TEMPO.CO, Jakarta - Dalam kasus yang diajukan Epic Games terhadap Google terungkap bahwa Google telah berkomitmen memberikan dana sebesar US$ 8 miliar (Rp 125,6 triliun) selama empat tahun kepada Samsung.
Jumlah yang besar ini untuk mengamankan mesin pencari Google, asisten suara, dan Play Store sebagai default di perangkat seluler Samsung. Pengungkapan tersebut berasal dari kesaksian yang disampaikan Epic Games selama persidangan, sebagaimana dikutip Phone Arena dari laporan Bloomberg, Selasa, 14 November 2023.
James Kolotouros, Wakil Presiden Google untuk Kemitraan, mengungkapkan hal tersebut, dengan menyatakan bahwa Google merancang strategi untuk berbagi pendapatan toko aplikasi dengan produsen perangkat seluler Android. Tujuannya? Memastikan produk mereka sudah terinstal Google Play di layar utama.
Epic Games, pencipta Fortnite, berpendapat bahwa pasar aplikasi Google melanggar undang-undang antimonopoli, dan menggunakan perjanjian dengan Samsung sebagai contoh utama kesepakatan yang dimulai empat tahun lalu dengan pembuat ponsel Android.
Kesaksian Kolotouros mengungkap bahwa perangkat Samsung menyumbang setengah atau lebih pendapatan Google Play. Epic bertujuan untuk menunjukkan bahwa para eksekutif Google berupaya mencegah munculnya toko aplikasi pihak ketiga yang dapat mengurangi laba operasional Google Play.
Epic memperkirakan keuntungan ini akan melampaui US$ 12 miliar pada tahun 2021, dengan memperhitungkan pemotongan pendapatan standar sebesar 30% yang diambil Google dari pengembang aplikasi.
Pengacara Epic, Lauren Moskowitz, menyelidiki presentasi internal Google tahun 2019 yang disebut "Project Banyan". Proyek ini berfokus pada investasi dana untuk membentengi Google Play Store melawan Samsung Galaxy App Store. Presentasi dimulai dengan “Pertanyaan Eksistensial — Bagaimana kami terus mempertahankan Play sebagai platform distribusi unggulan untuk Android?”
Pada tahun 2019, Google mengusulkan untuk membayar Samsung US$200 juta selama empat tahun untuk memasukkan pasar aplikasi Samsung Galaxy Store ke dalam Google Play Store. Namun, rencana ini dibatalkan, sehingga menghasilkan tiga kesepakatan yang ditandatangani pada tahun berikutnya, dengan total nilai US$ 8 miliar selama empat tahun.
Dokumen internal yang diajukan selama uji coba menunjukkan bahwa Google menghemat hampir US$ 1 miliar selama empat tahun dengan mencabut permintaannya agar Google Play tersedia secara eksklusif di layar pertama perangkat, yang dikenal sebagai layar beranda. Ini berarti Google Play akan muncul di layar beranda, memberikan ruang bagi Samsung untuk menambahkan Galaxy Store, menurut dokumen tersebut.
Di bawah pengawasan pengacara Google, Glenn Pomerantz, Kolotouros mengklarifikasi bahwa Google dan Samsung tidak pernah mencapai kesepakatan yang melarang Samsung menempatkan toko Galaxy-nya di layar beranda perangkat.
Inti dari kesepakatan ini, menurut Kolotouros, adalah untuk mencegah pengguna beralih dari perangkat Android Samsung ke iPhone Apple, memperkuat pendirian Google bahwa kebijakan dan perjanjiannya adalah upaya sah dalam semangat persaingan yang sehat.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.