TEMPO.CO, Bandung - Dinas Kesehatan Kota Bandung mengonfirmasi satu kasus cacar monyet atau monkeypox. Kasus itu bermula pada 23 Oktober lalu saat ada pasien yang datang ke puskesmas.
“Sudah ada lesi yang muncul di badannya, maka dicurigai ke arah monkeypox. Lalu tanggal 24 Oktober dirujuk ke RSHS. Kita dapat hasil labnya tanggal 27 Oktober. Diagnosa pastinya keluar dari hasil pemeriksaan lab RS Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bandung Ira Dewi Jani dari keterangannya, Selasa, 31 Oktober 2023.
Pasien itu adalah warga Kota Bandung berjenis kelamin laki-laki. Pasien yang berusia 36 tahun tersebut hingga saat ini masih dirawat di RSHS Bandung.
Hasil pemantauan sampai Senin, 30 Oktober 2023 kondisi pasien stabil. Pasien tersebut masih harus menjalani serangkaian tes dan pemeriksaan untuk memastikan kondisinya.
"Awalnya ada demam, pegal-pegal, dan sakit punggung. Kemudian muncul lesi di tangan dan kakinya. Itu yang membuat dia berobat ke puskesmas. Lalu puskesmas curiga kalau itu monkeypox," kata Ira.
Ira mengatakan Dinas Kesehatan Kota Bandung juga memantau anggota keluarga yang tinggal serumah dengan pasien tersebut sampai 21 hari ke depan. Dinas Kesehatan Kota Bandung juga masih menelusuri kontak erat dengan pasien tersebut.
“Kalau kontak erat, baru dengan orang serumahnya karena pasien sudah di ruang isolasi RSHS, belum bisa kita tanya lebih lanjut. Jadi untuk penularannya belum tahu dari mana. Belum tahu juga apakah ada orang yang punya tanda atau gejala yang mirip dengan yang dia alami," kata Ira.
Ira mengatakan cacar monyet atau monkeypox mirip cacar air. Penularannya melalui skin to skin. Penyakit tersebut jika sudah dinyatakan sembuh, maka tidak akan menularkan lagi.
Hal membedakan lain cacar monyet dengan cacar air adalah cacar air itu isinya air, sedangkan monkeypox isinya nanah. "Kalau sudah tidak ada keluhan yang sangat menggangu, bisa 2 minggu sembuh. Tapi, kalau imunnya rendah, bisa lebih lama," kata Ira.
Ira mengatakan orang yang memiliki kontak erat dengan pasien cacar monyet sebaiknya menghindari bersentuhan langsung. Pasien disarankan mengenakan pakaian lengan panjang untuk mencegah penularan asal tidak jangan sampai tergesek kulit untuk menghindari infeksi sekunder.
“Sebab kalau kena lesinya itu, penularannya bisa lebih cepat. Kalau kulit keropengnya yang terbang lalu menempel di kulit orang itu bisa menular juga tapi sebenarnya harus dalam jumlah banyak,” kata Ira.
Ira mengatakan cacar monyet tidak hanya bisa menular dengan berhubungan seksual. Bersentuhan kulit dengan pasien pun bisa berpotensi menular.
"Kalau harus mengurus orang-orang dengan monkeypox, bisa pakai handscoon, tidak bersentuhan kulit dengan kulit secara langsung. Setelah itu langsung cuci tangan," kata Ira.
Ira mengatakan seseorang yang pernah terkena cacar air masih berpotensi tertular cacar monyet. “Kalau masalah jenis virus, ini ortopox. Kalau misal ada yang sudah pernah kerna cacar air, dia masih bisa tertular cacar monyet," kata dia.
Ira pun meminta masyarakat waspada sekaligus tetap tenang. Masyarakat bisa melakukan deteksi dini dengan mengenali tanda-tanda cacar monyet.
“Kalau ada demam apalagi ada pembesaran kelenjar getah bening atau sesekeleun. Bisa dicari di belakang kuping, bawah rahang bawah, tulang selangka (di dada), dan di lipat paha. Meski benjolannya hanya segede kacang, itu tetap diwaspadai,” kata Ira.
Tanda yang paling kentara jika sudah timbul lesi yang bernanah serta bagian tengahnya terlihat titik seperti donat. Pasien diminta mendatangi fasilitas kesehatan terdekat jika mendapati gejala tersebut.
Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan Dinas Kesehatan sudah diminta untuk memantau kasus tersebut. “Kita minta Dinkes sebagai leading sector harus fokus ke sana. Konon katanya, saya pernah lihat informasi saja bahwa potensinya itu dari bersentuhan. Tidak seperti Covid-19 dari udara saja, droplet sudah berbahaya,” kata dia, dalam keterangannya, Selasa, 31 Oktober 2023.
Pilihan Editor: Tangani Pasien Cacar Monyet, Mengapa RSHS Bandung Tak Berikan Antivirus?