit untuk diselundupkan dan didistribusikan dalam skala besar. "Pemerintah Israel kemungkinan tidak akan mengizinkan impor legal. Tetapi katakanlah Starlink masuk. Bagaimana cara menyalakannya? Tidak ada bahan bakar di Gaza saat ini," ujarnya.
Jalur Gaza berada di bawah blokade Israel sejak 2007. Israel mengontrol wilayah udara dan perairan Gaza, serta mengatur semua barang dan jasa yang masuk dan keluar melalui dua dari tiga titik penyeberangan perbatasan Gaza. Penyeberangan ketiga dikuasai oleh Mesir.
Owen Jones juga mencatat bahwa jaringan Starlink bergantung pada stasiun bumi yang memerlukan persetujuan di Gaza, yang menurutnya tidak mungkin terjadi dalam situasi saat ini.
“Memiliki terminal Starlink dengan transmisi dua arah dapat membahayakan warga Gaza jika terdeteksi oleh otoritas Israel,” katanya. Dia menyebut penyediaan internet akan mendapat tentangan dari pemerintah Amerika Serikat dan Israel.
Pada Sabtu lalu, Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi mengecam Musk di platform media sosial X karena mempertimbangkan penyediaan Starlink untuk organisasi bantuan di Gaza. Karhi mengatakan Israel akan memutuskan hubungan apa pun dengan Starlink.
“HAMAS akan menggunakannya untuk kegiatan teroris. Tidak ada keraguan tentang hal itu, kami mengetahuinya, dan Musk mengetahuinya,” kata Karhi.
Musk menanggapinya dengan mengatakan bahwa perusahaannya tidak terlalu naif dan akan melakukan pemeriksaan keamanan dengan pemerintah AS dan Israel sebelum menyalakan satu terminal pun.
Adapun jumlah korban tewas akibat perang antara milisi Hamas dengan Israel meningkat menjadi lebih dari 8.700 orang sejak pecah 7 Oktober lalu. Pada Jumat, 27 Oktober lalu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qedra melaporkan, warga Palestina yang meninggal dunia imbas perang mencapai 7.326 jiwa. Dari total tersebut, sebanyak 3.038 di antaranya anak-anak.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Mengenal Tren Poster Disney Pixar dan Cara Membuatnya