TEMPO.CO, Jakarta - Menguap adalah perilaku yang sering disaksikan sehari-hari, dan tak hanya manusia yang terlibat di dalamnya. Ternyata, ada penelitian yang menunjukkan bahwa menguap dapat menular antara manusia dan anjing. Fenomena ini menciptakan ikatan khusus antara manusia dan sahabat empat kaki mereka.
Dikutip dari American Kinnel Club, sebuah penelitian menunjukkan bahwa anjing lebih cenderung menguap ketika pemiliknya melakukannya. Ini fenomena yang disebut menguap menular, dan Anda mungkin pernah melakukannya sendiri. Anda melihat seseorang menguap, jadi Anda menguap.
Hubungan manusia dengan anjing
Dalam buku berjudul The Purest Bond: Understanding the Human-Canine Connection menjelaskan tentang hubungan manusia dengan anjing. Menurut buku tersebut, menguap yang menular adalah salah satu fenomena yang memberikan wawasan menarik tentang hubungan sosial dan emosional antara manusia dan anjing peliharaannya.
Menguap dipercaya sebagai mekanisme untuk menjaga otak tetap waspada dan terjaga. Namun, aspek menular dari menguap, terutama antar spesies, berpindah ke ranah psikologis dan neurologis.
Menguap yang menular pada manusia telah terdokumentasi dengan baik dan dianggap terkait dengan empati dan ikatan sosial . Hal ini lebih mungkin terjadi di antara teman dekat dan anggota keluarga dibandingkan dengan orang asing, hal ini menunjukkan adanya hubungan dengan ikatan emosional dan pemahaman sosial.
Penelitian menunjukkan keterhubungan
Dilansir dari Psychology Today, gagasan bahwa menguap dapat menular antara manusia dan anjing pada awalnya ditanggapi dengan skeptis, namun penelitian telah memberikan bukti kuat yang mendukung fenomena ini.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2008 oleh para peneliti di Universitas London menunjukkan bahwa anjing dapat tertular menguap dari manusia. Para peneliti menguap pada anjing, dan 72 persen dari mereka menguap kembali persentase menguap yang membalasnya lebih tinggi dibandingkan pada manusia.
Ini salah satu contoh pertama yang menunjukkan penularan menguap di antara spesies non-primata. Anjing, yang dikenal karena keterampilan observasinya yang tajam dan kemampuannya memahami isyarat sosial manusia, adalah subjek yang ideal untuk penelitian semacam itu.
Hasil ini menunjukkan bahwa anjing setidaknya memiliki beberapa bentuk empati. Atsushi Senju, salah satu kontributor penelitian ini, mengamati bahwa individu yang lebih rentan terhadap penyakit menguap cenderung memiliki skor empati yang lebih tinggi. Selain itu, penderita autisme jenis tertentu, suatu kondisi yang sebagian ditandai dengan kesulitan dalam berempati terhadap orang lain, biasanya tidak menunjukkan gejala menguap yang menular.
Penelitian lebih lanjut menyelidiki secara spesifik fenomena lintas spesies ini. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Animal Cognition menemukan bahwa anjing lebih cenderung menguap sebagai respons terhadap menguapnya pemiliknya dibandingkan dengan orang asing, yang menunjukkan bahwa tingkat hubungan emosional tertentu diperlukan agar penularan ini terjadi. Temuan ini sejalan dengan teori bahwa menguap menular berhubungan dengan empati.
Namun, tak semua peneliti setuju. Sebuah studi tahun 2020 yang menganalisis ulang data dari enam penelitian sebelumnya menemukan tidak ada bukti bahwa anjing menunjukkan keakraban atau bias gender dalam menguap yang menular, dua prediksi yang dibuat oleh hipotesis empati menguap yang menular.
Mengingat bahwa gender adalah konstruksi sosial manusia, tak jelas apakah para peneliti ini benar-benar mendiskusikan seks biologis dan mengharapkan perbedaan seksual menjadi penting dan terwujud di seluruh spesies, atau apakah mereka memang mendiskusikan gender dan mencari konstruksi sosial tersebut agar dapat dikenali dan berdampak pada anjing.
Cerminan syaraf (mirror neurons)
Mekanisme di balik penularan menguap antara manusia dan anjing kemungkinan besar berakar pada sistem cerminan syaraf (mirror neurons), bagian otak yang bertanggung jawab atas empati dan pemahaman atas tindakan dan niat orang lain.
Saat Anda melihat seseorang menguap, mirror neurons Anda mengaktifkan bagian otak yang sama yang terpengaruh saat Anda menguap, sehingga menghasilkan respons menguap. Sistem ini tak hanya terjadi pada manusia dan telah diidentifikasi pada spesies lain, termasuk anjing.
Ilmu pengetahuan di balik penyakit menguap yang menular antara manusia dan anjing menawarkan gambaran sekilas tentang kompleksitas hubungan sosial dan emosional antar spesies. Ini menekankan kedalaman ikatan antara manusia dan anjing, melampaui persahabatan dan memasuki ranah empati dan sinkronisasi emosional.
Penelitian ini tak hanya memperkaya pemahaman Anda tentang perilaku hewan namun juga menyoroti aspek evolusi interaksi manusia-hewan, menggarisbawahi keterhubungan mendalam dalam kehidupan Anda.
PSYCHOLOGI TODAY | AKC.ORG
Pilihan hari ini : 4 Fakta Soal Menguap yang Perlu Diketahui